Ibnu Batutah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika |
|||
Baris 42:
[[Berkas:Turkish - Tile with the Great Mosque of Mecca - Walters 481307 - View A.jpg|jmpl|lurus|Ubin buatan [[Kesultanan Utsmaniyah|Utsmaniyah]] dari abad ke-17 bergambar [[Kabah]] di [[Mekah]]]]
Pada awal musim semi 1326, setelah menempuh perjalanan sejauh 3.500 km (2.200 mil), Ibnu Batutah akhirnya sampai ke Bandar [[Iskandariah|Aleksandria]], yang kala itu termasuk dalam wilayah [[Dinasti Bahri|Kesultanan Mamluk Bahariyah]]. Di bandar itu pula ia berjumpa dengan dua orang aulia ahli zuhud. Salah seorang di antaranya bernama Syekh Burhanudin yang konon meramalkan bahwa Ibnu Batutah kelak akan menjelajahi dunia. Kepada Ibnu Batutah, ahli zuhud itu berkata, "tampaknya engkau gemar berkelana ke negeri asing. Kelak engkau bertemu dengan saudaraku Faridudin di India, Rukanudin di Sindi, dan Burhanudin di Tiongkok. Sampaikanlah salamku kepada mereka." Ahli zuhud lainnya yang bernama Syekh Mursyidi menafsirkan salah satu mimpi Ibnu Batutah sebagai pertanda bahwa ia telah ditakdirkan menjadi seorang penjelajah dunia.<ref>Perjalanan-Perjalanan Ibnu Batutah diterjemahkan oleh Hamilton A.R Gibb</ref><ref>{{harvnb|Defrémery|Sanguinetti|1853|p=[https://books.google.com/books?id=mdQOAAAAQAAJ&pg=PA27 27 Jld. 1]}}</ref> Ibnu Batutah singgah selama beberapa pekan di Aleksandria demi mengunjungi situs-situs bersejarah di daerah itu, dan kemudian melanjutkan perjalanannya menuju [[Kairo]], ibu kota [[Kesultanan Mamluk (Kairo)|Kesultanan Mamluk]] sekaligus sebuah kota yang terkemuka. Setelah singgah sekitar sebulan lamanya di Kairo,<ref>{{Harvnb|Dunn|2005|p=49}}; {{harvnb|Defrémery|Sanguinetti|1853|p=[https://books.google.com/books?id=mdQOAAAAQAAJ&pg=PA67 67 Jld. 1]}}</ref> ia melakukan penjelajahan kali pertama dari sekian banyak perjalanan jelajahnya di wilayah Kesultanan Mamluk yang relatif aman. Dari tiga jalur perjalanan yang biasa ditempuh orang menuju Mekah, Ibnu Batutah memilih jalur yang paling jarang dilalui, yakni jalur yang menyusuri lembah Sungai Nil ke arah hulu, kemudian berbelok ke arah timur menuju Bandar [[Aidab]] di pesisir [[Laut Merah]].{{efn|Aidab adalah sebuah bandar di pesisir barat Laut Merah dengan letak geografis {{Coord|22|19|51|N|36|29|25|E}}.{{sfn|Peacock|Peacock|2008}}}} Namun begitu tiba di bandar itu, pecah huru-hara yang membuatnya terpaksa berbalik arah.<ref>{{Harvnb|Dunn|2005|pp=53–54}}</ref>
Ibnu Batutah kembali ke Kairo dan memilih jalur lain, kali ini melewati Kota [[Damaskus]] yang berada di bawah kekuasaan Kesultanan Mamluk. Dalam perjalanannya yang pertama, ia pernah berjumpa dengan seorang wali yang meramalkan bahwa ia hanya dapat sampai ke Mekah melalui [[Kesultanan Mamluk (Kairo)|Syam]].<ref>{{harvnb|Defrémery|Sanguinetti|1853|p=[https://books.google.com/books?id=mdQOAAAAQAAJ&pg=PA105 105 Jld. 1]}}; {{harvnb|Gibb|1958|p=66}}; {{harvnb|Dunn|2005|p=53}}</ref> Jalur kedua ini justru ia anggap menguntungkan, karena melewati banyak tempat suci, termasuk [[Hebron]], [[Yerusalem]], dan [[Betlehem]]. Selain itu, para pejabat Kesultanan Mamluk juga mengerahkan segala daya dan upaya untuk menjaga keamanan jalur ini bagi para peziarah. Tanpa jerih payah mereka, para musafir yang melewati jalur ini pastilah menjadi bulan-bulanan perampok dan pembunuh.{{sfn|Dunn|2005|p=54}}{{efn|Ibnu Batutah berangkat dari Kairo sekitar 16 Juli 1326, dan tiba di Damaskus tiga pekan kemudian pada 9 Agustus 1326.{{sfn|Gibb|1958|pp=71, 118}} Perjalanan itu diriwayatkannya sebagai sebuah perjalanan yang berbelit-belit menyusuri jalur zig-zag melintasi Palestina, tempat ia berkesempatan untuk berkunjung ke lebih dari dua puluh kota. Perjalanan semacam ini tentunya tidak mungkin dilakukan dalam jangka waktu tiga pekan, sehingga Hamilton Gibb (1958) maupun Hrbek (1962) berpendapat bahwa Ibnu Batutah mencampuradukkan kisah perjalanannya itu dengan kisah-kisah perjalanan yang dilakukannya di kemudian hari di kawasan itu.{{sfn|Gibb|1958|p=81 Note 48}}{{sfn|Hrbek|1962|pp=421-425}} Amikam Elad (1987) telah membeberkan bahwa uraian Ibnu Batutah tentang sebagian besar dari situs-situs di Palestina bukanlah hasil karyanya sendiri melainkan disalin (tanpa menyebut sumber) dari naskah ''Ar-Rihlah'' terdahulu, karya seorang musafir yang bernama [[Muhammad Al-Abdari al-Hihi|Muhammad Al-Abdari]]. Alasan-alasan inilah yang memustahilkan penyusunan suatu kronologi yang akurat dari perjalanan-perjalanan jelajah yang dilakukan Ibnu Batutah di negeri Syam.{{sfn|Elad|1987}} }}
|