Abdul Hamid Lubis Hutapungkut: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Palladin911 (bicara | kontrib)
perbaikan data
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 29:
}}
 
'''Syekh Abdul Hamid Lubis Hutapungkut''' adalah satu dari [[Ulama]] [[Nusantara]], namanya sering dinisbahkan dengan tempat kelahiran seorang [[Daftar pahlawan nasional Indonesia|Pahlawan Nasional Indonesia]], [[Jenderal Besar]] [[TNI]] [[Purnawirawan|(Purn.)]] [[Abdul Haris Nasution]], yakni Huta Pungkut, [[Desa]] kecil di wilayah [[Kotanopan]], [[Mandailing]], [[Sumatera Utara]]. Ulama besar ini terkenal sebagai ahli [[fikih|Fiqih]] <ref name="Harahap">{{Harv|Harahap|2017}}.</ref>. Seorang alumni [[Makkah]] <ref name="Ali Sati">{{Harv|Sati|2016}}.</ref>. Selama di Makkah, beliau adalah sahabat seperguruan dari [[Abdul Karim Amrullah|Haji Rasul]] (Ayah [[Abdul Malik Karim Amrullah|Buya HAMKA]]) dan juga sahabat dari [[Ahmad Dahlan|K.H. Ahmad Dahlan]] (pendiri [[Muhammadiyah]]) <ref name="Pelly">{{Harv | Pelly | 2015 }}</ref>. Ketiga Tokoh ini dikenal sejarah memiliki persahabatan yang sangat erat, hingga melintasi organisasi yang mereka dirikan <ref name="Pelly"/>.
 
== Kelahiran dan masa kecilnya ==
 
Abdul Hamid Lubis dilahirkan pada tahun 1865 M, pada masa kecilnya bernama Ma’as, ayahnya yang bernama Jasuara Lubis adalah seorang petani dan peternak kambing <ref name="Pelly"/>.
Baris 37:
Abdul Hamid Lubis sering membantu orangtuanya sambil belajar mengaji Alquran dan mempelajari "sifat dua puluh" Tuhan. Konon di daerah [[Mandailing]] yang berdekatan dengan [[Sumatera Barat]], menyebabkan banyak warganya pergi ke [[Rao, Pasaman|Rao]], Kumpulan dan [[Bonjol, Pasaman|Bonjol]] untuk menuntut ilmu agama Islam <ref name="Pelly"/>. Bahkan banyak pula pendakwah dan guru agama Islam datang dari daerah tersebut. Masa remaja Abdul Hamid dihabiskan berguru dengan mereka <ref name="Pelly"/>. Beliau tertarik dengan cerita dan riwayat guru-guru besar terkenal seperti [[Imam Bonjol]], [[Tuanku Rao]] dan para pendekar agama lainnya, justru semuanya adalah mereka yang belajar agama Islam bertahun-tahun di [[Makkah]] <ref name="Pelly"/>. Abdul Hamid Lubis muda sangat tertarik mempelajari agama Islam dari sumber asli yaitu ke tanah suci Makkah <ref name="Pelly"/>. Memang waktu itu telah ada Ulama [[Tasawuf]] Tharikat Naqsyabandi, Syekh Sulaiman Al-Kholity di Huta pungkut, namun Beliau tidak tertarik <ref name="Pelly"/>. Beliau berkeingin keras mendalami Islam, terutama ilmu [[Fikih|Fiqih]], ke Makkah, konon pula waktu itu tuan guru yang ahli di bidang itu di Tapanuli Selatan belum ada <ref name="Pelly"/>.
 
== Merantau ke Makkah dan pernikahannya ==
 
Abdul Hamid Lubis diperkenankan orangtuanya menunaikan ibadah haji ke Makkah pada tahun 1885 M, saat itulah Beliau bertekad sekaligus belajar di sana. Dengan susah payah orangtua Abdul Hamid mempersiapkan biaya perjalanan yang cukup minim dengan kapal laut dari Belawan <ref name="Pelly"/>. Keberuntungan menanti Abdul Hamid di kota suci, setelah menunaikan ibadah haji, beliau diberi tumpangan tempat tinggal sekaligus mendapat bantuan biaya pendidikan belasan tahun selama di Makkah dari seorang ahli pengobatan yang dikenal berasal dari [[Palembang]] dengan nama Tabib Abdullah, Tabib Abdullah sekaligus adalah menjadi orangtua asuh bagi Abdul Hamid, dan hingga Abdul Hamid dinikahkan oleh Tabib Abdulah dengan seorang cucunya yang bernama Khadijah, saat itu ayah dari Khadijah tinggal telah meniggal dunia, dan tinggal di rumah Tabib Abdullah <ref name="Pelly"/>.
 
Prof. Usman Pelly, Ph.D, dalam tulisannya <ref name="Pelly"/> menuliskan bahwa nantinya setelah di Hutapungkut isteri Beliau ini dipanggil dengan ''"Omak Makkah"'', dan Syekh Abdul Hamid memiliki dua istri lagi setelah di Hutapungkut, istri dan anak keturunannya sebagaimana dituiskan oleh Prof. Usman Pelly, Ph.D adalah sebagai berikut:
# ''Omak Makkah'' ; salah seorang putranya bernama Harus Lubis, adalah Veteran Pejuang Kemerdekaan RI, alumni Padang Islamic College;
# Mariah Huta Tolang; anak Beliau bernama Amir Hasan Lubis, mantan Kepala Perwakilan P&K Sumatera Utara;
# Nursiah Lubis; ibu dari Prof Dr Harmen Nasution dan Nurminah Lubis (mertua Prof Usman Pelly, Ph.D).
 
== Guru-gurunya ==
Putra Hutapungkut ini menimba ilmu agama Islam dari guru-guru yang sangat dikenal masyarakat Nusantara, seperti :
# Syaikh Abdul Qadir al-Mandaili <ref name="PELLY - NOTE GURU">{{Harv|Pelly|2015|loc= Dalam tulisan yang berjudul ''Syekh Abdul Hamid Hutapungkut'' menyebutkan bahwa '' Syekh Abdul Kadir Mandily, Syekh Ahmad Khatib Minangkabawy (Imam dan Khatib Masjidil Haram Makkah) adalah guru dari Syaikh Abdul Hamid''}}.</ref>
# [[Ahmad Khatib Al-Minangkabawi|Syaikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi]] (Imam dan Khatib Masjidil Haram Makkah) <ref name="PELLY - NOTE GURU"/>; Syaikh Abdul Hamid belajar pada Syaikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi sekitar 10 (sepuluh) tahun <ref name="Erawadi">{{Harv | Erawadi | 2014 }}</ref>.
 
== Kembali ke tanah air ==
Setelah sepuluh tahun belajar di kota suci Mekkah, Syaikh Abdul Hamid kemudian kembali ke tanah air pada tahun 1895 dengan sambutan hangat dan meriah dari sanak saudara dikampung halamannya sebab mendengar seorang Abdul Hamid telah pulang dari berguru kepada Ulama Makkah yang namanya masyhur di Nusantara <ref name="Pelly"/>.
 
== Kiprah & Dakwah di tanah air ==
Syaikh Abdul Hamid membuka pengajian, dan berkeliling dari kampung ke kampung berdakwah dengan berkuda <ref name="Pelly 2017">{{Harv | Pelly | 2017 }}</ref>. Syaikh Abdul Hamid seperti juga para sahabatnya seperguruan sangat keras menantang aliran Tharikat Naqsyabandy, yang ketika itu sangat ramai di Hutapungkut dipimpin Syekh Sulaiman Al-Khodily, walaupun secara pribadi mereka di kampung itu berteman baik <ref name="Pelly"/>. Ketegasan Beliau menerangkan dan menegakkan hukum Islam serta memberantas segala adat istiadat jahiliah yang bercampur aduk dengan kepercayaan animisme dan dinamisme mau tidak mau menimbulkan pergesekkan dengan pemuka adat serta raja-raja Mandailing <ref name="Pelly"/>.
 
Ketika Beliau sampai dihadapkan kepada pengadilan (Landrat) Belanda. Mungkin untuk menghindari kekisruhan lebih jauh dalam masyarakat. Beliau diminta pindah (sementara) ke Pematangsiantar <ref name="Pelly"/>.
 
=== Kota Pematang Siantar ===
Pada tahun 1918 M , Syaikh Abdul Hamid meninggalkan Huta Pungkut menuju Pematangsiantar (Timbang Galung), disana beliau tinggal dirumah Siti Salmah Lubis (kemenakan kandungnya) dan suaminya Bayo Batubara <ref name="Pelly"/>. Belum ada kejelasan mengenai faktor penyebab Syaikh Abdul Hamid meninggalkan Huta Pungkut <ref name="Pelly"/>. Beliau meninggalkan Hutapungkut dan dimutasikan ke Pematangsiantar adalah atas pemufakatan keluarga dan kalangan kuria (adat) <ref name="Pelly 2017"/>.
 
Saat berada Pematang Siantar, beliau pernah menjadi Qadhi di Timbang Galung <ref name="Pelly"/> <ref name="Lubis">{{Harv | Lubis | 2013 }}</ref> . Selama dua tahun dia mengabdikan diri di tengah-tengah masyarakat Batak Simalungun <ref name="Lubis"/>.
 
Di kota ini pula beliau diberi kedudukan sebagai mufti dan tinggal bersama cucunya Adam Malik <ref name="Pelly 2017"/>. Beliau membesarkan [[Adam Malik]] (bekas Wakil Presiden RI dan Ketua Sidang Umum, PBB), menyekolahkannya ke Parabek ([[Bukittinggi]]) dan ke [[Langkat]] (Tanjungpura) <ref name="Pelly"/>. Dari Pematangsiantar itu, di masa Jepang Adam Malik ke Jakarta, bertugas sebagai wartawan <ref name="Pelly"/>. Bergabung dengan Soekarno-Hatta yang sedang mempersiapkan kemerdekaan <ref name="Pelly 2017"/>.
Baris 70:
Syaikh Abdul Hamid kembali ke Huta Pungkut pada tahun 1920 M, mengajar di Masjid Raya Kotanopan, di Tamiang, Muara Botung, Pakantan dan kampung lain di sekitar Mandailing <ref name="Pelly"/>. Karena mobilitas dan tempat Beliau bertugas telah tersebar di sekitar Kotanopan, maka dalam mengunjungi tempat pengajian ini menggunakan mobil sedan kecil, yang waktu itu memang belum biasa digunakan Ulama lainnya <ref name="Pelly"/>. Bahkan Beliau selalu berpakaian rapi kalau mengajar atau melaksanakan tablig, memakai baju tup putih dan jubah hitam atau merah, serta ikatan putih, seperti pakaian Ulama Mesir, penampilan serba “keren” ini menambah wibawa dan martabat Beliau <ref name="Pelly"/>.
 
Beliau merasa lebih tenteram menetap di Hutapungkut dan membangun sebuah masjid berukuran 15x15 meter di halaman muka rumahnya, di masjid ini berdatangan murid-murid yang ingin menerima langsung pengajian Beliau <ref name="Pelly"/>. Salah seorang muridnya, ND Pane saat mengajar di Meulaboh seketika dikirim oleh abangnya untuk menuntut ilmu kepada Syekh Abdul Hamid di Hutapungkut <ref name="Pelly"/>.
 
Ia mendirikan masjid di Hutapungkut Julu yang ada pada masa pergerakan nasioanal <ref name="Pelly"/>. Polisi kolonial selalu pula menggerebek tokoh pergerakan yang sedang melaksanakan rapat di sana <ref name="Pelly"/>. Konon, ketika polisi Belanda ingin menangkap Syekh Abdul Hamid di masjid, namun tidak berhasil dan keluar dengan tangan hampa <ref name="Pelly"/>. Padahal konon, Syekh Abdul Hamid hanya berdiri di belakang pintu masjid. Sejarah pergerakan kemerdekaan yang bermuara dalam perang kemerdekaan banyak dipersiapkan dari masjid ini <ref name="Pelly"/>.
 
=== Murid-muridnya ===
Syaikh Abdul Hamid mengajar di beberapa desa antara lain [[Kotanopan]], [[Huta Pungkut Julu, Kotanopan, Mandailing Natal|Hutapungkut]], [[Tamiang, Kotanopan, Mandailing Natal|Tamiang]], [[Muara Botung, Kotanopan, Mandailing Natal|Muara Botung]] dan sekitarnya, karena penguasaannya atas kitab ''Sabilal Muhtadin'', ia digelar murid-muridnya Syekh sabilal, murid-muridnya datang dari [[Kotanopan]] sekitarnya <ref name="Harahap"/>. Murid-murid Beliau yang telah dewasa kemudian membuka pengajian, banyak juga dikirim belajar ke perguruan di luar Hutapungkut dan kemudian memimpin dan mengajar secara berkelanjutan, terutama ilmu-ilmu agama yang didapatnya dari Syekh Abdul Hamid, baik dalam pengajian Alquran maupun pelajaran Fiqih <ref name="Pelly"/>. Untuk menopang kehidupan sehari-sehari, Syaikh Abdul Hamid juga bertani dan berkebun, murid-murid beliau juga berkhidmat membantu pekerjaan beliau sehari-hari <ref name="Pelly"/>.
[[Berkas:Masjid dan makam syaikh abdul hamid lubis hutapungkut.jpg|jmpl|Masjid & Makam Syaikh Abdul Hamid Lubis Hutapungkut]]
Diantara murid-murid beliau yang terkemuka adalah :
 
# (1886 M - 1955 M <ref name="Ali Sati">{{Harv|Sati|2016}}.</ref> ) - [[Musthafa Husein al-Mandili| Syeikh Musthafa Husein Nasution al-Mandili]] ; Seorang pendiri salah satu pesantren terbesar dan tertua di Sumatera Utara, muridnya sekitar 12.000 (santri)<ref name="Berry">{{Harv|Berry|2017}}.</ref>. [[Nasution]] dan al-Mandaili dibelakang namanya menunjukkan bahwa beliau adalah seorang [[Mandailing]], saat ini berada di wilayah [[Kabupaten Mandailing Natal]], [[Sumatera Utara]].
# (1876 M - 1971 M <ref name="Pulungan">{{Harv|Pulungan|2013}}.</ref>) - Syekh Mahmud Fauzi; Belajar langsung dengan Syeikh Hutapungkut selama tiga tahun, tahun 1910 Syaikh Mahmud Fauzi berangkat ke Mekkah atas dorongan gurunya tersebut, banyak menulis buku namun sekarang ini sudah banyak yang hilang, diantaranya yang dapat dicatat adalah Buku ''Menuju Mekkah-Madinah-Baitul Maqdis'', jabatan organisasi yang diembannya terakhir sebelum meninggal dunia adalah Rois Suriyah NU di Batang Toru <ref name="ADM TOBAPOS">{{Harv|Adm|2016}}.</ref>. ;
# KH. Ahmad Nasution; Ketua [[Nahdlatul 'Ulama|NU]] [[Sumatera Utara]], penulis riwayat hidup Syaikh Abdul Hamid (lihat Sejarah Ulama-Ulama Sumatra Utara, IAIN-Sumut 1975) <ref name="Pelly"/>.
# ND.Pane; mantan Ketua Umum [[Muhammadiyah]] Sumatera Utara <ref name="Pelly"/>.
 
Tempat-tempat pengajian ini kemudian mekar menjadi madrasah-madrasah, seperti :
# (1927) - Makhtab Ihsaniah Hutapungkut dipimpin Syekh Mohd. Ali bin Basyir, (yang berasal dari Deli Tua, {[[Kesultanan Deli]]).
# (1928) - Madrasah Diniyah School di Botung, dengan gurunya Mohamad Arjun gelar Haji Fachruddin Arif, tamatan Tawalib Parabek,
# (1928) - Madrasah Islamiyah di Manambin , dengan gurunya Ustadz Hasanuddin dari Langkat,
# (1928) - Madrasah Subus Salam di Sayur Maincat Kotanopan, dengan gurunya H.Ilyas dari Delitua, (dari [[Kesultanan Deli]]).
# (1929) - Madrasah Syariful Majlis , di Singengu Kotanopan dengan gurunya H.Nurdin Umar dari [[Kesultanan Langkat]]. Alumni madrasah ini banyak menjadi pemimpin masyarakat.
 
== Berpulang ke-Rahmatullah ==
{{Quote box
|width = 70%