Elang jawa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan 36.77.213.76 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh M. Adiputra
Tag: Pengembalian
Baris 24:
Kepala berwarna coklat kemerahan (kadru), dengan jambul yang tinggi menonjol (2-4 bulu, panjang hingga 12 cm) dan tengkuk yang coklat kekuningan (kadang tampak keemasan bila terkena sinar matahari). Jambul hitam dengan ujung putih; mahkota dan kumis berwarna hitam, sedangkan punggung dan sayap coklat gelap. Kerongkongan keputihan dengan garis (sebetulnya garis-garis) hitam membujur di tengahnya. Ke bawah, ke arah dada, coret-coret hitam menyebar di atas warna kuning kecoklatan pucat, yang pada akhirnya di sebelah bawah lagi berubah menjadi pola garis (coret-coret) rapat melintang merah sawomatang sampai kecoklatan di atas warna pucat keputihan bulu-bulu perut dan kaki. Bulu pada kaki menutup tungkai hingga dekat ke pangkal jari. Ekor kecoklatan dengan empat garis gelap dan lebar melintang yang tampak jelas di sisi bawah, ujung ekor bergaris putih tipis. Betina berwarna serupa, sedikit lebih besar.
 
Iris mata kuning atau kecoklatan; paruh kehitaman; sera (daging di pangkal paruh) kekuningan; kaki (jari) kekuningan. Burung muda dengan kepala, leher dan sisi bawah tubuh berwarna coklat [[kayu manis]] terang, tanpa coretan atau garis-garis.<ref name="mackinnon1993_104">MacKinnon, J. 1993. ''Panduan lapangan pengenalan Burung-burung di Jawa dan Bali''. Gadjah Mada University Press. Jogyakarta. ISBN 979-420-150-2. Hal. 104.</ref>
 
Ketika terbang, elang jawa serupa dengan [[elang brontok]] (''Nisaetus cirrhatus'') bentuk terang, namun cenderung tampak lebih kecoklatan, dengan perut terlihat lebih gelap, serta berukuran sedikit lebih kecil.
 
Bunyi nyaring tinggi, berulang-ulang, ''klii-iiw'' atau ''ii-iiiw'', bervariasi antara satu hingga tiga suku kata. Atau bunyi bernada tinggi dan cepat ''kli-kli-kli-kli-kli''. Sedikit banyak, suaranya ini mirip dengan suara elang brontok meski perbedaannya cukup jelas dalam nadanya.<ref name="sozerdkk">Sozer, R., V. Nijman dan I. Setiawan. 1999. ''Panduan identifikasi Elang jawa ''<u>Spizaetus bartelsi</u>''.'' Biodiversity Conservation Project (LIPI-JICA-PKA). Bogor. ISBN 979-95862-1-6. 48 hal.</ref>
 
== Penyebaran, ekologi dan konservasi ==
Baris 45:
Pohon sarang merupakan jenis-jenis pohon hutan yang tinggi, seperti [[rasamala]] (''Altingia excelsa''), [[pasang]] (''Lithocarpus sundaicus''), [[tusam]] (''Pinus merkusii''), [[puspa]] (''Schima wallichii''), dan [[ki sireum]] (''Eugenia clavimyrtus''). Tidak selalu jauh berada di dalam hutan, ada pula sarang-sarang yang ditemukan hanya sejarak 200–300 m dari tempat rekreasi.<ref name="sozerdkk"/>
 
Di habitatnya, elang jawa menyebar jarang-jarang. Sehingga meskipun luas daerah agihannya, total jumlahnya hanya sekitar 137-188 pasang burung, atau perkiraan jumlah individu elang ini berkisar antara 600-1.000 ekor.<ref name="balendkk_2">Balen, S. van, V. Nijman and R. Sozer. Population status of the endemic Javan Hawk-eagle ''Spizaetus bartelsi''. in Balen, S. van. 1999. ''Birds on Fragmented Islands. Persistence in he forests of Java and Bali.'' PhD thesis of Wageningen University. ISBN 90-5808-150-8.</ref> Populasi yang kecil ini menghadapi ancaman besar terhadap kelestariannya, yang disebabkan oleh kehilangan habitat dan eksploitasi jenis. [[Pembalakan liar]] dan [[konversi hutan]] menjadi lahan pertanian telah menyusutkan tutupan hutan primer di Jawa.<ref name="balendkk_3">Balen, S. van, V. Nijman and H.H.T. Prins. The Javan Hawk-eagle: misconception about rareness and threat. in Balen, S. van. 1999. ''Birds on Fragmented Islands. Persistence in he forests of Java and Bali.'' PhD thesis of Wageningen University. ISBN 90-5808-150-8.</ref> Dalam pada itu, elang ini juga terus diburu orang untuk diperjual belikan di pasar gelap sebagai satwa peliharaan. Karena kelangkaannya, memelihara burung ini seolah menjadi kebanggaan tersendiri, dan pada gilirannya menjadikan harga burung ini melambung tinggi.
 
Mempertimbangkan kecilnya populasi, wilayah agihannya yang terbatas dan tekanan tinggi yang dihadapi itu, organisasi konservasi dunia [[IUCN]] memasukkan elang jawa ke dalam status EN (''Endangered'', terancam kepunahan).<ref name=iucn>BirdLife International. 2004. [http://www.iucnredlist.org/search/details.php/20654/all ''Spizaetus bartelsi'']. In: IUCN 2007. [http://www.iucnredlist.org ''2007 IUCN Red List of Threatened Species''.]. Diakses 25/12/2007.</ref> Demikian pula, Pemerintah Indonesia menetapkannya sebagai hewan yang dilindungi oleh undang-undang.<ref name="noerdjito2001_47">Noerdjito, M. dan I. Maryanto. 2001. ''Jenis-jenis Hayati yang Dilindungi Perundang-undangan Indonesia''. Cet-2. Puslit Biologi LIPI. Bogor. ISBN 979-579-043-9. Hal. 47.</ref>
 
== Catatan taksonomis ==