Johannes Jacobus Wilhelmus Eliza Verstege: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
k Bot: Penggantian teks otomatis (- di hari + pada hari) |
||
Baris 29:
== Karier ==
Verstege mengecap pendidikan di [[Koninklijke Militaire Academie]] dan pada tanggal [[11 Juli]] [[1856]] berpangkat [[letnan dua]] lalu ditugaskan ke Hindia Timur. Ia pergi pada tanggal [[22 Desember]] pada tahun itu juga sebagai ko-pimpinan detasemen pasukan pelengkap (110 [[bintara]] dan pasukan) di bawah [[komando]] [[letnan satu|LetTu.]] [[Johannes Cornelis Hamakers]] dengan menumpangi ''Eline Susanna''. Ko-pimpinan lainnya adalah LetDa. JN. Maquine dan perwira kesehatan kelas III HG. Bakker. Pada pukul 20.00
=== Perang Banjar ===
Baris 51:
Verstege kembali ke Belanda. Berkaitan dengan pengajuan pengurangan angkatan bersenjata di [[Aceh]] oleh sebuah komisi beranggotakan sejumlah besar perwira, termasuk Verstege, sebuah [[petisi]] ditujukan kepada [[Willem III dari Belanda|Raja Willem III]], namun langkah ini ditolak. Di samping Verstege, penanda tangan pidato tersebut antara lain [[Jenderal|Jend.]] Verspyck, [[Karel van der Heijden]], [[Graf]] [[Menno David van Limburg Stirum]], mantan komandan KNIL [[C.F. Schimpf]], pensiunan laksamana madya PA. van Rees dan [[Jonkheer|jhr.]] [[François de Casembroot]], mantan ketua Dewan Hindia jhr. W. van Rappard dan mr. G.G. van Harencarspel, [[profesor]] mr. [[C.W. Opzoomer]] dari [[Universitas Utrecht]], Dr. [[Christophorus Buys Ballot]] dan mr. J. de Louter. Di samping itu, ada pula pensiun MayJend. [[Gerardus Petrus Booms]] dan pensiunan May. [[Willem Adriaan van Rees]], anggota Algemene Rekenkamer. Antara lain yang tertulis dalam petisi itu adalah: ''Tidak, tinggalkan di mana kepentingan kekuasaan kita di Hindia, tugas dan kehormatan tetap perlu ada, tempat kita setia, adil, dan toleran namun dengan kekuatan dan tekanan yang membawa ke tujuan yang sama akan membuat kita tidak bisa selamat di luar Aceh, kita tidak bisa! Seharusnya kita tidak! Kita ingin tetap setia pada slogan lama: ''[[Je maintiendrai]]''.<ref>Het Nieuws van de Dag (28-07-1883)</ref>
Setelah lukisan Samalanga diterbitkan pada tahun [[1883]], Verstege menulis ''Het Samalangan-schilderij in Amsterdam, beschouwd in haar wordingsgeschiedenis, haar waarde en betekenis, vooral voor het Nederlands-Indische leger'' (''Lukisan Samalanga di Amsterdam, Tampak dalam Sejarah Awalnya, Nilai dan Artinya, Terutama untuk Tentara Hindia Belanda) di koran. Ia mengutip antara lain [[Jan Pieterszoon Coen]] mengenai peringatan terhadap pengurangan pasukan dalam jumlah besar: ''Melalui pengalaman, tuan-tuan harus tau, bahwa di Hindia perdagangan harus diselenggarakan dan dilanjutkan di bawah perlindungan dan dukungan senjata Anda sendiri, dan senjata harus diberi makan dengan laba, di mana kita menikmati perdagangan, agar perdagangan tetap tidak dapat bertahan tanpa peperangan, peperangan tidak dapat bertahan tanpa perdagangan.'' <ref>Algemeen Handelsblad (28-10-1883)</ref> Pada pk. 7.30
Publikasi paling berpengaruh terkait dengan seruan Verstege datang dari Kapt. [[Wouter Cool]] dan juga diterbitkan di ''Algemeen Handelsblad'' ([[25 Maret]] [[1886]]) dan ''[[Militaire Spectator]]'' (2 kali dengan judul: ''Het Atjeh-vraagstuk''/''Masalah Aceh''). Artikel panjang itu merupakan pembahasan atas [[selebaran]] Verstege; ada pula artikel karya 2 gubernur sipil, Jend. Van der Heijden, [[Abraham Pruijs van der Hoeven]] dan [[Philip Franz Laging Tobias]]. Dengan cara yang tak mengindahkan moral, kebijakan Pruijs van der Hoeven dibelejeti: ''hingga kepercayaan diri yang besar itu terkikis, berhubungan dengan penghinaan lawan-lawannya, terlalu banyak desakan atas pendapat yang pernah dipahami, dipasangkan dengan optimisme berlebihan dan-tak kurang pentingnya-sikap acuh tak acuh sama sekali atas jabatan dan seruan kepada pasukan, dalam 2 tahun kerja keras oleh pendahulunya dengan mengorbankan tahun-tahun perjuangan, aliran darah dan mendapatkan berton-ton emas.'' Artikel itu merugikannya; Cool hampir keluar dari karier militernya.
|