Wiweko Soepono: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 8:
== Perananan pada masa Revolusi Indonesia ([[1945]]-[[1949]]) ==
[[Gambar:Dakotadc-3.jpg|thumb|right|DC-3 Dakota sejenis dengan RI 001]]
Pada Masa perjuangan bangsa, Wiweko pernah ditugasi Presiden Soekarno untuk membeli pesawat DC-3 [[Dakota]] untuk kepentingan perjuangan Republik [[Indonesia]]dari sumbangan masyarakat [[Aceh]]. Menurut Wiweko, dana yang diterimanya di (Siam) [[Thailand]] separuh dari jumlah yang direncanakan saat itu 120.000 $ Strait dolar sehingga hanya mampu beli satu buah pesawat saja. "Korupsi sudah membudaya pada masa itu" keluhnya suatu hari. Pesawat itu yang diberinama RI 001 ''Seulawah'' sedianya dibawa ke Indonesia, namun diurungkan karena ada blokade dari pihak Belanda, maka dijadikan modal usaha penerbangan ''Indonesian Airways'' yang beroperasi di [[Birma]] ([[Myanmar]] sekarang) pada tanggal [[29]] [[Januari]] [[1949]]. Dimana saat itu Myanmar membutuhkan jasa angkutan udara baik untuk kepentingan sipil maupun militer menghadapi kaum separatis. Usahanya yang dia rintis membawakan hasil bahkan dapat menambah modal usaha dengan membeli pesawat C-47 (DC-3 Dakota versi militer) serta akhirnya pada tanggal [[31]] [[Oktober]] [[1950]], mampu menyumbangkan pesawat dakota RI 007 ''Djakarta'' sebagai terima kasih kepada pemerintah Myanmar.
Baris 30 ⟶ 32:
== Karirnya dalam dunia penerbangan nasional ==
Pada tahun [[1968]], [[Presiden]] [[Suharto]] mengangkatnya sebagai direktur [[Garuda Indonesia]], dimana pada saat itu perusahaan penerbangan Garuda mengalami kondisi yang hampir bangkrut dengan armada yang terdiri dari 17 DC-3 Dakota, delapan [[Convair]] 340, tiga [[Lockheed]] Electra, tiga Convair 990-A, serta sebuah DC-8. Dengan pengalamannya selama memimpin ''Indonesian Airways'' di Myanmar, beliau melakukan penyehatan perusahaan dan peremajaan armada dengan mengganti armada dengan pesawat [[Fokker]][[F-27]] dan [[F-28]]. Manajemen dilakukan secara ketat terutama di sektor sektor keuangan yang rawan terjadi kebocoran sehingga sewaktu ia dilengserkan Presiden Soeharto pada tahun [[1984]], di Chase [[Manhattan]] Bank, Garuda memiliki 108 juta dollar AS dalam bentuk tunai diluar dana taktis 4 juta dollar serta armada yang terdiri dari 79 [[pesawat]] dalam kondisi baik diantaranya terdiri atas [[DC-10]], [[Airbus]] [[A-300]] serta [[Boeing]] [[B-747]] sehingga membuat maskapai Garuda Indonesia terbesar di [[Asia]] setelah [[Japan Air Lines]] milik [[Jepang]].
|