Sembah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (- + ) |
k Bot: Perubahan kosmetika |
||
Baris 5:
== Etimologi ==
Dalam [[bahasa Indonesia]], istilah ''sembah'' berarti untuk
Kata ''sembah yang'' dalam bahasa [[Bahasa Indonesia|Indonesia]] yang saat ini [[sinonim]] dengan
== Asal ==
[[Berkas:Borobudur_-_Divyavadana_-_033_S,_The_King_goes_to_Protect_the_Hermits_(detail_3)_(11701405255).jpg|jmpl|''Gerakan Sembah'' yang digambarkan di [[Borobudur|candi Borobudur]]]]
Pranāma atau [[Namaste]], bagian dari budaya India kuno telah menyebar ke [[Asia Tenggara|Asia tenggara]], yang merupakan bagian dari indosphere dari Pinggiran India, melalui [[Agama Hindu di Asia Tenggara|penyebaran agama Hindu]] dan [[Penyebaran agama Buddha di sepanjang Jalur Sutra|Buddha]] dari India. Sembah berasal dari ucapan
Pada awal abad pertama, peradaban Hindu-Buddha mulai menyebar pengaruh mereka di Indonesia, dan pada awal abad ke-4 pemerintahan Hindu telah mendirikan kekuasaan mereka di Jawa, Sumatera dan Kalimantan, contoh nya seperti kerajaan [[Tarumanagara]] dan [[Kerajaan Kutai|Kutai]]. Pada abad ke-6 sampai ke-9, peradaban Hindu-Buddha
== Sosial dan budaya ==
[[Berkas:KITLV_3904_-_Kassian_Céphas_-_Serimpi_of_the_Sultan_of_Jogjakarta_a_sembah_prior_to_a_dance_called_Semang_I_-_Around_1885.tif|kiri|jmpl|260x260px|Foto [[Srimpi|Serimpi]] pada akhir abad ke-19 penari melakukan ''sembah'' di ''[[keraton]]'' Yogyakarta oleh [[Kassian Cephas]]. ''Sembah'' adalah iktikad yang ditetapkan
Sembah adalah iktikad yang ditetapkan dan gestur yang lazim di ''[[keraton]]'' atau kerajaan Jawa di [[Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat|Yogyakarta]] dan [[Kasunanan Surakarta|Surakarta]], di mana sangat penting untuk menyapa seorang raja (Sultan atau [[Sunan]]), pangeran dan bangsawan Jawa dengan gerakan ini. Sembah diwajibkan di kalangan ''ningrat'' dan ''[[Priayi|priyayi]]'', di mana ketinggian mengangkat genggaman tangan sesuai dengan tinggi status sosial dari seseorang yang bersangkutan. Semakin tinggi ''sembahan'' diangkat, semakin rendah tubuh dibungkukkan, semakin tinggi status sosial seseorang yang dihormati dengan gerakan ini.
Baris 25:
Dalam budaya Jawa dan Sunda, biasanya tidak ada kata-kata yang diucapkan selama melakukan ''sembah''. Namun, dalam budaya Bali kata yang sering diucapkan dengan ''sembah'' saat menyapa seseorang adalah ''om swastiastu'',<ref>{{Cite web|url=http://www.baliadvertiser.biz/articles/kulturekid/2007/greet_balinese.html|title=How should I greet a Balinese?|archive-url=https://web.archive.org/web/20150923181743/http://www.baliadvertiser.biz/articles/kulturekid/2007/greet_balinese.html|archive-date=2015-09-23|dead-url=yes}}</ref> yang seasal dengan kata ''sawatdee'' dalam bahasa [[Bahasa Thai|Thailand]], yang berasal dari [[Bahasa Sanskerta|bahasa Sansekerta]]. Dalam bahasa Sansekerta, kata ''svasti'' bermakna yang aman, bahagia dan sejahtera, dan ''astu'' yang bermakna berarti mudah-mudahan. Dengan demikian, ''[[Om Swastiastu]]'' berarti: "Oh Tuhan, aku berharap semua kebaikan (keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan) datang dari segala arah."<ref>{{Cite web|url=https://baliround.wordpress.com/2012/01/08/om-swastyastu/|title=Om Swastyastu}}</ref> Namun, pada zaman Indonesia kuno, tampaknya bahwa kata "swasti" adalah kata yang diucapkan ''saat sembah'', dengan bukti yang terlutis dalam beberapa prasasti batu yang ditemukan di Jawa dan Sumatera yang dimulai dengan rumus ''svasti'' di awal; seperti abad ke-7 [[Prasasti Kedukan Bukit|Prasasti kedukan Bukit]] yang mulai dengan: ''svasti! kesalehan kuat sri śakavaŕşātīta 605 ekādaśī śuklapakşa vulan vaiśākha.''
Hari ini, gestur Sembah telah diadopsi, terutama di [[Pariwisata di Indonesia|parawisata di Indonesia]], seperti yang dilakukan oleh pramugari dari Maskapai [[Garuda Indonesia]]
== Dalam Tarian ==
|