Dinasti Ayyubiyah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 261:
Pencapaian arsitektur terbesar pada zaman Ayyubiyah adalah arsitektur militernya, ditambah dengan upaya untuk memperkuat Islam Sunni (khususnya di wilayah Mesir yang sebelumnya didominasi oleh Syiah) dengan membangun madrasah-madrasah Sunni. Perubahan terbesar yang diberlakukan oleh Salahuddin di Mesir adalah dengan menutup Kairo dan al-Fustat di dalam tembok kota.<ref name="Yeomans104-105">{{harvnb|Yeomans|2006|pp=104–105}}</ref> Beberapa teknik perbentengan dipelajari dari Tentara Salib, seperti tembok luar yang mengikuti topografi alami. Banyak juga teknik yang diwarisi dari Fatimiyah, seperti [[makikolasi]] dan menara bundar, sementara teknik-teknik lainnya dikembangkan sendiri oleh Ayyubiyah, khususnya perencanaan konsentrik.<ref name="Peterson26">Peterson, 1996, hlm. 26.</ref>
 
Perempuan Muslim (terutama dari keluarga Ayyubiyah), keluarga gubernur setempat, dan keluarga [[ulama]] turut serta dalam mengembangkan arsitektur Ayyubiyah. Di Damaskus, perempuan menjadi pendukung proyek-proyek arsitektur keagamaan. Berkat dukungan dari mereka, telah dibangun lima belas madrasah, enam [[hospiskhanqah]] Sufi, dan dua puluh enam lembaga amal dan keagamaan di kota tersebut. Di Aleppo, [[Madrasah al-Firdaus]], yang dikenal sebagai salah satu mahakarya Ayyubiyah di Suriah, didukung pembangunannya oleh ratu [[Dayfa Khatun]].<ref>Necipoğlu, 1994, hlm.&nbsp;35–36.</ref>
 
Pada September 1183, pembangunan [[Istana Kairo]] dimuai atas perintah Salahuddin. Menurut [[al-Maqrizi]], Salahuddin memilih [[Mokattam|Perbukitan Muqattam]] untuk membangun istana tersebut karena udara disana lebih segar ketimbang tempat lainnya di kota tersebut, namun pembangunannya tidak ditentukan oleh atmosfir yang menyehatkan; disampinb keperluan defensif dan keberadaan benteng-benteng dan istana-istana di Suriah. Tembok-tembok dan menara-menara bagian utara istana tersebut kebanyakan adalah karya-karya Salahuddin dan al-Kamil.<ref name="Yeomans104-105"/> Dua menara Salahuddin dibangun menurut unit semi-melingkar. Al-Kamil mehyelesaikan istana tersebut; ia mengokohkan dan memperbesar beberapa menara yang ada, dan juga menambahkan sejumlah menara persegi yang dijadikan sebagai tempat penyimpanan. Menurut Richard Yeomans, kebanyakan struktur al-Kamil merupakan serangkaian tempat penyimpanan rektangular masif yang dilindungi tembok-tembok di sebelah utara.<ref name="Yeomans109-110">{{harvnb|Yeomans|2006|pp=109–110}}</ref> Seluruh perbentengan al-Kamil dapat diidentifikasikan oleh batubatanya yang timbul dan berkarat sementara menara-menara Salahuddin memiliki bebatuan yang dihaluskan. Gaya timbul tersebut menjadi fitur umum dalam perbentengan Ayyubiyah lainnya menjadi hal umum pada benteng Ayyubiyah lainnya, da dapat dilihat di [[Istana Damasks]] dan [[Bosra]], Suriah.<ref name="Yeomans111"/>