Keyakinan dalam Buddhisme: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Glorious Engine (bicara | kontrib)
Glorious Engine (bicara | kontrib)
Baris 128:
 
Buddha Tanah Murni sekarang masih menjadi salah satu bentuk agama paling populer di Asia Timur, dan dipraktekkan oleh sebagian besar biksu Asia Timur.{{sfn|Hsieh|2009|p=236}}{{sfn|Welch|1967|p=396}}{{sfn|Hudson|2005|page=1293}} Pada 1990an, generasi lama dari masyarakat Tiongkok masih memakai matra Amitābha dalam penyambutan umum sehari-hari.{{sfn|Robinson|Johnson|1997|page=198}}
 
===== Jepang =====
Cendekiawan Tendai [[Genshin]] (942–1017), pendeta Tendai [[Hōnen]] (1133–1212) dan muridnya Shinran (1173–1262) menerapkan ajaran Shandao di Jepang, menciptakan Buddha Tanah Murni disana sebagai aliran terpisah untuk pertama kalinya.{{sfn|Abe|1997|page=689}}{{sfn|Barber|2004|p=708}}{{sfn|Andrews|1987|p=4119}} Mereka meyakini dan mengajarkan bahwa pikiran penuh yang mengutip ulang ''nembutsu'' akan mendorong orang percaya masuk ke Surga Barat.{{sfn|Harvey|2013|p=229}}{{sfn|Green|2013|pp=121–3}} Meskipun Hōnen awalnya menyatakan bahwa keseringan mengulang mantra akan membuat keselamatan makin kecil, Shinran kemudian menyatakan bahwa orang yang melakukannya akan terdorong menuju keselamatan (''[[bahasa Jepang|Jepang]]: ichinengi'').{{refn|group=note|Meskipun demikian, dalam beberapa teks, [[Shinran]] berpendapat bahwa beberapa kali ''[[nembutsu]]'' dikutip ulang, entah sekali atau beberapa kali, tak memberikan jawaban lengkap untuk pertanyaan keselamatan.{{sfn|Buswell|Lopez|2013|loc=Ichinengi}}}} Repetisi berikutnya akan menjadi ekspresi penghormatan kepada Buddha Amitābha, yang juga dilakukan untuk rutinitas dan praktik keagamaan lainnya. Pemahaman mendalam dari ajaran, praktik moral dan meditasi Buddha tak dibutuhkan, menurut Shinran,{{sfn|Green|2013|pp=122–3}}{{sfn|Harvey|2013|pp=230, 255}} bahkan menganggap beberapa praktek seperti meditasi merugikan hubungan dengan Buddha Amitābha.{{sfn|Hudson|2005|page=1294}}
 
Konsep iman yang diadopsi oleh Shinran berasal dari Shandao:{{sfn|Williams|2008|page=262}} mula-mula, kepercayaan diri dalam tokoh Buddha Amitābha; kedua, kepercayaan mendalam dalam sumpah yang diambil oleh Buddha Amitābha, dan keputusan alam bawah orang itu sendiri, dan terakhir, keinginan untuk mendedikasikan cinta kasih dari melakukan perbuatan baik agar lahir di Tanah Murni dimana Buddha Amitābha diyakini bermukim.<!--both--> Disana, ketiganya disebut sebagai 'ketunggalan hati' (''[[bahasa Jepang|Jepang]]: isshin'').<!--only Dobbins-->{{sfn|Conze|2003|p=158}}{{sfn|Dobbins|2002|pp=34–5}} Shinran kemudian mengajarkan bahwa iman penuh semacam itu akan membuat orang setara dengan [[Maitreya]], Buddha masa depan, karena pencerahan penuh mereka akan dorongan tanpa keraguan.{{sfn|Dobbins|2002|pp=42–3}}{{sfn|Williams|2008|p=264}}
 
Shinran memegang ajaran Hōnen secara ekstrim: sejak ia mendorong agar ia pergi ke neraka tanpa bantuan Buddha Amitābha, devosi kepada Buddha Amitābha dan kepercayaan dalam sumpahnya adalah jalan tunggal menuju keselamatan.{{sfn|Abe|1997|p=692}}{{sfn|Porcu|2008|page=17}} Meskipun Hōnen mendorong sebagian besar devosi kepada Buddha Amitābha, ia tak melakukannya secara sangat eksklusif: di sisi lain, Shinran mengajarkan sebuah wadah devosi hanya kepada Buddha Amitābha.{{sfn|Irons|2008|page=258}} Kemudian, Buddha Tanah Murni pimpinan Shinran berfokus pada serangkaian praktik terbatas, berseberangan dengan beberapa praktik Buddha Tendai. Karakteristik periode ini dalam Buddhisme Jepang adalah alam selektif dari iman: para guru Tanah Murni Jepang seperti Shinran mengajarkan bahwa Tanah Murni adalah satu-satunya bentuk Buddisme yang menjadi wadah yang benar;<!--both refs--> bentuk Buddhisme lainnya dikritik karena tak efektif untuk Zaman Penurunan Dharma. (Pengembangan dari 'Buddhisme selektif', [[bahasa Jepang|Jepang]]:''senchaku bukkyō'', juga berdampak pada Buddhisme Nichiren.<!--Bielefeldt-->{{sfn|Bielefeldt|2004|pages=388–9}}{{sfn|Dobbins|2004a|page=412}}) Ketiga, meskipun Buddhisme awal mendorong pendirian diri dalam mempraktikkan dharma, dalam tradisi Tanah Murni pada masa berikutnya, ini makin digambarkan oleh pernyataan bahwa orang-orang harus memberikan seluruh "kekuatan diri" dan menyembuhkan kekuatan Amitābha yang bekerja memberikan keselamatan bagi mereka.{{sfn|Harvey|2013|p=230}}{{sfn|Conze|2003|p=159}} Kekuatan ini bahkan diyakini melampaui hukum karma.<!--4934--> Selain itu, meskipun Honen mengajarkan bahwa iman dapat dibangun dengan praktek ''nembutsu'', Shinran menyatakan bahwa iman dibutuhkan untuk mendahului praktek, dan tak dapat dibangun melaluinya.<!--4935-->{{sfn|Shōto|1987|page=4934–5}} Sifat keempat dari gerakan trsebut adalah alam demokratisnya:{{sfn|Andrews|1987|p=4119}}{{sfn|Abe|1997|page=689}} dalam beberapa pasal, Shinran menyatakan bahwa orang yang "jahat" memiliki banyak kesempatan untuk mencapai Tanah Murni sebagai orang yang "baik", sebuah gagasan yang mirip dengan konsep "[[keselamatan pendosa]]" dari agama Kristen.<ref>{{cite book|url=http://www.e-reading.club/bookreader.php/142060/An_Introduction_to_Buddhist_Ethics.pdf|last1=Harvey|first1=Peter|title=An Introduction to Buddhist Ethics: Foundations, Values and Issues|date=2000|publisher=[[Cambridge University Press]]|location=New York|isbn=978-0-511-07584-1|page=143}}</ref>{{refn|group=note|Namun, bberapa cendekiawan menurunkan peran gerakan-gerakan baru seperti Buddhisme Tanah Murni pada [[periode Kamakura]], dengan alasan bahwa reformasi juga terjadi dalam aliran-aliran Buddhis lama, dan beberapa gerakan baru hanya meraih signifikansi lebih pada masa berikutnya.{{sfn|Dobbins|2004a|page=414}}}}
 
Ordo-ordo Buddhis lama sangat menentang gerakan tersebut, karena memulai aliran baru, menyingkirkan ajaran-ajaran Buddha, dan memelintir Buddha Gautama. Saat kaisar merasa bahwa beberapa monastik Honen bertindak tak diinginkan, Hōnen dicekal pada sebuah provinsi terpencil selama empat tahun.{{sfn|Abe|1997|pp=691–2}}{{sfn|Andrews|1987|p=4120}}{{sfn|Buswell|Lopez|2013|loc=namu Amidabutsu}} Saat Shinran mulai mengajarkan penentangan terhadap kebiasaan selibasi, menyatakan bahwa ini mengindikasikan kurangnya kepercayaan terhadap Buddha Amitābha, ia juga dicekal.{{sfn|Abe|1997|pp=691–2}}{{sfn|Dobbins|2004a|page=413}} Selain dari Shinran, para pendeta lain yang menunjung iman dalam tafsiran-tafsiran mereka juga dicekal, karena ajaran mereka seringkali tak diterima otoritas arsitokrat yang berkuasa.{{sfn|Dobbins|2002|page=19}}
 
Pada abad kelima belas, [[Rennyo]] (1415–99), seorang murid dari Shinran menganggap pendiri kedua dari aliran [[Jōdo Shinshu]] pimpinan Shinran, berniat untuk mereformasi aliran tersebut. Ia menentang gagasan Shinran bahwa moralitas tak harus memasuki Tanah Murni dan menerima Buddha Amitābha. Ia meyakini bahwa moralitas harus berpindah dari tangan ke tangan dengan iman, dan merupakan cara untuk mengekspresikan penghormatan kepada Amitābha.{{sfn|Harvey|2013|p=234}}{{sfn|Porcu|2008|page=18}} Jōdo Shinshu masih menjadi sekte Buddha terbesar dan paling populer di Jepang pada saat ini,{{sfn|Green|2013|p=121}}{{sfn|Abe|1997|p=694}}{{sfn|Shōto|1987|page=4933}} yang hadir sebagai tradisi [[Hongan-ji#Nishi Hongan-ji|Nishi Hongwanji]] dan [[Hongan-ji#Higashi Hongan-ji|Higashi Hongwanji]].{{sfn|Irons|2008|p=268}}{{sfn|Buswell|Lopez|2013|loc=Jodo Shinshu}}
 
== Lihat pula ==