Perdagangan budak Arab: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k →Topik terkini: see https://books.google.nl/books?hl=nl&id=hQqNAAAAIAAJ&dq=%22Economics+and+World+History%22+%22Myths+and+Paradoxes%22+million&focus=searchwithinvolume&q=%2214-15+million%22 |
k Bot: Perubahan kosmetika |
||
Baris 3:
Asal usul kota rantau parapat yaitu berasal dari bahasa Arab Arr Qat mempunyai arti kota budak dimana pada masa Raja Mesir berkuasa menguasai dunia Raja Fir'aun sebelum dan sesudah Abad 1 masehi , Raja Raja mesir ini memerintahkan bawahannya untuk mencari bahan untuk pengawet mumi hingga sampailah ke sekarang nama daerahnya barus di provinsi sumatera utara Negara Indonesia
Barus pada waktu itu menjadi tempat pelabuhan bagi kapal kapal kecil atau besar untuk mengangkut kapur barus salah satu bahan kimia untuk pengawet mumi dll.
Tetapi bukan hanya barus yg dibawa kemesir banyak hasil rempah rempah lainnya pula , seperti kemenyan , merica serta tak luput pohon pohon kayu dan hewan hewan serta lainnya.
Hingga tersebutlah pelabuhan barus ,pelabuhan ini menjadi ramai persinggahan dari semua kalangan hingga terjadilah suatu tempat jual beli budak disuatu daerah hingga dikenal dengan kota budak yg bahasa arabnya Arr 'Qot ( arr'qat ) sekarang bernama rantau parapat , ada kotanya mungkin ada pusat pemerintahannya dan pemimpinnya ( Raja ) , pusat pemerintahannya di daerah simangambat Tapanuli selatan sumatera indonesia sekarang dan di daerah simangambat ada peninggalan candi candi zaman hindu dan purbakala dan lain lain dgn Rajanya bernama Dhang Hyang Ditirta sukunya tersebut dengan Suku Angkola nesia mungkin situs situsnya dapat ditemukan berupa prasasti prasati disekitar pada masa indonesia baru merdeka dikenal dengan wilayah sumatera timur mungki bukan bagian dari suku batak ( pusuk buhit )
Suku Angkolanesia afalah suku asli asimilasi ( perkawinan perkawinan ) dari suku suku yg hidup nomaden sepanjang bukit barisan dan suku suku berbagai ras bangsa yg singgah dan hingga menetap beranak pinak hingga kini.
Baris 12:
Asal usul kota rantau parapat yaitu berasal dari bahasa Arab Arr Qat mempunyai arti kota budak dimana pada masa Raja Mesir berkuasa menguasai dunia Raja Fir'aun sebelum dan sesudah Abad 1 masehi , Raja Raja mesir ini memerintahkan bawahannya untuk mencari bahan untuk pengawet mumi hingga sampailah ke sekarang nama daerahnya barus di provinsi sumatera utara Negara Indonesia
Barus pada waktu itu menjadi tempat pelabuhan bagi kapal kapal kecil atau besar untuk mengangkut kapur barus salah satu bahan kimia untuk pengawet mumi dll.
Tetapi bukan hanya barus yg dibawa kemesir banyak hasil rempah rempah lainnya pula , seperti kemenyan , merica serta tak luput pohon pohon kayu dan hewan hewan serta lainnya.
Hingga tersebutlah pelabuhan barus ,pelabuhan ini menjadi ramai persinggahan dari semua kalangan hingga terjadilah suatu tempat jual beli budak disuatu daerah hingga dikenal dengan kota budak yg bahasa arabnya Arr 'Qot ( arr'qat ) sekarang bernama rantau parapat , ada kotanya mungkin ada pusat pemerintahannya dan pemimpinnya ( Raja ) , pusat pemerintahannya di daerah simangambat Tapanuli selatan sumatera indonesia sekarang dan di daerah simangambat ada peninggalan candi candi zaman hindu dan purbakala dan lain lain dgn Rajanya bernama Dhang Hyang Ditirta sukunya tersebut dengan Suku Angkola nesia mungkin situs situsnya dapat ditemukan berupa prasasti prasati disekitar pada masa indonesia baru merdeka dikenal dengan wilayah sumatera timur mungki bukan bagian dari suku batak ( pusuk buhit )
Suku Angkolanesia afalah suku asli asimilasi ( perkawinan perkawinan ) dari suku suku yg hidup nomaden sepanjang bukit barisan dan suku suku berbagai ras bangsa yg singgah dan hingga menetap beranak pinak hingga kini.
Baris 142:
* Sahara sedikit dihuni, meskipun demikian, sejak zaman kuno telah ada kota-kota yang hidup dari [[jalan garam|perdagangan garam]], emas, budak, kain, serta pertanian yang dimungkinkan oleh irigasi. Kota-kota ini antara lain [[Tiaret]], [[Oualata]], [[Sijilmasa]], Zaouila, dan lain-lain.
* Pada Abad Petengahan, istilah Arab umum ''bilâd as-sûdân'' ("Negeri Orang Kulit Hitam") digunakan untuk [[Sudah (kawasan)|kawasan Sudan]] yang amat luas (ungkapan yang menunjukkan [[Afrika Bara]] dan [[Afrika Tengah|Tengah]]<ref>{{citation | author = International Association for the History of Religions | title = Numen | publisher = EJ Brill | place = Leiden | year = 1959 | page = 131 | quote = West Africa may be taken as the country stretching from Senegal in the west, to the Cameroons in the east; sometimes it has been called the central and western Sudan, the Bilad as-Sūdan, 'Land of the Blacks', of the Arabs}}</ref>), atau terkadang terbentang dari pesisir Afrika Barat hingga [[Sudan Bart]].<ref name="Levtzion">Nehemia Levtzion, Randall Lee Pouwels, The History of Islam in Africa, (Ohio University Press, 2000), p.255.</ref>). Kawasan ini menyediakan suplai tenaga manusia untuk Afrika Utara dan Sahara. Kawasan ini didominasi oleh negeri-negeri dan bangsa tertentu, di antaranya [[Kekaisaran Ghana]], [[Kekaisaran Mali]], [[Kekaisaran Kanem|Kekaisaran Kanem-Bornu]], [[Orang Fula|Fula]] dan [[Kerajaan Hausa|Hausa]]
[[Berkas:Zanzslgwch.jpg|
* Di Afrika Timur, pesisir Laut Merah dan Samudra Hindia dikendalikan oleh Muslim lokal, dan bangsa Arab berperan penting sebagai <!--In eastern Africa, the coasts of the Red Sea and Indian Ocean were controlled by local Muslims, and Arabs were important as traders along the coasts. [[Nubia]] had been a "supply zone" for slaves since antiquity. The Ethiopian coast, particularly the port of [[Massawa]] and [[Dahlak Archipelago]], had long been a hub for the exportation of slaves from the interior, even in [[Kingdom of Aksum|Aksumite]] times. The port and most coastal areas were largely Muslim, and the port itself was home to a number of Arab and Indian merchants.<ref>Pankhurst, Richard. ''The Ethiopian Borderlands: Essays in Regional History from Ancient Times to the End of the 18th Century'' (Asmara, Eritrea: Red Sea Press, 1997), pp.416</ref> The [[Solomonic dynasty]] of Ethiopia often exported [[Nilotic peoples|Nilotic]] slaves from their western borderland provinces, or from newly conquered southern provinces.<ref>Pankhurst. ''Ethiopian Borderlands'', pp.432</ref> The [[Somali people|Somali]] and [[Afar people|Afar]] Muslim [[sultan]]ates, such as the [[Adal Sultanate]], also exported Nilotic slaves that they captured from the interior, as well as some vanquished foes.<ref>Pankhurst. ''Ethiopian Borderlands'', pp.59 & 435</ref> Additionally, Arabs set up slave-trading posts along the southeastern coast of the Indian Ocean; most notably in the archipelago of Zanzibar, along the coast of present-day Tanzania. The [[Zanj]] region or [[Swahili Coast]] flanking the Indian Ocean continued to be an important area for the Oriental slave trade up until the 19th century. [[David Livingstone|Livingstone]] and Stanley were then the first Europeans to penetrate to the interior of the [[Congo Basin]] and to discover the scale of slavery there. The Arab Tippu Tip extended his influence there and captured many people as slaves. After Europeans had settled in the [[Gulf of Guinea]], the trans-Saharan slave trade became less important. In Zanzibar, slavery was abolished late, in 1897, under Sultan [[Hamoud bin Mohammed of Zanzibar|Hamoud bin Mohammed]].-->
|