Gedongarum, Kanor, Bojonegoro: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Novakurniawan (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Novakurniawan (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 13:
'''Gedongarum''' adalah sebuah [[desa]] yang berada di wilayah Kecamatan [[Kanor, Bojonegoro|Kanor]], [[Kabupaten Bojonegoro]], [[Daftar provinsi Indonesia|Provinsi]] [[Jawa Timur]], [[Indonesia]]. Sebagai desa yang berada di tepi Bengawan Solo, Gedongarum rawan banjir.
 
Desa ini berada di bibir sungai Bengawan Solo yang membatasi Kabupaten Bojonegoro dengan Kabupaten Tuban. Kepala desanya saat ini bernama Suherman. Mantan-mantan Kepala Desa Gedongarum diantaranya adalah Sudarno (1998-2006), Soetomo (1974-1994), DarsonoDarmoleksono (1943-1973), Usup KartomihardjoKartohamidjojo (1908-1943), dan Mbah Lurah yang tidak diketahui namanya. Pada tahun 1980-an masyarakat di desa-desa di bagian utara Kecamatan Kanor mempunyai tiga siklus musim tanam. Dimulai dari musim hujan dengan menanam padi, musim kemarau menanam tembakau, dan musim pancaroba dengan menanam jagung. Tetapi saat ini siklus itu menjadi musim padi, padi, dan padi lagi karena efek dari sistem irigasi pompanisasi yaitu LPPD JAYA TIRTA
 
Salah satu yang unik dari desa ini adalah bahwa Kepala Desa dapat dikatakan tidak mendapat gaji dari pemerintah pusat. Kalaupun mendapatkan hanya sebatas tunjangan setara UMR. Akan tetapi desa ini memiliki tanah desa yang luas yang diberikan hak pengelolaannya kepada Kepala Desa terpilih. Hasil bercocok tanam di tanah yang dinamai bengkok ini dapat mencapai hasil bersih 150 juta. Dalam satu tahun setidaknya mendapatkan 2 kali masa panen sehingga minimal seorang Kepala Desa akan mendapatkan penghasilan bersih 300 juta rupiah setiap tahun. Bayangkan begitu makmurnya jadi Kepala Desa Di Desa ini. maka setiap ada pergantian kepala desa baru maka akan banyak diperebutkan dengan cara membeli suara atau istilahnya BOM-BOMAN siapa yang banyak uang dialah yang menjadi Kepala Desa.