Pendudukan Sumatera Barat oleh Jepang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Pembatalan
Baris 39:
 
== Kepemimpinan Yano Kenzo ==
[[Berkas:Yano_Kenzo.jpeg|"Gubernur Sumatera Barat" {{jaill|Yano Kenzo|矢野兼三}} dalam balutan busana tradisional Minangkabau.|jmpl|180px|kiri]]
 
Pemerintahan sipil Sumatera Barat baru efektif berjalan setelah kedatangan {{jaill|Yano Kenzo|矢野兼三}} ke Sumatera Barat pada 9 Agustus 1942 sebagai Residen Sumatera Barat. Sebelum bertugas di Sumatera Barat, Yano pernah menjabat sebagai Gubernur [[Prefektur Toyama]].{{sfn|Kahin|2005|pp=142}} Gusti Asnan mencatat Yano berperan besar dalam mewujudkan kerja sama yang baik antara rakyat Sumatera Barat dengan pihak Jepang.{{sfn|Asnan|2006|pp=122}} Yano banyak menentang kebijakan Komando Tentara ke-25, tetapi tetap menjaga hubungan persahabatan dengan Panglima Tentara ke-25 Tanabe di Bukittinggi. Simpatinya pada aspirasi rakyat setempat untuk merdeka dan kekecewaannya terhadap kebijakan pemerintah yang tidak sesuai dengan pandangannya ia kemukakan dalam sebuah artikel yang ditulisnya kelak pada 1967.{{sfn|Kahin|2005|pp=144}}
 
Sebagai pemimpin sipil, Yano Kenzo melakukan pendekatan terhadap penduduk Minangkabau melalui kebudayaan. Ia memiliki minat pada alam, masyarakat, dan adat-istiadat Minangkabau yang menganut tradisi matrilineal.{{sfn|Kahin|2005|pp=142}} Menurut Gusti Asnan, pandangan politiknya yang dipengaruhi oleh minatnya yang besar terhadap Minangkabau menjadi dasar lahirnya ide untuk memprakarsai pendirian beberapa organisasi kemasyarakatan, sosial, dan budaya di Sumatera Barat.{{sfn|Asnan|2006|pp=122}} Karena bertahan dengan pendiriannya menentang kebijakan ekonomi otoritas Jepang, Yano mengundurkan diri sebagai gubernur pada Maret 1944 dan digantikan oleh Hattori Naoaki pada bulan berikutnya.{{sfn|Kahin|2005|pp=151}} Yano menilai, tentara pendudukan Jepang sangat menyadari sumber daya Indonesia yang berlimpah dan bertekad untuk terus mempertahankan kekuasaannya di Indonesia, sekalipun untuk itu Jepang terpaksa melepaskan [[Filipina]] dan [[Myanmar|Burma]].{{sfn|Kahin|2005|pp=143}}