Suku Dayak Banyadu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (-  + )
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 38:
== Wilayah Penyebaran ==
[[Berkas:Peta Dayak Banyuke Barat.jpg|kiri|jmpl|360x360px|Dayak Banyuke (Orang Banyadu) Bagian Barat. Posisi Desa Banyuke Bekas Bandong Banua Satona Berbentuk Kotak Biru Di Bagian Hulu Sungai Banyuke.]]
Setelah sekian lama orang Banyadu kuno mendiami kota Banyuke tersebut, secara perlahan mereka mulai membangun beberapa pemukiman (Tamakng) baru disepanjang sungai Banyuke dan anak-anak sungai Banyuke. Meskipun kebanyakan warga kota Banyuke membangun tamakng di sepanjang DAS Banyuke, dari mereka ada juga yang langsung membangun parokng dipedalaman seperi parokng insang dan parokng pentek. Hingga suatu masa penduduk kampung-kampung baru tersebut semakin banyak dan karena alasan untuk berladang mereka akhirnya mulai merambah kawasan-kawasan hutan diluar bantaran DAS Banyuke. Dari kampung-kampung disepanjang sungai Banyuke dan anak-anak sungai Banyuke tersebut, kemudian orang Banyadu membangun parokng (Kampung ladang) disekitar ladang-ladang yang mereka buka, warga tamakng untang membangun parokng santibak, paranuk dan madas (taria). Warga dari tamakng bandol membangun parokng lo’ekng, dan parokng sinto dan tamakng bantinga. Warga padakng pio membangun parokng adokng dan sebuah parokng yang telah ditinggalkan warganya yang pindah ke adokng (kampet) parokng itu terletak di antara padakng pio dan sinto sekarang. Warga tamakng madakng membangun parokng palai dan nyangkut (ocoh).
 
Warga dari tamakng bale (Samoko Pu’utn) terutama keturunan-keturunan puak mereka yang bernama ''Neng Anjong'' membangun parokng bihatn dan parokng pancik yang tidak jauh dari ''tamakng''-nya. Sebagian dari keturunan ''Neng Anjong'' lalu makin masuk ke pedalaman ke arah utara yang akhirnya membangun parokng nodor, parokng samoko ujung, parokng sanoriatn, parokng samo (lereng gunung samalap) dan parokng tamakng sahu. Pada akhirnya parokng nodor, parokng samo, parokng sanoriatn dan parokng tamakng sahu bergabung di parokng samoko ujung, namun karena lokasi kampung yang sempit karena di kaki bukit akhirnya mereka membangun kampung baru di seberang sungai antawak. Untuk menyeberang sungai antawak orang samoko lalu membuat jembatan kecil yang dalam bahasa banyadu disebut ''titi''. Titian itu dibuat dari batang bambu atau dalam bahasa Banyadu disebut ''tarekng''. Karena ''titi'' (jembatan kecil) penyeberangan mereka dibuat dari ''tarekng'' (bambu) maka akhirnya mereka menamai kampung baru mereka dengan nama ''Tititarekng''. Warga dari tamakng tamia ojol masuk ke pedalaman ke arah utara, mereka mengikuti jejak warga yang berasal dari tamakng bale. Dipedalaman ke arah utara tersebut mereka membangun parokng tamia sio.
[[Berkas:Banyadu.jpg|jmpl|420x420px|Seluruh Wilayah Asli Dayak Banyuke (orang Banyadu) Berwarna Biru Tua]]
Warga tamakng pangao membangun parokng sabah, parokng karasik (di kaki gunung), parokng pudo, dan parokng ampadatn. Warga tamakng magon membangun parokng barinang manyun, parokng manyun, parokng padakng manyun, parokng kase, parokng antong, parokng sahang, parokng pano alatn, dan parokng tamu. Warga dari tamakng Jarikng membangun parokng ngaro, parokng ojak, parokng sadange dan lain-lain, namun pada abad 15 masehi penduduk yang berasal dari tamakng Jarikng seluruhnya memakai bahasa baru yaitu bahasa Banane. Warga tamakng sunge lubakng membangun parokng tolok, parokng notos, parokng bangsal bahu. Warga tamakng amang membangun parokng paloh bamayak, parokng sunge dihatn, parokng sunge tuba, parokng sunge kunyit, parokng bangsal behe, parokng maran tayan dan parokng-parokng lainnya.