Perang Salib: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 6:
Pada 1095, [[Paus Urbanus II]] menyeru dunia Kristen untuk mengobarkan [[Perang Salib Pertama]] dalam khotbahnya pada penyelenggaraan [[Konsili Clermont]]. Ia mengimbau para hadirin untuk mengerahkan kekuatan militer demi membantu Kekaisaran Bizantium dan Kaisarnya, [[Alexius I Komnenus|Aleksios I]], yang memerlukan kekuatan tambahan dalam menghadapi orang-orang Turki yang telah bermigrasi ke barat dan telah menjajah [[Anatolia]]. Salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh Sri Paus adalah terjaminnya keleluasaan dan keamanan bagi para peziarah Kristen untuk menyiarahi tempat-tempat suci agama Kristen di kawasan timur Laut Tengah yang telah diduduki kaum Muslim, namun para pakar tidak sependapat mengenai apakah jaminan akses bagi para peziarah ini adalah motif utama dari Sri Paus sendiri ataukah motif utama dari pihak-pihak yang menanggapi seruannya. Mungkin saja Sri Paus sebenarnya bermaksud untuk mempersatukan kembali belahan Timur dan belahan Barat [[dunia Kristiani|Dunia Kristen]] yang terpisah semenjak peristiwa [[Skisma Timur-Barat]] pada 1054, serta menjadikan dirinya sendiri sebagai kepala segenap Gereja. Kemenangan awal yang diraih bala tentara Kristen dalam Perang Salib menghasilkan pendirian empat [[negara-negara Tentara Salib|Negara Tentara Salib]] yang pertama di kawasan timur [[Laut Tengah]], yakni [[County Edessa|Kabupaten Edessa]], [[Kepangeranan Antiokhia]], [[Kerajaan Yerusalem]], dan [[Comitatus Tripolitanus|Kabupaten Tripoli]]. Tanggapan yang menggebu-gebu terhadap seruan Paus Urbanus dari seluruh kalangan masyarakat Eropa Barat menjadi preseden bagi perang-perang Salib selanjutnya. Para sukarelawan menjadi Tentara Salib dengan mengikrarkan kaul di muka umum dan menerima [[indulgensi|indulgensi paripurna]] dari Gereja. Sebagian sukarelawan berharap akan diangkat beramai-ramai ke surga dari Yerusalem atau beroleh ampunan dari [[Allah dalam agama Kristen|Allah]] atas segala dosanya. Sukarelawan yang lain ikut serta menjadi Tentara Salib demi menunaikan kewajiban feodal, demi kemuliaan dan kehormatan, atau demi keuntungan ekonomi dan politik.
 
Upaya dua abad untuk membebaskan Tanah Suci dari penjajahan kaum Muslim berakhir dengan kegagalan. Sesudah Perang Salib Pertama, masih ada lagi enam Perang Salib besar dan banyak Perang Salib yang kurang penting. Setelah kubu-kubu Katolik terakhir ditaklukkan pada 1291, tidak ada lagi Perang Salib, tetapi keuntungan yang berhasil dikumpulkan bertahan lebih lama di kawasan utara dan barat Eropa. [[Perang Salib Wendi]] dan perang-perang Salib yang dikobarkan oleh [[Hartwig dari Uthlede|Uskup Agung Bremen]] berhasil mempersatukan seluruh kawasan timur laut Semenanjung Baltik serta suku-suku di [[Mecklenburg (wilayah)|Mecklenburg]] dan [[Lausitz]] di bawah kendali Katolik pada penghujung abad ke-12. Pada permulaan abad ke-13, [[Ordo Teutonik|Tarekat Kesatria Teuton]] mendirikan sebuah Negara Tentara Salib di [[Prusia]], dan monarki Perancis memanfaatkan [[Perang Salib Albigensian|Perang Salib Albigensia]] untuk memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke Laut Tengah. Sepak terjang [[Kesultanan Utsmaniyah|Imperium Osmanli]] pada penghujung abad ke-14 ditanggapi pihak Katolik dengan perang-perang Salib yang berakhir dengan kekalahan bala tentaranya di [[Pertempuran Nikopolis|Nikopolis]] pada 1396 dan di [[Pertempuran Varna|Varna]] pada 1444. Eropa Katolik beradaterpuruk dalam keadaan kacau-balau, dan simpulbabak terakhir pertaliandalam perseteruan Kristen–Islam ditandai oleh dua peristiwa yang menggetarkan: [[Kejatuhan Konstantinopel|jatuhnya Konstantinopel]] ke tangan Imperium Osmanli pada 1453, dan kemenangan akhir Spanyol atas bangsa Moro dengan [[Perang Granada|takluknya Granada]] pada 1492. Gagasan Perang Salib terus hidup, sekurang-kurangnya dalam wujud [[Ksatria Hospitaller|Ordo Kesatria Hospitalis]], sampai akhir abad ke-18, namun fokus minat orang Eropa Barat telah beralih ke [[Dunia Baru]].
 
[[Perang Salib Rakyat]] memicu pembunuhan ribuan orang Yahudi, yang dikenal sebagai [[Perang Salib Jerman, 1096|pembantaian Rhineland]]. Konstantinopel [[Pengepungan Konstantinopel (1204)|dijarah]] selama [[Perang Salib Keempat]], sehingga usaha penyatuan kembali dunia Kristen pada saat itu mustahil terjadi. Pengepungan tersebut mengakibatkan melemahnya [[Kekaisaran Bizantium]] dan [[Kejatuhan Konstantinopel|akhirnya jatuh]] ke dalam kekuasaan [[Kesultanan Ottoman]] pada tahun [[1453]]. Para penguasa Eropa Barat tidak memberikan tanggapan yang jelas ketika kubu pertahanan Katolik yang terakhir di wilayah tersebut, [[Akko]], [[Pengepungan Akko (1291)|jatuh]] pada tahun 1291.<ref name="Davies 1997, pp. 358">{{Harvnb|Davies|1997|pp=358}}</ref>