Genosida Timor Timur: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
What a joke (bicara | kontrib)
k What a joke memindahkan halaman Genosida Timor Leste ke Genosida Timor Timur: 1975-1999 Timtim, 1999- Timles
Glorious Engine (bicara | kontrib)
Baris 22:
 
==Serbuan awal==
Sejak awal penyerbuan pada Agustus 1975 dan seterusnya, [[Angkatan Bersenjata Republik Indonesia]] terlibat dalam pembunuhan massal warga sipil Timor Leste.<ref>Hill, p. 210.</ref> Pada awal masa pendudukan, radio [[FRETILIN]] menyiarkan pernyataan berikut ini: "Tentara Indonesia membunuh tanpa ampun. Perempuan dan anak-anak ditembak di jalanan. Kita semua akan dibunuh.... Ini adalah permohonan bantuan internasional. Tolong lakukan sesuatu agar penyerbuan ini berhenti."<ref>Quoted in Budiardjo and Liong, p. 15.</ref> Seorang pengungsi asal Timor menyaksikan "pemberontakan [dan] pembunuhan berdarah dingin terhadap perempuan dan anak-anak dan pemilik toko Tionghoa".<ref>Quoted in Ramos-Horta, p. 108.</ref> Uskup Dili saat itu, [[Martinho da Costa Lopes]], mengatakan, "Para tentara yang mendarat mulai membunuh semua orang yang mereka jumpai. Ada banyak tubuh bergelimpangan di jalanan. Di mana-mana kami hanya melihat tentara sedang membunuh, membunuh, emmbunuhmembunuh."<ref>Quoted in Taylor (1991), p. 68.</ref> Dalam satu insiden, sekitar lima puluh laki-laki, perempuan, dan anak-anak, termasuk wartawan lepas asal Australia [[Roger East (wartawan)|Roger East]], dibariskan menghadap tebing di luar kota Dili dan ditembak; semua jasad jatuh ke laut.<ref>Ramos-Horta, pp. 101–02.</ref> Banyak pembantaian terjadi di Dili. Saksi disuruh melihat dan menghitung keras-keras setiap kali ada orang yang dieksekusi.<ref>Taylor (1991), p. 68.</ref> Kurang lebih 2.000 penduduk Timor dibantai pada dua hari pertama penyerbuan Dili. Selain pendukung Fretilin, pendatang Tionghoa juga dieksekusi; lima ratus orang dibunuh pada hari pertama.<ref>Taylor (1991), p. 69; Dunn (1996), p. 253.</ref>
 
Pembunuhan massal berlanjut tanpa henti ketika militer Indonesia memasuki daerah pegunungan Timor Leste yang dikuasai Fretilin. Seorang pemandu asal Timor yang bekerja untuk perwira senior Indonesia memberitahu mantan Konsul Australia untuk Timor Portugis, James Dunn, bahwa pada bulan-bulan pertama pertempuran, TNI "membunuh sebagian besar orang Timor yang mereka temui."<ref>''Timor: A People Betrayed'', James Dunn, 1983 p. 293, 303</ref> Pada Februari 1976, setelah menguasai desa Aileu di selatan Dili dan memukul mundur pasukan Fretilin, tentara Indonesia menembaki sebagian besar penduduk desa, konon menembak semua orang di atas usia tiga tahun. Anak-anak kecil yang dibiarkan hidup dibawa ke Dili menggunakan truk. Ketika Aileu jatuh ke tangan TNI, jumlah penduduknya sekitar 5.000 jiwa. Ketika pekerja sosial Indonesia mengunjungi Aileu bulan September 1976, jumlah penduduknya tinggal 1.000 jiwa.<ref>Taylor (1991), p. 80-81</ref> Pada Juni 1976, TNI yang terpukul oleh serangan Fretilin melancarkan balas dendam terhadap kamp pengungsi besar yang dihuni 5.000 sampai 6.000 orang Timor di Lamaknan, dekat perbatasan Timor Barat. Setelah membakar beberapa rumah, tentara Indonesia membantai kurang lebih 2.000 laki-laki, perempuan, dan anak-anak.<ref>Dunn, p. 303</ref>