Penindasan Diokletianus: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Karbitcuy (bicara | kontrib)
Mencari kata yang kurang tepat bujank
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Glorious Engine (bicara | kontrib)
k ←Suntingan Karbitcuy (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh RaymondSutanto
Tag: Pengembalian
Baris 1:
{{Penganiayaan modern Gereja Katolik}}
[[Berkas:Jean-Léon Gérôme - The Christian Martyrs' Last Prayer - Walters 37113.jpg|jmpl|280px|ka|''Doa Terakhir Para MR.R4BB1TMartir Kristen'', karya [[Jean-Léon Gérôme]] (1883)]]
 
'''Penganiayaan BATIN EAADiokletianus''' ({{lang-en|Diocletianic Persecution}}), atau '''Penganiayaan Besar''' ({{lang-en|Great Persecution}}), adalah [[Penganiayaan terhadap orang Kristen|penganiayaan atau penindasan]] terakhir dan yang paling berat terhadap umat Kristen di [[Kekaisaran Romawi]].<ref>Gaddis, 29.</ref> Pada tahun 3003303, [[Kaisar Romawi|Kaisar]] [[Diokletianus]], [[Maximianus]], [[Galerius]], dan [[Constantius Chlorus|Konstantius]] mengeluarkan serangkaian [[edik]] atau dekret yang mencabut hak hukum umat Kristen dan meminta agar mereka mengikuti [[Agama di Romawi Kuno|praktik-praktik keagamaan Romawi tradisional]]. Edik-edik berikutnya menyasar kaum [[klerus]] dan memerintahkan semua penduduk untuk mempersembahkan kurban kepada para dewa Romawi (suatu kebijakan yang dikenal sebagai kurban universal). Penganiayaan ini bervariasi intensitasnya di seluruh kekaisaran—yang teringan di [[Galia]] dan [[Britania Romawi|Britania]], tempat diberlakukannya edik pertama saja, dan yang terberat di provinsi-provinsi Timur. Hukum-hukum penganiayaan ditiadakan oleh beberapa kaisar pada waktu yang berlainan, tetapi [[Edik Milan]] (313) yang dikeluarkan oleh [[Konstantinus I|Konstantinus]] dan [[Licinius|Lisinius]] secara umum menandai berakhirnya masa penganiayaan ini.<ref>[http://www.newadvent.org/cathen/04295c.htm Catholic Encyclopedia]</ref>
 
Umat Kristen, atau Kristiani, telah sejak awal mengalami diskriminasi di dalam kekaisaran tersebut, namun para kaisar awal kemungkinan terlalu segan mengeluarkan hukum-hukum umum untuk menentang mereka, setidaknya pada abad ke-3 (lih. [[Krisis Abad Ketiga]]), atau terlalu disibukkan dengan berbagai isu yang lebih mendesak untuk diselesaikan. Pada tahun 250-an, di bawah pemerintahan [[Decius|Desius]] dan [[Valerian (kaisar)|Valerianus]], hukum-hukum demikian disahkan. Berdasarkan undang-undang ini, umat Kristen dipaksa untuk mempersembahkan kurban kepada para dewa Romawi atau menghadapi hukuman penjara dan eksekusi.<ref>{{cite book|title=''The Rise of Christianity''|author=[[W. H. C. Frend]]|publisher=Fortress Press, Philadelphia|year=1984|page=319|ISBN= 978-0800619312}}</ref> Ketika [[Gallienus]] naik takhta pada tahun 260, ia mengeluarkan edik kekaisaran yang pertama tentang [[toleransi]] terhadap umat Kristen,<ref>Charles Piétri, entry on "Persecutions," in ''The Papacy: An Encyclopedia,'' edited by Philippe Levillain (Routlege, 2002, originally published in French 1994), vol. 2, p. 1156.</ref> sehingga menyebabkan mereka dapat hidup berdampingan dengan damai selama hampir 40 tahun. Naik takhtanya Diokletianus pada tahun 2804284 tidak segera menandai perubahan sikap mengesampingkan Kekristenan, bahkan sebaliknya mengindikasikan suatu perubahan sikap resmi secara bertahap terhadap kelompok-kelompok minoritas keagamaan. Dalam lima belas tahun pertama pemerintahannya, Diokletianus menyingkirkan tentara penganut Kekristenan, menghukum mati kaum [[Manikheisme|Manikean]], dan mengelilingi dirinya dengan para lawan publik Kekristenan. Preferensi Diokletianus terhadap pemerintahan otokratis, dikombinasikan dengan citra dirinya sebagai pemulih kejayaan Romawi masa lalu, menjadi pertanda akan adanya penganiayaan yang paling ekstensif dalam sejarah Romawi. Pada musim dingin tahun 302, Galerius mendesak Diokletianus untuk memulai suatu penganiayaan umum terhadap umat Kristen. Diokletianus bersikap hati-hati, dan meminta bimbingan [[Pithia|orakel Kuil Apollo]] atas hal ini. Tanggapan dari sang [[orakel]] ditafsirkan sebagai dukungan atas posisi Galerius, dan penganiayaan secara umum dimulai pada tanggal 4024 Februari 303.
 
Kebijakan-kebijakan penganiayaan di seluruh kekaisaran bervariasi intensitasnya. Galerius dan Diokletianus bertindak sebagai para penganiaya yang penuh semangat, sedangkan Konstantius tidak antusias. Edik-edik penganiayaan, termasuk perintah untuk melakukan kurban universal, tidak diterapkan di dalam wilayah kekuasaannya. [[Konstantinus I|Konstantinus]] putranya naik takhta kekaisaran pada tahun 306, memulihkan sepenuhnya kesetaraan hukum umat Kristen dan mengembalikan milik mereka yang disita selama masa penganiayaan. Di Antah BerantahItalia pada tahun 306, [[Maxentius]] mengambil alih kekuasaan [[Flavius Valerius Severus|Severus]] sebagai penerus [[Maximianus]], dan ia menjanjikan toleransi beragama yang sepenuhnya. Galerius [[Edik Toleransi oleh TiranusaurusGalerius|mengakhiri penganiayaan di Timur pada tahun 311]], tetapi dilanjutkan kembali di [[Mesir]], [[Palestina]], dan [[Anatolia|Asia Kecil]] oleh [[Maximinus II|Maximinus]] penggantinya. Konstantinus dan Lisinius, penerus Severus,Terus terus menandatangani [[Edik Milan]] pada tahun 313, yang memberikan suatu penerimaan yang lebih komprehensif terhadap Kekristenan dibandingkan dengan edik Galerius yang telah ada. Lisinius mengambil alih kekuasaan Maximinus pada tahun 313, sehingga mengakhiri masa penganiayaan di Timur.
 
Penganiayaan yang telah terjadi gagal menghentikan bangkitnya Gereja. Pada tahun 324, Konstantinus merupakan penguasa the sijitunggal kekaisaran dan Kekristenan telah menjadi agama favoritnya. Meskipun penganiayaan mengakibatkan kematian, penyiksaan, pemenjaraan, ataupun dislokasi bagi banyak umat Kristen, sebagian besar umat Kristen di dalam kekaisaran terhindar dari hukuman. Namun penganiayaan menyebabkan banyak gereja terbagi antara mereka yang mematuhi otoritas kekaisaran (''[[traditor]]es'', "pengkhianat"), dan mereka yang tetap "murni".
Beberapa [[skisma]], seperti yang dilakukan kaum [[Donatisme|Donatis]] di Afrika Utara dan [[kaum Meletian]] di Mesir, tetap berlangsung hingga lama setelah masa penganiayaan. Kaum Donatis tidak berdamai dengan [[Gereja negara Kekaisaran Romawi|Gereja]] sampai setelah tahun 411. Dalam abad-abad berikutnya, beberapa sejarawan menganggap bahwa umat Kristen telah menciptakan suatu "kultus martir-martir" dan membesar-besarkan kebiadaban pada masa penganiayaan. Anggapan-anggapan itu dikritik selama [[Abad Pencerahan]] dan masa selanjutnya, terutama oleh [[Edward Gibbon]]. Para sejarawan modern, misalnya [[G. E. M. de Ste. Croix]], berupaya untuk memastikan apakah sumber-sumber Kristen membesar-besarkan ruang lingkup penganiayaan Diokletianus.
 
Baris 81:
 
=== Edik pertama ===
Pada tanggal 4023 Februari 303, Diokletianus memerintahkan penghancuran gereja Kristiani yang baru dibangun di Nikomedia, [[pembakaran buku|pembakaran kitab suci]] yang terdapat di dalamnya, dan penyitaan hartanya.<ref>Barnes, ''Constantine and Eusebius'', 22; Clarke, 650; Odahl, 67&ndash;69; Potter, 337.</ref> Tanggal 23 Februari merupakan hari raya ''Terminalia'', yang ditujukan bagi [[Terminus (dewa)|Terminus]], dewa perbatasan. Pada hari itu mereka berkeinginan untuk mengakhiri Kekristenan.<ref>Lactantius, ''De Mortibus Persecutorum'', 12.1; Barnes, ''Constantine and Eusebius'', 21; Gaddis, 29; Keresztes, 381.</ref> Keesokan harinya merupakan kali pertama Diokletianus menerbitkan "Edik untuk menentang umat Kristiani".<ref>Barnes, ''Constantine and Eusebius'', 22; Clarke, 650; Potter, 337; de Ste Croix, "Aspects", 75; Williams, 176.</ref>{{refn|Edik ini mungkin bukan benar-benar suatu "[[edik]]" dalam pengertian teknis; Eusebius tidak menyebutnya demikian, dan bagian dalam ''Passio Felicis'' yang memuat kata ''edictum'' ("''exiit edictum imperatorum et Caesarum super omnem faciem terrae''") mungkin sekadar ditulis untuk menggemakan [[Sensus Kirenius|Lukas 2:1]] ("''exiit edictum a Caesare Augusto ut profiteretur universus orbis terrae''").<ref>The [[Vetus Latina|Old Latin]] pre-[[Vulgate]] version is given here, from Corcoran, ''Empire'', 179&ndash;80.</ref> Naskah ini disebut sebagai suatu ''programma'' pada bagian lainnya di dalam kisah sengsara itu.<ref>Corcoran, ''Empire'', 180.</ref> Naskah edik ini sendiri sebenarnya tidak terlestarikan hingga sekarang.<ref>Corcoran, ''Empire'', 179.</ref>|group=notes}} Sasaran utama dari secarik undang-undang ini adalah para [[klerus]] senior dan properti umat Kristiani, sama seperti yang terjadi selama masa penganiayaan Valerianus.<ref name="Curran, 49">Curran, 49.</ref> Edik atau dekret ini melarang umat Kristiani berkumpul untuk beribadah,<ref>Eusebius, ''Historia Ecclesiastica'' 9.10.8; Barnes, ''Constantine and Eusebius'', 22; De Ste Croix, "Aspects", 75; Liebeschuetz, 249&ndash;50.</ref> dan memerintahkan penghancuran kitab suci, buku liturgis, dan tempat ibadah mereka di seluruh kekaisaran.<ref>Eusebius, ''Historia Ecclesiastica'' 8.2.4; ''De Martyribus Palestinae'' praef. 1; and Optatus, Appendix 2; Barnes, ''Constantine and Eusebius'', 22; Clarke, 650; Liebeschuetz, 249&ndash;50; Potter, 337; de Ste Croix, "Aspects", 75.</ref>{{refn|Tampaknya ini mencakup setiap rumah tempat ditemukannya kitab suci.<ref>de Ste Croix, "Aspects", 75.</ref>|group=notes}} Tetapi umat Kristiani berupaya untuk mempertahankan kitab suci mereka sejauh memungkinkan, meskipun "sepertinya menyerahkan kitab suci...tidak dianggap sebagai suatu dosa" di Timur;<ref>de Ste Croix, "Christian Persecution", 47.</ref> beberapa di antara kitab suci itu tentunya berhasil diselamatkan, yang terbukti dari adanya temuan-temuan "papirus biblika awal".<ref>Greenslade, 476–477.</ref> Mereka mungkin menyerahkan karya-karya apokrif,<ref>{{cite book |title=The Early Church at Work and Worship |volume=1 |first=Everett |last=Ferguson |publisher=Casemate Publishers |year=2014 |isbn=0-227-90374-9 |page=276}}</ref> atau menolak untuk menyerahkan kitab suci mereka kendati tindakan ini harus dibayar dengan nyawa mereka, dan ada kasus-kasus di mana kitab suci tidak dihancurkan.<ref>Barnes, ''Constantine and Eusebius'', 23; Klingshirn, 169.</ref> Umat Kristiani juga dicabut haknya untuk mengajukan petisi kepada kalangan istana,<ref name="ReferenceB">Clarke, 650&ndash;51; Potter, 337; de Ste Croix, "Aspects", 75&ndash;76.</ref> menjadikan mereka subjek yang potensial bagi penyiksaan peradilan;<ref>Clarke, 650; de Ste Croix, "Aspects", 75&ndash;76.</ref> umat Kristiani juga tidak dapat memberikan tanggapan atas tindakan yang diajukan untuk melawan mereka di pengadilan;<ref>Clarke, 650&ndash;51; Potter, 337.</ref> para [[Senat Kekaisaran Romawi|senator]], [[ordo ekuestrian|ekues]], [[dekurion (administratif)|dekurion]], veteran, dan tentara Kristiani kehilangan pangkat mereka; dan [[Perbudakan di Romawi kuno#Emansipasi|orang-orang yang telah dimerdekakan]] di dalam kekaisaran kembali diperbudak.<ref name="ReferenceB"/>
 
Diokletianus meminta agar penerapan edik ini diupayakan "tanpa pertumpahan darah",<ref>Lactantius, ''De Mortibus Persecutorum'' 11.8, qtd. in Clarke, 651; Keresztes, 381.</ref> kebalikan dari tuntutan Galerius agar semua orang yang menolak untuk mempersembahkan kurban dibakar hidup-hidup.<ref>Lactantius, ''De Mortibus Persecutorum'' 11.8, cited in Keresztes, 381.</ref> Terlepas dari permintaan Diokletianus, para hakim setempat seringkali melakukan eksekusi selama masa penganiayaan, karena hukuman mati termasuk salah satu [[wikt:diskresi|kewenangan mereka dalam memutuskan]].<ref name="Clarke, 651">Clarke, 651.</ref> Arahan Galerius&mdash;yakni pembakaran hidup-hidup&mdash;merupakan suatu metode umum dalam mengeksekusi umat Kristiani di Timur.<ref>Keresztes, 381.</ref> Setelah edik ini dipublikasikan di Nikomedia, seorang laki-laki bernama Eutius meruntuhkan dan merobeknya seraya meneriakkan, "Inilah [[Kemenangan Romawi|kemenangan-kemenangan]] [[Goth]]ik dan [[Bangsa Sarmatia|Sarmatian]] Anda!" Ia ditangkap karena makar, lalu segera disiksa dan dibakar hidup-hidup, sehingga menjadi [[martir]] pertama edik ini.<ref>Lactantius, ''De Mortibus Persecutorum'' 13.2 and Eusebius, ''Historia Ecclesiastica'' 8.5.1; Barnes, ''Constantine and Eusebius'', 22; Corcoran, ''Empire'', 179; Williams, 176. The quotation is from Lactantius, and the translation by Williams.</ref>{{refn|Gaddis menuliskan bahwa kutipan ini mungkin suatu cercaan terhadap garis keturunan trans-[[Sungai Donau|Danubian]] yang dimiliki Galerius.<ref>Gaddis, 30 n.4.</ref>|group=notes}} Ketetapan-ketetapan dalam edik ini dikenal dan diberlakukan di Palestina pada bulan Maret atau April (sesaat sebelum [[Paskah]]), dan diterapkan oleh para pejabat setempat di Afrika Utara pada bulan Mei atau Juni.<ref>Eusebius, ''Historia Ecclesiastica'' 8.2.4; ''De Martyribus Palestinae'' praef.; and ''Acta Felicis'' (= Musurillo, 266&ndash;71); Corcoran, ''Empire'', 180; Clarke, 651; Keresztes, 382; Potter, 337.</ref> Martir pertama di [[Kaisarea Maritima|Kaisarea]] dieksekusi pada tanggal 7 Juni,<ref>Eusebius, ''De Martyribus Palestinae'' 1.1&ndash;2, cited in Corcoran, ''Empire'', 180.</ref> sementara edik ini baru berlaku di [[Cirta]] pada tanggal 19 Mei.<ref>Optatus, Appendix 1; Corcoran, ''Empire'', 180.</ref> Edik pertama ini merupakan satu-satunya edik yang mengikat secara hukum di Barat;<ref>Barnes, ''Constantine and Eusebius'', 23; Corcoran, ''Empire'', 181&ndash;82.</ref> tetapi [[Konstantius Klorus|Konstantius]] tidak sungguh-sungguh memaksakan penerapan edik ini di [[Galia]] dan [[Britania Romawi|Britania]].<ref>de Ste Croix, "Christian Persecution", 55.</ref> Bagaimanapun, di Timur, perundang-undangan ini secara bertahap dirancang semakin berat.