Jurnalisme semu seringkali dekat dengan teori konspirasi yang menyebarluas tanpa didasari oleh suatu landasan teori atau bukti-bukti ilmiah nyata yang dapat dipertanggung jawabkan. Biasanya, jurnalisme semu dibuat oleh sekelompok orang yang ingin menguatkan teori yang dikarang sendiri oleh mereka supaya terlihat memiliki bukti yang dapat dipertangung jawabkan, sehingga mereka membuat suatu aktifitas jurnalistik fiksi yang disebarluaskan layaknya laporan investigasi jurnalistik.
== Media arus utama ==
Jurnalisme semu menjadimulai kianberedar santer terdengar gaungnya ketika banyak media besardi Indonesia, melakukanhal kegiatanini jurnalistik fiksi,dilakukan demi keuntungan politik atau ekonomi. Bhumika Gimire dalam laman media korea berbahasa inggris menjelaskan bahwa, media seringkali menuliskan pemberitaan terkait berita luar negrinegeri tanpa benar-benar mengirimkan reporter keluar negrinegeri demi menghemat keuangan mereka.<ref>{{Cite web|url=http://english.ohmynews.com/articleview/article_view.asp?at_code=366611&no=308711&rel_no=4|title=Technology and Pseudo-Journalism - OhmyNews International|website=english.ohmynews.com|access-date=2018-11-12}}</ref> Dalam tulisannya yang berjudul “Technology''Technology and Pseudo Journalism”Journalism'', dia menggambarkan dilematis seorang reporter yang membaca informasi melalui media sosial dan kemudian meneruskanya menjadi semacam berita yang dipublikasikan pada media massa.
Penulisan berita terkait konflik di AfganistanAfghanistan, Timur tengah tanpa benar-benar berada disana memang tantangan yang sulit sekaligus pilihan yang aman bagi para pekerja media dan perusahaan media. Bisa dibayangkan berapa besar penghematan keuangan yang mampu dilakukan oleh suatu perusahaan media dengan memilih cara penulisan seperti ini. Akan tetapi, hal yang menjadi pertanyaan adalah, apakah informasi tersebut dapat dipercaya dan kredibilitasmya dapat dipertanggung jawabkan.
Seseorang jurnalis seringkali harus menuliskan opini terkait dengan permasalahan yang terjadi terkait dengan tulisan yang sering ditulisnya pada suatu media. Jika jurnalis tersebut bahkan tidak pernah berada di lokasi tempat mereka menuliskan berita. Tidak tahu bagaimana mereka memandang suatu peristiwa, memberikamemberikan ulasan terkait dengan kebenaran. Itulah yang menjadikan pseudo-jurnalistikjurnalisme semu rawan terhadap keberpihakan yang salah. Seringkali wartawan kemudian berlindung dibalik topeng posisi komentator terhadap suatu peristiwa, karena memberikan komentar setidaknya lebih mudah daripada harus memberikan opini.
Selain permasalahan terkait ekonomi, jurnalisme semu sudah juga dilakukan oleh media massa untuk menguatkan opini masyarakat demi kepentingan suatu kelompok. Tidak hanya pseudo jurnalisme semu dilakukan untuk seolah-olah melakukan kegiatan jurnalistik yang semu terkait permasalahan yang berada di lokasi yang jauh, kepentingan menjadi faktor besar yang mampu memberikan keuntungan bagi perusahaan, pemilik perusahaan atau pekerja perusahaan. Jurnalis dituntut untuk bebas dalam melakukan pekerjaannya dan dituntut untuk selalu memberikan kebenaran serta keabsahan yang dapat dipertangung jawabkan. Sesuai dengan peran jurnalis sebagai corong demokrasi, sudah menajdi keharusan bagi jurnalis untuk tetap berpegang teguh akan kode etik jurnalistik.
Kedekatan dengan penguasa atau pemerintahan membuat media seringkali melakukan aksi “kosmetikisasi”kosmetikisasi terhadap kegiatan yang dilakukan oleh para penggede tersebut. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan akses yang didapat oleh media massa tersebut dan kemudian, menyebarluaskan dengan memberikan bumbu ''gimmick'' yang mampu menguntungkan salah satu pihak tanpa proses verifikasi yang bersifat ''cover both side''. Hal ini sangan lazim dilakukan oleh para politisi dan artistpublik figur dengan motif yang bermacam-macam, mulai dari menjaga citra diri ataupun motif ekonomi semata.
Jurnalisme semu memang suatu momok yang terjadi di dunia jurnalistik, hal ini terjadi karena kemudahannya para pekerja dan pegiat journalistjjurnalistik dalam melakukan penulisan berita, akan tetapi hal ini juga melacurkan fungsi dan kegiatan jurnalis. Karena mereka hanya akan menjadi hamba-hamba media tanpa pernah berpikir mengenai dampak negatif yang mungkin dapat terjadi ketika mereka hanya mengkultuskan keuntungan belaka.
== Jurnalisme semu dan hoaks ==
|