Daniel Rudi Haryanto: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (- di tahun + pada tahun) |
k Bot: Penggantian teks otomatis (- + ) |
||
Baris 18:
Film dokumenter panjang pertamanya [[Prison and Paradise]] mendapatkan kesempatan world premier di [[Dubai International Film Festival]] pada tahun 2010. <ref name="Daniel Rudi Haryanto">[http://news.detik.com/tokoh/1750726/daniel-rudi-haryanto-mendunia-lewat-film]</ref>
Film tersebut kemudian melanglang buana ke sejumlah festival bergengsi dunia, seperti [[Yamagata International Documentary Film Festival]] pada tahun 2011, Cinema Digital CINDI International Film Festival 2011 (Korea Selatan), Montreal International Documentary Film Festival (RIDM) di Canada pada tahun 2011, Vibgyor Internastional Film Festival di Thrissur Kerala, India
Di Indonesia, film ini mendapatkan penghargaan film terbaik di [[Festival Film Dokumenter]] Yogyakarta 2010.
Pada tahun 2011, panitia dan Juri Festival Film Indonesia memutuskan untuk menggugurkan film Prison and Paradise sebagai nominator. Peristiwa itu terkait dengan keputusan Lembaga Sensor Film yang tidak meluluskan sensor film Prison and Paradise. Film ini dinyatakan terlarang di Indonesia. Alasan penolakan pemberian STLS oleh LSF itu ada pada surat penolakan LSF No: 26/DVD/TLK/LSF.XII/2011, tertanggal 9 Desember 2011.
Sejak kuliah di Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta, Daniel Rudi Haryanto turut aktif mengembangkan komunitas film di Indonesia. Cinema Society merupakan komunitas film yang pernah dibentuk bersama kawan-kawannya. Daniel Rudi Haryanto meluangkan waktunya untuk mengajar pada beberapa workshop film untuk komunitas film di berbagai daerah di Indonesia, komunitas Layar di Lampung, Minikino Denpasar, Komunitas film Palindo Palu, Sulawesi Tengah, dll.
Baris 31:
Film ini kemudian diputar di [[Cinéma du Réel]] 2015 - ''International Documentary Film Festival'' di Paris, Perancis (2015) dan ''Southeast Asia Film Festival Singapore'' 2015.
Pada tahun 2016, bersama 12 filmmaker dari berbagai negara mendapatkan kesempatan belajar dalam program American Film Showcase yang diselenggarakan atas kemitraan antara Biro Pendidikan dan Kebudayaan Departemen Luar Negeri Amerika, University of Southern California Cinematic arts, Asosiasi Dokumenter International dan Film Independen Amerika.
Pada tahun 2018, Daniel Rudi Haryanto Daniel Rudi Haryanto atas dukungan dari Fasilitasi Komunitas Kesejarahan Direktorat Sejarah Dirjen Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, memproduksi film berjudul Maha Guru Tan Malaka, film dokumenter berdurasi 24 menit yang menceritakan tentang perjalanan Marko (25) tahun aka Rolando Octavio Purba dalam mencari karakter dan sejarah Tan Malaka di negeri Belanda. Tan Malaka adalah tokoh penting dan sangat berpengaruh dalam pergerakan kemerdekaan nasional Indonesia. Dari pertemuan Marko dengan DR. Harry Poeze tersingkaplah sedikit rahasia dan riwayat bagaimana Republik Indonesia menjadi. Maha Guru Tan Malaka merupakan film dokumenter sinematik pertama di Indonesia yang menceritakan riwayat dan sejarah Tan Malaka dengan gaya vlog dan cocok untuk tayangan generasi milenial.
|