Salawat dulang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
[[Berkas:Salawat Talam.jpg|jmpl|Penampilan salawat dulang pada sebuah acara resmi]]
Salawat dulang pertama kali ditemukan(dibuat) oleh bapak jamaris sekitar tahun 90an...
Beliau membuat grup yang bernama "apollo11"beliau merupakan seorang guru sawalawat sekaligus guru silat..beliau berasal dari batusangkar kabupaten tanah datar...''''Salawat dulang''''', juga disebut '''''salawekadalah talam''''' atau '''''salawat talam'''''merupakan dalamsalah dialek-dialek [[bahasa Minangkabau]], merupakansatu [[sastra Minangkabau|sastra lisan Minangkabau]] yang bertema [[Islam]]. Sastra lisan ini berupa pertunjukkan dua orang membacakan hafalan teks diiringi tabuhan dulang, nampan kuningan berdiameter 65 cm. ''Salawat dulang'' tersebar luas di [[ranah Minang]]kabau dan kadang hanya disebut ''salawek'' atau ''salawat'' dalam percakapan sehari-hari.{{sfn|Amir|Zuriati|Anwar|2006|p=53}}
 
== ReferesiSejarah ==
Dalam pertunjukkan tersebut, dua pendendang duduk bersisian dan menabuh dulang bersamaan. Keduanya dapat berdendang bersamaan atau saling menyambung larik dalam [[syair]].{{sfn|Amir|Zuriati|Anwar|2006|p=53}} Pendendang umumnya laki-laki. Namun, kini terdapat pula pendendang-pendendang perempuan meskipun belum begitu berterima di [[orang Minang|masyarakat Minangkabau]] sendiri.{{sfn|Amir|Zuriati|Anwar|2006|p=54}}
Berdasarkan informasi dari mulut ke mulut, sejarah salawat dulang ini berawal dari banyaknya ahli agama Islam Minang yang belajar agama ke Aceh, diantaranya Syeh Burhanuddin. Ia kemudian kembali ke Minang dan menetap di Pariaman. Dari daerah itu ajaran Islam menyebar ke seluruh wilayah MInangkabau. Saat berdakwah itu, syeh Burhanuddin teringat pada kesenian Aceh yang fungsinya menghibur sekaligus menyampaikan dakwah, yaitu rebana. Syeh Burhanuddin pun kemudian mengambil talam atau dulang yang biasa digunakan untuk makan dan menabuhnya sambil mendendangkan syair-syair dakwah
 
Informasi lain menyebutkan bahwa salawat dulang ini berasal dari Tanah Datar. Disini salawat dulang dikembangkan oleh kelompok tarekat Syatariah sebagai salah satu cara untuk mendiskusikan pelajaran yang mereka terima. Oleh karena itulebih cenrung berisi ajaran tasawuf. Pendapat lain yang menyebutkan bahwa tradisi salawat dulang ini berasal dari Tanah datar juga disebutkan oleh
Penampilan ''salawat dulang'' berupa tanya jawab, saling serang, dan saling mempertahankan diri sehingga pendendang kadang dijuluki menurut nama-nama senjata, seperti "peluru kendali" dan "gas beracun" dan hanya bisa dilaksanakan bila pendendang berjumlah setidaknya dua orang.{{sfn|Amir|Zuriati|Anwar|2006|p=53}} Pembacaan hafalan teks berdurasi antara 25 hingga 40 menit, biasanya berisi tafsiran dari ayat [[al-Quran]] atau [[Hadits]] yang telah ditulis sebelumnya. Sesi pembacaan satu teks ini disebut ''salabuahan'' (disebut juga ''satanggak'' atau ''satunggak'').{{sfn|Amir|Zuriati|Anwar|2006|p=54}}
 
== Pertunjukan ==
Pertunjukkan ''salawat dulang'' dipertunjukkan pada hari-hari besar umat muslim seperti [[Maulid Nabi]], [[Idul Fitri]], dan [[Idul Adha]] atau pada upacara bernuansa agama seperti ketika menaiki rumah baru dan khatam al-Quran. Tempat penyelenggaraan ''salawat dulang'' biasanya merupakan tempat yang dipandang terhormat menurut nilai masyarakat Minangkabau, seperti surau atau masjid, atau tempat untuk tamu yang dihormati bila diadakan di rumah penduduk (terletak di bagian kiri dari pintu masuk utama).{{sfn|Amir|Zuriati|Anwar|2006|p=54}}
Dalam pertunjukkan tersebutsalawat dulang, dua pendendang duduk bersisian dan menabuh dulang bersamaan. Keduanya dapat berdendang bersamaan atau saling menyambung larik dalam [[syair]].{{sfn|Amir|Zuriati|Anwar|2006|p=53}} Pendendang umumnya laki-laki. Namun, kini terdapat pula pendendang-pendendang perempuan meskipun belum begitu berterima di [[orang Minang|masyarakat Minangkabau]] sendiri.{{sfn|Amir|Zuriati|Anwar|2006|p=54}}
 
Penampilan ''salawat dulang'' berupa tanya jawab, saling serang, dan saling mempertahankan diri sehingga pendendang kadang dijuluki menurut nama-nama senjata, seperti "peluru kendali" dan "gas beracun" dan hanya bisa dilaksanakan bila pendendang berjumlah setidaknya dua orang.{{sfn|Amir|Zuriati|Anwar|2006|p=53}} Pembacaan hafalan teks berdurasi antara 25 hingga 40 menit, biasanya berisi tafsiran dari ayat [[al-Quran]] atau [[Hadits]] yang telah ditulis sebelumnya. Sesi pembacaan satu teks ini disebut ''salabuahan'' (disebut juga ''satanggak'' atau ''satunggak'').{{sfn|Amir|Zuriati|Anwar|2006|p=54}}
== Catatan kaki ==
{{reflist}}
 
Pertunjukkan ''salawat dulang'' dipertunjukkan pada hari-hari besar umat muslim seperti [[Maulid Nabi]], [[Idul Fitri]], dan [[Idul Adha]] atau pada upacara bernuansa agama seperti ketika menaiki rumah baru dan khatam al-Quran. Tempat penyelenggaraan ''salawat dulang'' biasanya merupakan tempat yang dipandang terhormat menurut nilai masyarakat Minangkabau, seperti surau atau masjid, atau tempat untuk tamu yang dihormati bila diadakan di rumah penduduk (terletak di bagian kiri dari pintu masuk utama).{{sfn|Amir|Zuriati|Anwar|2006|p=54}}
== Referesi ==
 
{{refbegin}}
== Referensi ==
* {{Cite book|last1= Amir|first1= Adriyetti|last2=|first2= Zuriati|last3= Anwar|first3= Khairil|title= Pemetaan Sastra Lisan Minangkabau|year= 2006|publisher= Andalas University Press|location= Padang|isbn= 979109708-9}}
{{refendreflist}}
 
[[Kategori:Sastra lisan Minangkabau|Salawat dulang]]