Orang Turki di Jerman: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (-  + )
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 20:
Bahasa yang dipergunakan oleh para imigran [[Turki]] di [[Jerman]] umumnya adalah Bahasa Turki. Perlu diketahui bahwa kedatangan orang [[Turki]] ke Jerman masih berlangsung hingga saat ini. Penelitian Swastiyatsu (2015) mdenyebutkan bahwa kedatangan mereka ke Jerman karena terbayang-bayang akan iming-iming kesuksesan yang dialami oleh keluarga mereka yang telah lebih dahulu tinggal di [[Jerman]].<ref name=":0" /> Namun demikian, penelitian yang sama juga menyebutkan bahwa persoalan bahasa menjadi kendala terbesar yang mereka alami. Para imigran tersebut tidak bisa berbahasa Jerman maupun berbahasa Inggris yang diakui sebagai ahasa internasional. Satu-satunya bahasa yang bisa mereka gunakan adalah Bahasa [[Turki]]. Hal itu menyebabkan lingkaran pergaulan mereka hanya terbatas pada imigran [[Turki]] yang tinggal di Jerman. Namun demikian, tidak semua imigran Turki mengalami hal itu. Telah banyak keturunan para imigran yang telah menerima pendidikan Bahasa [[Jerman]] sejak kecil, sehingga lihai berkomunikasi pada siapa pun.<ref name=":0" />
 
Beberapa anak imigran [[Turki]] memang hidup di lingkungan keluarga yang sebagian besar berbahasa Turki. Namun di sekolah, terutama ketika mereka masuk TK, sekolah mereka membuat aturan melarang penggunaan Bahasa Turki di area sekolah. Aturan itu semata-mata untuk mempermudah anak-anak belajar Bahasa Jerman. Di sekolah mereka, Bahasa Jerman merupakan bahasa pengantar utama yang digunakan. Hal itu tidak membuat anak-anak sepenuhnya meninggalkan Bahasa [[Turki]] di sekolaj. Orang tua Turki biasanya akan mengajarkan Bahasa Turki kepada anak-anaknya sesampainya di rumah. Dalam bahasa lain, mereka berbicara Bahasa [[Jerman]] di sekolah dan berbicara Bahasa Turki di rumah. Hal itu membuat mereka mampu terintegrasi sebagai warga Jerman di sekolah dan menjadi bangsa [[Turki]] sepenuhnya ketika berada di rumah.<ref name=":0" /> Meskipun demikian, tidak semua sekolah di Jerman memberlakukan hal demikian. Ada beberapa sekolah yang memperbolehkan para Jerman-Turki berbicara dalam Bahasa [[Turki]], meksipun jumlahnya sangat sedikit. <ref>https://en.qantara.de/content/the-turkish-language-in-germany-turkish-is-booming-at-schools-and-universities</ref> Hal itu dapat dipandang sebagai upaya Jerman untuk berasimilasi atau berintegrasi dengan Turki.<ref>http://www.spiegel.de/international/germans-try-integrating-with-turkish-migrant-population-a-835653.html</ref>
 
Penggunaan Bahasa Jerman bagi para imigran menjadi sangat penting agar mereka dapat diterima di lingkungan masyarakat luas. Hal itu ‘memaksa mereka untuk bercakap dengan dua bahasa (''bilingual''); Bahasa [[Jerman]] ketika melakukan aktivitas sehari-hari di luar keluarganya dan Bahasa [[Turki]] ketika melakukan aktivitas di dalam keluarganya. Orang tua mereka pun mendukung anak-anaknya berbicara dengan dua bahasa tersebut. Menurut mereka, meskipun tinggal di [[Jerman]], mereka ingin anak-anaknya tetap mengingat bahasa ‘lidah ibu’ nya sendiri, yaitu Bahasa [[Turki]].<ref name=":0" />
Baris 43:
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa keturunan Jerman-Turki juga menghadapi 'bayangan' akan dualisme identitas. Bagi generasi pertama migran Turki yang menetap di Jerman, hubungan [[kekerabatan]] mereka dengan keluarga mereka di [[Turki]] masih terjaga dengan baik. Bagi mereka, Turki adalah tempat untuk pulang, menghabiskan pensiun, dan hari tua. Mereka bahkan rutin pulang ke [[Turki]] setiap tahun dan mengirimkan uang kepada sanak saudara mereka di sana (''remmitance'').<ref name=":1">Kaya, Ahyan. 2007. German-Turkish Transnational Space: A Separate Space of Their Own. German Studies Review, Vol. 30, No. 3 (pp. 483-502 published by: on behalf of the Johns Hopkins University Press German Studies Association)</ref> Hal berlainan dihadapi oleh anak-anak keturunan Turki di [[Jerman]]. Keturunan Jerman-Turki itu mengalami hal yang bereda dengan orang tuanya terhadap Turki. Mereka yang lahir di [[Jerman]] hanya mengenal kampung halamannya itu melalui nostalgia yang diceritakan oleh orang tuanya, terutama melalui makanan di rumah mereka. Hampir seluruh makanan Turki mendominasi dapur rumah mereka.<ref name=":1" />
 
Lebih jauh lagi, para keturunan Jerman-Turki itu juga rutin berkunjung ke [[Turki]] setiap tahun. Namun demikian, mereka menggunakan istilah “''going''” bukan “''going home''”. Bagi mereka, [[Turki]] adalah tempat untuk berlibur, bukan untuk pulang. Kegiatan itu sudah menjadi agenda wajib yang mendarah daging bagi mereka, sehingga apabila tidak berkunjung ke [[Turki]], mereka merasa ada sesuatu yang hilang. Selama di [[Turki]], mereka juga berkunjung ke sanak saudara mereka. Para orang tua terutama, akan mengajak anak-anaknya berkunjung ke rumah-rumah para [[keluarga]]. Meskipun demikian, bayangan akan [[Turki]] sangat berbeda antara generasi pertama dengan keturunan Jerman-Turki. Bagi keturunan Jerman-Turki, [[Turki]] bukanlah tempat untuk pulang, melainkan tempat untuk menghabiskan masa berlibur. <ref name=":0" />
 
Hasrat akan Turki pun dirasa berbeda antara generasi pertama dengan keturunan [[Jerman]]-Turki. Beberapa keturunan Jerman-Turki telah mencoba untuk tinggal di [[Turki]] beberapa minggu. Mereka juga ingin menantang diri mereka sendiri dengan mencoba hidup dan bekerja di Turki. Namun demikian, mereka merasa ada yang berbeda dan ada sesuatu yang mengganggu sehingga mereka tidak nyaman berada di sana. Sistem yang ada di [[Turki]] tentu sangat berbeda dengan yang ada di Jerman. Di Turki, menurut mereka, sistemnya tidak sebagus di [[Jerman]]. Keadaan [[politik]] sangat tidak stabil, dan [[korupsi]] dimana-mana. Terbiasa hidup di [[Jerman]] dengan sistem sedemikian rupa membuat mereka merasa bahwa [[Turki]] bukan tempat yang baik untuk pulang, melainkan cukup menjadi tempat untuk menghabiskan masa liburan.<ref name=":1" />