Sejarah Palembang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 7:
Menurut [[George Coedes]], "pada paruh kedua abad ke-9, Jawa dan Sumatra disatukan di bawah kekuasaan [[Sailendra]] yang memerintah di Jawa ... pusatnya di Palembang."<ref name=Coedes>{{cite book|last= Coedès|first= George|authorlink= George Coedès|editor= Walter F. Vella|others= trans.Susan Brown Cowing|title= The Indianized States of Southeast Asia|year= 1968|publisher= University of Hawaii Press|isbn= 978-0-8248-0368-1}}</ref>{{rp|92}}
Sebagai ibu kota kerajaan Sriwijaya, kota tertua kedua di Asia Tenggara ini telah menjadi pusat perdagangan penting di Asia Tenggara maritim selama lebih dari satu milenium. Kerajaan ini berkembang dengan mengendalikan perdagangan internasional melalui [[Selat Malaka]] dari abad ketujuh hingga ketiga belas, mengukuhkan hegemoni atas negara-negara di Sumatera dan Semenanjung Malaya. Prasasti Sanskerta dan catatan perjalanan Tiongkok melaporkan bahwa kerajaan ini menjadi makmur karena merupakan perantara dalam perdagangan internasional antara Tiongkok dan India. Karena [[Muson]], atau angin musiman yang terjadi dua kali setahun, setelah sampai di Sriwijaya, para pedagang dari [[Tiongkok]] atau [[India]] harus tinggal di sana selama beberapa bulan menunggu perubahan arah angin, atau harus kembali ke Tiongkok atau India.
== Lihat juga ==
|