Minyak serpih di Estonia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
OrophinBot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-\bdi tahun\b +pada tahun)
Baris 5:
</ref> Yang pertama adalah argilit graptolitik yang paling banyak tersedia. Namun, karena kadar senyawa organik yang relatif rendah, jenis tersebut tidak digunakan di industri. Jeni kedua adalah kukersite, yang telah [[Pertambangan|ditambang]] selama hampir seratus tahun dan diperkirakan akan bertahan hingga 25-30 tahun kedepan. Pada akhir 2012, total kukersite yang ada di Estonia sebesar 4,8 miliar ton. Deposit kukersite di Estonia menyumbang 1,1% dari seluruh deposit minyak serpih di seluruh dunia.
 
Di abad 18 dan 19, minyak serpih Estonia telah diteliti oleh beberapa ilmuwan dan digunakan sebagai bahan bakar kelas rendah. Penggunaannya dalam industri dimulai pada tahun 1916. Produksi serpih minyak dimulai pada tahun 1921 dan minyak serpih pertama kali digunakan untuk menghasilkan listrik pada tahun 1924.<ref name="ots 15">[//en.wiki-indonesia.club/wiki/Oil_shale_in_Estonia%23ots2 Ots (2004)], pp. 15–16</ref> Tidak lama setelah itu, penelitian tersistematis mengenai minyak serpih dan produk-produknya mulai dilakukan, dan pada tahun 1938 departemen pertambangan didirikan di Universitas Teknologi Tallinn. Setelah [[Perang Dunia II]], minyak serpih gas Estonia digunakan di [[Sankt-Peterburg|Sankt Petesburg]] (waktu itu disebut Leningrad) dan di kota-kota utara Estonia sebagai pengganti [[gas alam]]. Peningkatan kebutuhan listrik di Uni Soviet bagian utara-barat menyebabkan pembangunan besar [[Pembangkit listrik tenaga bahan bakar fosil|pembangkit listrik tenaga minyak]]. Ekstraksi minyak serpih mencapai puncaknya pada tahun 1980. Kemudian, pengoperasian [[reaktor nuklir]] di Rusia, khususnya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Leningrad, mengurangi permintaan listrik yang dihasilkan dari serpih minyak, dan dipada tahun 1990-an, terjadi penurunan penambangan minyak serpih. Setelah menurun selama dua dekade, pertambangan minyak serpih mulai meningkat lagi pada awal abad ke-21.
 
Industri ini memiliki [[Masalah lingkungan|dampak terhadap lingkungan]]. Pada tahun 2012, industri minyak serpih menghasilkan sekitar 70% dari limbah biasa, 82% dari limbah berbahaya, dan lebih dari 70% [[Gas rumah kaca|emisi gas rumah kaca]] di Estonia. Industri ini mengakibatkan kadar air dalam tanah berkurang, [[siklus air]] yang berubah, dan merusak kualitas air. Air yang dipompa dari tambang dan digunakan untuk pembangkit listrik dengan serpih minyak telah menggunakan lebih dari 90% semua air yang digunakan di Estonia.