Mehmed II: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Palladin911 (bicara | kontrib) k →Rujukan: add Templat:Authority control & commons |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 36:
Saat Mehmed berusia sebelas tahun, dia dikirim untuk memerintah Amasya, sesuai tradisi Utsmani untuk mengutus para ''şehzade'' (pangeran) yang sudah cukup umur untuk memerintah di suatu wilayah sebagai bekal bila naik takhta kelak. Murad juga mengirimkan banyak guru untuk mendidik putranya, di antaranya adalah Molla Gürani. Syaikh Muhammad Syamsuddin bin Hamzah, salah satu ulama berpengaruh kala itu, juga menjadi guru dan orang dekatnya, membuatnya sangat mempengaruhi Mehmed sejak usia muda, utamanya dalam masalah pentingnya penaklukan Konstantinopel.
[[Berkas:Hunername accession Mehmed II.jpg|jmpl|kiri|180px|
Setelah mengadakan perjanjian damai dengan Kadipaten Karaman di Anatolia pada 1444, Murad yang sebenarnya lebih tertarik dalam masalah agama dan seni daripada politik turun takhta dan menyerahkan kepemimpinan negara kepada Mehmed yang saat itu masih dua belas tahun. Dengan keadaan seperti ini, wazir agung (perdana menteri) saat itu, Çandarlı Halil Pasya, memiliki kendali kuat atas negara. Halil Pasya sendiri berasal dari keluarga Çandarlı, salah satu keluarga paling berpengaruh dalam sejarah Utsmani (selain [[Wangsa Utsmaniyah]] sendiri) yang telah berhasil menciptakan politik dinasti dalam negara. Meski begitu, pengaruhnya tersaingi oleh Syaikh Syamsuddin yang sangat dekat dengan Mehmed.
Pada periode pertama masa kekuasaan Mehmed, pihak Utsmani diserang Kerajaan Hongaria yang dipimpin [[János Hunyadi]] yang melanggar gencatan senjata yang tertuang dalam Perjanjian Szeged (1444). Dalam keadaan seperti ini, Mehmed meminta ayahnya untuk kembali naik takhta, tetapi Murad menolak. Sebagai balasan, Mehmed menulis surat, "Bila Ayah adalah sultan, datanglah dan pimpinlah pasukan Ayah. Bila aku adalah sultan, aku memerintahkan Ayah untuk datang dan memimpin pasukanku." Murad kemudian datang dan memimpin pasukan, mengalahkan pasukan gabungan [[Hongaria]]-[[Polandia]] dan [[Wallachia]] yang dipimpin oleh [[Władysław III dari Polandia|Władysław III, Raja Hongaria dan Polandia]]; [[János Hunyadi]], komandan pasukan gabungan Kristen; dan Mircea II, Voivode (Adipati/Pangeran) Wallachia dalam [[Pertempuran Varna]] (1444).
Murad kemudian didesak untuk kembali naik takhta oleh Çandarlı Halil Pasya yang tidak senang dengan kuatnya pengaruh Syaikh Syamsuddin pada masa kekuasaan Mehmed. Murad kembali naik takhta dan berkuasa hingga wafatnya pada tahun 1451. Sepeninggalnya, Mehmed kembali naik takhta dan dinobatkan di [[Edirne]] pada usia sembilan belas tahun.
== Penaklukan Konstantinopel ==
=== Sebelum penaklukan ===
[[Konstantinopel]], kota yang didirikan Kaisar Romawi [[Konstantinus Agung]] pada 330 M, merupakan salah satu kota termasyur di dunia kala itu. Di dunia Kristen, kota ini menjadi yang terdepan dalam segi kebudayaan dan kesejahteraan, utamanya pada masa [[Komnenos|Wangsa Komnenos]].<ref>{{harvnb|Cameron|2006|pp=47}}.</ref> Sebelas abad berikutnya, berbagai upaya penaklukan kota ini dilakukan oleh banyak pihak. Para pemimpin Muslim dari generasi ke generasi, diawali Mu'awiyah bin Abi Sufyan, juga termasuk mereka yang berusaha menaklukan Konstantinopel, meskipun semua upaya itu gagal. Meski begitu, sebelum tahun 1453, hanya satu kali kota ini berhasil diduduki, yakni pada masa [[Perang Salib Keempat]].
Pada masa kekuasaan Kekaisaran Latin, Konstantinopel mulai mengalami kemunduran dalam berbagai segi. Sepertiga penduduk menjadi tuna wisma. Para pejabat, bangsawan, dan pemuka agama tinggi diasingkan. Segala kerusuhan ini menjadikan populasi Konstantinopel berkurang drastis.<ref>Talbot, [https://www.jstor.org/stable/1291680 "The Restoration of Constantinople under Michael VIII"], ''Dumbarton Oaks Papers'', '''47''' (1993), p. 246</ref> Timah dan perunggu dari berbagai bangunan diambil dan dijual untuk membiayai pertahanan negara.<ref>Geanakoplos, ''Emperor Michael Palaeologus and the West'' (Harvard University Press, 1959), p. 124 n. 26</ref> Hagia Sophia yang awalnya merupakan Basilika Kristen Ortodoks diubah menjadi Basilika Katolik sampai akhir masa kekuasaan pihak Katolik di Konstantinopel. Pihak Nicea mengakhiri kekuasaan Kekaisaran Latin Katolik dan kembali memulihkan kekuasaan Kekaisaran Romawi Timur Ortodoks pada 1261, tetapi pemerintahan di Trebizond dan Epirus masih terus berlanjut secara mandiri sebagai negara berdaulat. Meski pemerintahan Romawi Timur Ortodoks telah dipulihkan, negara telah kehilangan banyak sumber daya dan ekonominya dan berjuang untuk bertahan. Kaisar [[Mikhael VIII Palaiologos]] berhasil memulihkan sebagian keadaan Konstantinopel dan di masa kekuasaannya, penduduk Konstantinopel yang awalnya tinggal sekitar 35.000 jiwa naik dua kali lipat.<ref name="popu2">T. Madden, ''Crusades: The Illustrated History'', 113.</ref> Namun keadaan negara jatuh dalam kekacauan saat terjadi [[Perang saudara Romawi Timur 1341–1347|perang saudara]] sepeninggal Kaisar [[Andronikos III Palaiologos]], Serbia menduduki sebagian wilayah kekaisaran,<ref>{{harvnb|Reinert|2002|p=268}}.</ref> begitu juga Utsmani yang menguasai sebagian besar [[Balkan]] setelah [[Pertempuran Kosovo]].<ref>{{harvnb|Reinert|2002|p=270}}.</ref>
=== Penaklukan oleh Utsmani ===
{{Main|Kejatuhan Konstantinopel}}
[[Berkas:Zonaro GatesofConst.jpg|jmpl|Masuknya Sultan Mehmed II ke [[Konstantinopel]], lukisan oleh Fausto Zonaro (1854-1929)]]
▲[[Konstantinopel]], kota yang didirikan Kaisar Romawi [[Konstantinus Agung]] pada 330 M, merupakan salah satu kota termasyur di dunia kala itu. Sebelas abad berikutnya, berbagai upaya penaklukan kota ini dilakukan oleh banyak pihak. Para pemimpin Muslim dari generasi ke generasi, diawali Mu'awiyah bin Abi Sufyan, juga termasuk mereka yang berusaha menaklukan Konstantinopel, meskipun semua upaya itu gagal. Meski begitu, sebelum tahun 1453, hanya satu kali kota ini berhasil diduduki, yakni pada masa [[Perang Salib Keempat]] tahun 1204 sampai 1261 oleh pasukan perang salib yang kemudian mendirikan [[Kekaisaran Latin]] yang beragama [[Katolik]] dan mengusir pemerintahan Kekaisaran Romawi Timur yang beragama [[Gereja Ortodoks|Kristen Ortodoks]]. Meski dampak penguasaan Kekaisaran Latin atas Konstantinopel telah benar-benar melemahkan Romawi Timur, tetapi upaya penaklukan Konstantinopel tetap belum berhasil.
[[Berkas:Eastern Mediterranean 1450.svg|jmpl|kiri|Peta kawasan [[Laut Tengah]] bagian timur sebelum penaklukan Konstantinopel. Wilayah Kekaisaran Romawi Timur (Bizantium) ditandai dengan warna ungu. Ungu atas (utara) adalah kawasan ibukota Romawi Timur, Konstantinopel. Ungu bawah (selatan) adalah wilayah [[Kedespotan Morea]].]]
Saat Mehmed kembali naik takhta pada 1451, dia memusatkan perhatiannya untuk memperkuat angkatan laut Utsmani untuk persiapan penaklukan [[Konstantinopel]]. Di tepi [[Selat Bosporus]] bagian Asia, telah berdiri benteng [[Anadolu Hisarı]] yang dibangun oleh Sultan [[Bayezid I]]. Mehmed menindaklanjuti dengan membangun benteng [[Rumeli Hisarı]] yang lebih kokoh di tepi Eropa Bosporus. Pembangunan ini menjadikan Utsmani memiliki kendali penuh atas Selat Bosporus. Setelah pembangunan benteng, Mehmed memerintah pemungutan pajak atas setiap kapal yang melewati selat. Pihak Venesia mengabaikan peraturan tersebut dan kapal mereka tenggelam dengan satu tembakan meriam. Semua pelaut yang selamat dihukum penggal,<ref name="Silburn1912">Silburn, P. A. B. (1912).</ref> kecuali kapten kapal yang jasadnya dipajang sebagai peringatan bagi mereka yang melewati selat.<ref>{{cite web|url=http://www.bbc.co.uk/programmes/b03l2shc|title=Byzantium: A Tale of Three Cities - BBC Four|website=BBC|access-date=2017-04-09}}</ref>
Baris 53 ⟶ 57:
Pada tahun 1453, Mehmed memulai pengepungan Konstantinopel dengan pasukan berjumlah antara 80.000 sampai 200.000 orang, kereta api artileri,<ref>Arnold (2001) p. 111</ref> dan 320 kapal. Kota ini dikelilingi oleh laut dan darat, armada ditempatkan di pintu Bosporus dari pantai ke pantai dalam bentuk bulan sabit untuk menghadang bantuan untuk Konstantinopel dari laut.<ref name="Silburn1912"/> Pada awal April, upaya penaklukan Konstantinopel dimulai. Pada awalnya, tembok kota dapat menahan pasukan Utsmani, meskipun Sultan Mehmed telah menggunakan meriam yang dibuat oleh Orban, insinyur dari [[Transilvania]]. Pelabuhan [[Tanduk Emas]] dilindungi menggunakan rantai penghadang dan dijaga dua puluh delapan kapal.
Dalam pengepungan ini, pihak Romawi Timur meminta bantuan dari Barat, tetapi [[Paus (Gereja Katolik)|Paus]] memberikan persyaratan agar [[Gereja Ortodoks|Gereja Ortodoks Timur]] bersedia bergabung di dalam kewenangan [[Takhta Suci|kepausan di Roma]]. Pihak kekaisaran sendiri sebenarnya telah mengeluarkan maklumat penyatuan gereja, tetapi warga dan pemuka agama Ortodoks mengabaikannya karena kebencian mereka pada kewenangan Roma dan [[ritus liturgi Latin]] dalam Katolik
Pada 22 April, Mehmed mengirimkan kapal perangnya yang lebih ringan ke darat, di sekitar koloni Genova di Galata, dan ke pantai utara Tanduk Emas. Delapan puluh kapal diangkat dari Bosporus setelah membuka rute, kurang lebih satu mil, dengan kayu. Dengan keadaan demikian, pihak Romawi menempatkan pasukan mereka di atas dinding yang lebih panjang. Sekitar sebulan kemudian, Konstantinopel akhirnya berhasil ditaklukan pihak Utsmani setelah 57 hari pengepungan.<ref name="Silburn1912"/> Setelah penaklukan ini, Mehmed memindahkan ibukota Utsmani dari Edirne ke Konstantinopel. Dua keponakan dan pewaris Kaisar [[Konstantinus XI Palaiologos]] lantas menjadi pelayan dekat Mehmed dan kemudian masuk Islam dan diberi nama baru, Hass Murad dan Mesih. Hass Murad diangkat sebagai Gubernur Balkan, sementara Mesih menjadi Gubernur [[Semenanjung Gallipoli|Gallipoli]] dan kemudian wazir agung pada masa kekuasaan putra Mehmed, Bayezid II.<ref>Lowry, Heath W. (2003). ''The Nature of the Early Ottoman State''. Albany, NY: SUNY Press. p. 115-116.</ref> Kaisar Konstantinus XI sendiri meninggal di hari penaklukan Konstantinopel, tetapi tidak ada saksi mata yang selamat yang melihat kematiannya.
Baris 62 ⟶ 66:
Saat pasukan Utsmani bergerak menuju Konstantinopel, Syaikh Syamsuddin menemukan makam [[Abu Ayyub al-Anshari]],<ref name="autogenerated23">The Sultan of Vezirs: The Life and Times of the Ottoman Grand Vezir Mahmud, Théoharis Stavrides, page 23, 2001</ref> sahabat Nabi yang meninggal dalam [[Pengepungan Konstantinopel (674–678)]]. Setelah Konstantinopel ditaklukan, Mehmed membangun Masjid Eyüp Sultan (''Eyüp Sultan Camii'') di tempat tersebut untuk menandai pentingnya penaklukan Konstantinopel dalam Islam dan pentingnya peran Mehmed sebagai [[ghazi]].<ref name="autogenerated23"/>
===
Setelah mengambil alih kepemimpinan Konstantinopel, Mehmed mengubah [[Hagia Sophia]] (dieja Aya Sofya dalam bahasa Turki) yang semula adalah Basilika Ortodoks menjadi masjid. Mehmed juga segera memerintahkan pembangunan ulang kota, termasuk memperbaiki dinding, membangun benteng, juga membangun istana baru. Untuk mendorong kembali orang-orang Yunani dan Genova yang pergi dari Galata, Mehmed memerintahkan pengembalian rumah-rumah mereka dan memberikan jaminan keamanan.
Baris 90 ⟶ 94:
=== Pendudukan Trebizond ===
[[Kekaisaran Trebizond]]
Setelah Kaisar Yohanes mangkat pada 1459, Kaisar Dabid yang merupakan saudara dan penerusnya meminta bantuan berbagai pihak Eropa untuk mengalahkan Utsmani, bahkan termasuk rencana penaklukan Yerusalem. Mehmed menanggapinya dengan memimpin pasukan pada musim panas 1461. Dia menundukkan Sinop dan mengakhiri masa kekuasaan Wangsa Jandarid di sana. Mehmed kemudian mengirim pasukan ke Trebizond dan dia sendiri memimpin pasukan lain untuk melawan Uzun Hasan. Setelah Mehmed berhasil menaklukan Benteng Koyulhisar dan pihak Karaman tidak bisa mengirimkan bantuan kepada Aq Qoyunlu, Uzun Hasan mengirim ibunya, Sara Hatun, sembari membawa hadiah mahal untuk berunding dengan Sultan Mehmed II. Keduanya saling memanggil dengan sebutan "ibu" dan "putra". Meski berhasil melindungi Aq Qoyunlu melalui perundingan, Sara Hatun tidak bisa melakukan hal yang sama untuk kampung halaman menantunya.
Baris 216 ⟶ 220:
'''Ibu''' — '''Hüma''' Hatun, seorang budak-selir.<ref name="Doukas1975">{{cite book|author=Doukas|title=Decline and Fall of Byzantium to the Ottoman Turks|url=https://books.google.com/books?id=rPkcAAAAYAAJ|date=1 January 1975|publisher=Wayne State University Press|isbn=978-0-8143-1540-8|page=304}}</ref> Tidak banyak yang diketahui latar belakangnya, selain bahwa dia berasal dari keluarga non-muslim.<ref name=Babinger>{{cite book|author=Franz Babinger|title=Mehmed the Conqueror and His Time|url=https://books.google.com/books?PPxC6rO7vvsC|year=1992|publisher=Princeton University Press|isbn=978-0-691-01078-6|page=11}}</ref> Dalam catatan resmi, dijelaskan dirinya sebagai "Hātun binti Abdullah" (perempuan putri Abdullah). Secara tradisi Utsmani, Abdullah sendiri adalah sebutan untuk nama ayah dari seorang mualaf.<ref>{{cite book|author=John Freely|title=The Grand Turk: Sultan Mehmet II - Conqueror of Constantinople, Master of an Empire and Lord of Two Seas|url=https://books.google.com/books?5p73AgAAQBAJ|year=2009|publisher=I.B.Tauris|isbn=978-0-857-73022-0}}</ref> Beberapa pendapat menyatakan bahwa dia adalah seorang Yahudi Italia bernama Stella.<ref name=Babinger>{{cite book|author=Franz Babinger|title=Mehmed the Conqueror and His Time|url=https://books.google.com/books?PPxC6rO7vvsC|year=1992|publisher=Princeton University Press|isbn=978-0-691-01078-6|page=11}}</ref> Pendapat lain menyatakan bahwa dia seorang Serbia.<ref>{{cite book|author1=Li Tang|author2=Dietmar W. Winkler|title=From the Oxus River to the Chinese Shores: Studies on East Syriac Christianity in China and Central Asia|url=https://books.google.com/books?id=VYaMuV3N5vUC&pg=PA308|year=2013|publisher=LIT Verlag Münster|isbn=978-3-643-90329-7|pages=308–}}</ref> Sejarawan Turki İlber Ortaylı berpendapat bahwa dia keturunan bangsa Slavia. Dia kemudian masuk Islam dan diberi nama baru, Hüma, yang merupakan burung surgawi dalam legenda Persia.<ref name=Babinger>{{cite book|author=Franz Babinger|title=Mehmed the Conqueror and His Time|url=https://books.google.com/books?PPxC6rO7vvsC|year=1992|publisher=Princeton University Press|isbn=978-0-691-01078-6|page=11}}</ref> Hüma meninggal pada September 1449 dan dimakamkan di [[Komplek Muradiye]].
'''Ibu tiri''' — '''Mara''' Hatun atau Mara Branković, putri Đurađ Branković, Despot Serbia. Ibunya adalah Irene Kantakouzene, cucu Matius Kantakouzenos, Kaisar Romawi Timur yang berkuasa pada 1353–1357. Mara juga dikenal dengan Sultana Marija, Despina Hatun, atau Amerissa. Setelah Murad mangkat, Mara sempat kembali kepada orangtuanya, menolak lamaran dari [[Konstantinus XI Palaiologos|Kaisar Konstantinus XI]].<ref>George Sphrantzes, "Chronicle" , Book 3, page 213</ref> Setelah kedua orangtuanya meninggal, Mara bergabung di istana putra tirinya, Sultan Mehmed II, dan kerap memberi Sang Sultan nasihat.<ref>D. M. Nicol, "The Byzantine Lady: Ten Portraits 1250–1500" (1994), p. 118</ref> Dia juga berperan sebagai penengah antara pihak Utsmani dan Republik Venesia selama Perang Utsmani-Venesia Pertama (1463–1479). Pada 1471, Mara secara pribadi mendampingi duta Venesia di istana Utsmani untuk berunding dengan Mehmed.<ref>D. M. Nicol, "The Byzantine Lady: Ten Portraits 1250–1500" (1994), p. 116</ref> Mara tetap menjadi tokoh berpengaruh pada masa cucu-tirinya, Sultan Bayezid II. Atas pengaruhnya, pihak Kristen Ortodok Yunani mendapat keistimewaan di Yerusalem.<ref>D. M. Nicol, "The Byzantine Lady: Ten Portraits 1250–1500" (1994), p. 118, juga ref. p. 142</ref>
=== Pasangan ===
Baris 240 ⟶ 244:
* {{cite book|author=|title=Archivum Ottomanicum, Volume 8|publisher=Mouton.|year=1983|isbn=|ref=Archivum}}
* {{cite book|last=Babinger|first=Franz|title=Mehmed the Conqueror and His Time|publisher=Princeton University Press|location=USA|year=1992|isbn=0-691-01078-1}}
* {{cite book|last=Cameron |first=Averil |title=The Byzantines |year=2006 |location=Oxford |publisher=Blackwell |isbn=978-1-4051-9833-2 |ref=harv}}
* {{cite book|last=Cem|first=Hasan|title=Osmanlı tarihinde katledilen şehzadeler|publisher=Geçit Kitabevi|year=2004|isbn=978-9-757-69989-7|ref=Cem}}
* {{Cite book|last=Ćirković|first=Sima|title=Историја средњовековне босанске државе|publisher=Srpska književna zadruga|year=1964|isbn=|language=Serbo-Croatian|ref=harv}}
Baris 245 ⟶ 250:
* {{cite book|last=Finkel|first=Caroline | title=Osman's Dream: The Story of the Ottoman Empire 1300–1923 | publisher=John Murray | location=London|year=2006| isbn=978-0-7195-6112-2 }}
* Iorga, Nicolae. Istoria lui Ştefan cel Mare, 1904 (new edition 1966), Bucharest.
* {{cite book|
* {{cite book |last=Reinert |first=Stephen W. |editor=Cyril Mango |chapter=Fragmentation (1204–1453) |title=The Oxford History of Byzantium |location=Oxford |publisher=Oxford University Press |year=2002 |pages=248–283 |isbn=0-19-814098-3 |ref=harv}}
* {{cite book |last=Runciman |first=Steven |title=The Fall of Constantinople, 1453 |year=1990 |isbn=0-521-39832-0 |location=Cambridge |publisher=Cambridge University Press |ref=harv}}
* {{cite book|last=Sakaoğlu|first=Necdet|title=Bu mülkün kadın sultanları: Vâlide sultanlar, hâtunlar, hasekiler, kadınefendiler, sultanefendiler
|