Khadijah binti Khuwailid: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan 110.137.178.99 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh 91.1.216.181 Tag: Pengembalian |
Menolak 6 perubahan teks terakhir dan mengembalikan revisi 12708540 oleh HsfBot |
||
Baris 1:
{{Istri-istriMuhammad}}▼
''''''Khadijah binti Khuwailid'''''' ([[Bahasa Arab]]:خديجة, '''Khadijah al-Kubra'''<ref name="ummah">http://www.ummah.net/khoei/khadija.htm</ref>) (sekitar 555/565/570 - 619/623) merupakan isteri pertama [[Nabi]] [[Muhammad]]. Nama lengkapnya adalah Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai. Khadijah al-Kubra, anak perempuan dari [[Khuwailid
▲''''''Khadijah binti Khuwailid'''''' ([[Bahasa Arab]]:خديجة, '''Khadijah al-Kubra'''<ref name="ummah">http://www.ummah.net/khoei/khadija.htm</ref>) (sekitar 555/565/570 - 619/623) merupakan isteri pertama [[Nabi]] [[Muhammad]]. Nama lengkapnya adalah Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai. Khadijah al-Kubra, anak perempuan dari [[Khuwailid bin Asad|Kuwailid bin Asad]] dan [[Fatimah binti Za'idah]], berasal dari kabilah [[Bani Asad]] dari suku [[Quraisy]]. Ia merupakan wanita [[Orang-orang pertama yang memeluk Islam|as-Sabiqun al-Awwalun]].
== Kelahiran & kehidupan keluarga ==
Baris 29 ⟶ 9:
Pada suatu hari, saat pagi buta, dengan penuh kegembiraan ia pergi ke rumah sepupunya, yaitu [[Waraqah bin Naufal]]. Ia berkata, “Tapada malam aku bermimpi sangat menakjubkan. Aku melihat [[matahari]] berputar-putar di atas kota [[Mekkah]], lalu turun ke arah [[bumi]]. Ia semakin mendekat dan semakin mendekat. Aku terus memperhatikannya untuk melihat ke mana ia turun. Ternyata ia turun dan memasuki rumahku. [[Cahaya]]nya yang sangat agung itu membuatku tertegun. Lalu aku terbangun dari tidurku". Waraqah mengatakan, “Aku sampaikan berita gembira kepadamu, bahwa seorang lelaki agung dan mulia akan datang meminangmu. Ia memiliki kedudukan penting dan kemasyhuran yang semakin hari semakin meningkat". Tak lama kemudian Khadijah ditakdirkan menjadi isteri Nabi Muhammad.
== Pernikahannya ==
Khadijah pulang ke rumahnya dengan perasaan yang luar biasa gembiranya. Belum pernah ia merasakan kegembiraan sedemikian hebat. Maka sejak itulah Khadijah senantiasa bersikap menunggu dari manakah gerangan kelak munculnya sang pemimpin itu.
Lamaran dari Khadijah kepada Rasulullah s.a.w . Muhammad Al-Amiin muncul di rumah Khadijah. Wanita usahawan itu Khadijah r.a. berkata: “Hai Al-Amiin, katakanlah apa keperluanmu!” (Suaranya ramah, bernada dermawan. Dengan sikap merendahkan diri tetapi tahu harga dirinya)
Baris 52 ⟶ 21:
‘Atiqah tiba di rumah Khadijah r.a dan terus menegurnya: ''Khadijah, kalau kamu mempunyai harta kekayaan dan kebangsawan, maka kamipun memiliki kemuliaan dan kebangsawanan. Kenapa kamu menghina puteraku, anak saudaraku Muhammad?'' Khadijah r.a terkejut mendengarnya. Tak disangkanya bahwa kata-katanya itu akan dianggap penghinaan. Ia berdiri menyabarkan dan mendamaikan hati ‘Atiqah: Khadijah : ''Siapakah yang sanggup menghina keturunanmu dan sukumu? Terus terang saja kukatakan kepadamu bahwa dirikulah yang kumaksudkan kepada Muhammad Saw. Kalau ia mau, aku bersedia menikah dengannya, kalau tidak, aku pun berjanji tak akan bersuami hingga mati''. Pernyataan jujur ikhlas dari Khadijah membuat ‘Atiqah terdiam. Kedua wanita bangsawan itu sama-sama cerah. Percakapan menjadi serius. ''Tapi Khadijah, apakah suara hatimu sudah diketahui oleh sepupumu Waraqah bin Naufal?'' tanya ‘Atiqah sambil meneruskan: ''Kalau belum cobalah meminta persetujuannya.''Ia belum tahu, tetapi katakanlah kepada saudaramu, Abu Thalib, supaya mengadakan perjamuan sederhana. Jamuan minum, dimana sepupuku diundang, dan disitulah diadakan majlis lamaran''.
Khadijah r.a berkata seolah-olah hendak mengatur siasat. Ia yakin Waraqah takkan keberatan karena dialah yang menafsirkan mimpinya akan bersuamikan seorang Nabi akhir zaman. ‘Atiqah pulang dengan perasaan tenang, puas. Pucuk dicinta ulam tiba. Ia segera menyampaikan berita gembira itu kepada saudara-saudaranya: Abu Thalib, Abu Lahab, Abbas dan Hamzah. Semua riang menyambut hasil pertemuan ‘Atiqah dengan Khadijah: ''itu bagus sekali'', kata Abu Thalib. ''Tapi kita harus bermusyawarah dengan Muhammad SAW lebih dulu.''
== Khadijah yang baik dan cantik ==
▲{{Istri-istriMuhammad}}
Sebelum diajak bermusyawarah, maka terlebih dahulu ia pun telah menerima seorang perempuan bernama Nafisah, utusan Khadijah r.a yang datang untuk menjalin hubungan kekeluargaan. Utusan peribadi Khadijah itu bertanya: Nafisah : ''Muhammad, kenapa engkau masih belum berfikir mencari isteri?'' Muhammad SAW menjawab: ''Hasrat ada, tetapi kesanggupan belum ada.'' Nafisah: ''Bagaimana kalau seandainya ada yang hendak menyediakan nafkah? Lalu engkau mendapat seorang isteri yang baik, cantik, berharta, berbangsa dan sekufu pula denganmu, apakah engkau akan menolaknya?''
|