Wanarata: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 12:
}}
Wanarata adalah sebuah desa yang sekaligus menjadi ikon dan simbol untuk dukuh disekitarnya, dan juga menjadi pusat kelurahan desa. WanarataSekitar dalamtahun bahasa1932 Jawadi berartidesa Hutanini yangmasih ratamenganut ajaran hindu, faktanyakemudian dengan datangnya Syeh Gribig, Mbah Nurul Salam, Mbah Soma, Mbah Gudang, Mbah Sirut, Mbah Anggrek mereka mengajarkan ilmu islam disekitar desa iniwanarata.
Genteng adalah salah satu dari produk yang dihasilkan oleh desa Wanarata, selain hasil pertanian padi. Desa ini dihimpit oleh dua sungai, sehingga menjadi tempat yang indah dan subur.
Wanarata sendiri diduga adalah Desa warisan dari Kerajaan Majapahit, Pasundan serta Mataram. Sebagai bukti dari logat bicara satu kelurahan tersebut, setiap dusun berbeda-beda, inilah suatu keunikan tersendiri yang dimiliki oleh Desa Wanarata.
Wanarata terdiri atas 10 dukuh yaitu dukuh gudang, dukuh benteng-karangsari, dukuh krajan III, dukuh Krajan IV, dukuh Krajan V-kalisirem, dukuh lenggak, dukuh kedungsambi, dukuh guluk, dukuh mulyoharjo dan dukuh karangpucung.
== '''Masuknya Agama Islam di Desa Wanarata''' ==
Sekitar sebelum tahun 1610 ''(diambil dari tahun riwayat Pangeran Agiyana Majalangu)'' di desa ini masih menganut ajaran hindu, dan sebagian besar lagi mereka memeluk agama nenek moyang. Memang sebelum agama Islam masuk ke Indonesia, agama kepercayaan para Raja-Raja terdahulu adalah Hindu Budha. Jadi tidak mustahil bilamana kedua agama tersebut sangat mengakar di masyarakat. Namun berkat keislaman Raden Brawijaya V setelah masuk Islam oleh Raden Said atau Sunan Kalijaga, sebagian besar rakyat Majapahit akhirnya memeluk Islam.
|