Toboali, Bangka Selatan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Hendrihioe (bicara | kontrib)
Pariwisata: Perbaikan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Hendrihioe (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 85:
Benteng dengan ukuran luas 54X32 meter ini memang sudah tidak utuh lagi. Atap serta sebagian dinding sudah rubuh. Benteng ini dibangun dengan tinggi bervariasi antara 2 meter – 3 meter, dengan ketebalan dinding benteng bagian utama sekitar 90-120 cm.
Di dalam benteng dapat dilihat ada 7 ruangan yang dulunya digunakan sebagai barak prajurit, dapur, ruang administrasi, gudang makanan dan tempat menyimpan senjata. Di tengah benteng terdapat kursi-kursi batu yang katanya menjadi tempat para prajurit bertemu ataupun makan.
 
Benteng Toboali memang dibangun oleh Pemerintah Kolonial Belanda untuk melindungi Kota Toboali yang mempunyai posisi sangat strategis dalam penguasaan pertambangan timah oleh pemerintah kolonial Belanda sejak abad ke-16. Lokasi benteng juga dipilih karena alasan stratejik, yaitu berada di atas bukit yang dapat memantau perairan di Laut Jawa di sebelah selatan Bangka serta Pelabuhan Bom Pendek di Toboali.
 
Seperti kota Muntok di ujung barat Pulau Bangka, Pemerintah kolonial Belanda juga membagi Toboali dalam beberapa klaster, yaitu klaster Eropa, klaster Cina dan klaster Melayu untuk pribumi agar dapat mengendalikan penduduk Bangka dan stabilititas di Toboali.
Dari Benteng Toboali, pengunjung dapat menyaksikan pemandangan kota Toboali serta Pantai Nek Aji dan beberapa bangunan-bangunan tua yang dibangun oleh pemerintah Kolonial Belanda, yang salah satunya berfungsi sebagai gedung wedana. Biasanya, orang-orang berkunjung ke benteng ini di waktu sore hari.