Wiweko Soepono: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 27:
== Karirnya dalam dunia penerbangan nasional ==
Pada tahun [[1968]], [[Presiden]] [[Suharto]] mengangkatnya sebagai direktur [[Garuda Indonesia]], dimana pada saat itu perusahaan penerbangan Garuda mengalami kondisi yang hampir bangkrut dengan armada yang terdiri dari 17 DC-3 Dakota, delapan [[Convair]] 340, tiga [[Lockheed]] Electra, tiga Convair 990-A, serta sebuah DC-8. Dengan pengalamannya selama memimpin ''Indonesian Airways'' di Myanmar, beliau melakukan penyehatan perusahaan dan peremajaan armada dengan mengganti armada dengan pesawat [[Fokker]][[F-27]] dan [[F-28]]. Manajemen dilakukan secara ketat terutama di sektor sektor keuangan yang rawan terjadi kebocoran sehingga sewaktu ia dilengserkan Presiden Soeharto pada tahun [[1984]], di Chase [[Manhattan]] Bank, Garuda memiliki 108 juta dollar AS dalam bentuk tunai diluar dana taktis 4 juta dollar serta armada yang terdiri dari 79 [[pesawat]] dalam kondisi baik diantaranya terdiri atas [[DC-10]], [[Airbus]] [[A-300]] serta [[Boeing]] [[B-747]] sehingga membuat maskapai Garuda Indonesia terbesar di [[Asia]] setelah [[Japan Air Lines]] milik [[Jepang]].
Namun kebijakannya dibidang keuangan yang dikenal ''pelit'' membuat dia begitu kurang disukai para pilot. Dengan gaji sebesar Rp 59.000,00 saat itu, para pilot yang saat itu merasa kurang melakukan tindakan yang dikenal dengan nama ''Ngobyek'' atau ''Freefrighter'' (Pilot mengadakan jasa kargo udara diluar kargo resmi). Wiweko bukan tidak tutup mata dalam hal itu, sehingga pernah suatu saat Wiweko memberikan nasihat kepada para pilot ''Saya tahu bahwa gaji yang diberikan sangat kurang, namun janganlah sekali-kali menjadi pencuri''. Setelah [[R.A.J.Lumenta]] diangkat menjadi direktur utama, kondisi gaji pilot berangsur angsur ditingkatkan.
|