Diaspora Jawa di Malaysia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika |
k Bot: Perubahan kosmetika |
||
Baris 6:
== Kesamaan sejarah antara Indonesia dan Malaysia ==
[[Berkas:Majapahit Expansion.gif|jmpl|364x364px|Ekspansi wilayah [[Majapahit]] di kawasan [[Nusantara]].]]
[[Nusantara|''Nusantara'']] adalah istilah yang berasal dari dua kata [[bahasa Sansekerta]], yaitu ''nusa'' (pulau) dan ''antara'' (antara). Hal ini dikarenakan geografis wilayah ini yang berbentuk [[Kepulauan|gugusan pulau-pulau]] yang dihimpit oleh dataran benua [[Asia]] dan benua [[Australia]], dan berada diantara [[Samudra Hindia]] dan [[Samudra Pasifik]].
=== Zaman kolonial ===
Pada zaman penjajahan bangsa Eropa di Nusantara, banyak orang Jawa dibawa ke [[Semenanjung Malaya]] untuk dijadikan pekerja kasar di perkebunan [[kelapa sawit]] dan karet. [[Malaysia]] memiliki penduduk keturunan Jawa yang banyak terutama di [[Johor|Negara Bagian Johor]]. [[Suku Jawa|Orang Jawa]] terutama dari daerah [[Kulon Progo]] dan [[Ponorogo]] bermigrasi ke wilayah Johor bagian selatan mulai dari abad ke-18 hingga awal abad ke-20. [[Diaspora]] Jawa ini kebanyakan bekerja di sektor perkebunan di Johor dan Selangor. Mereka memilih untuk hidup dibawah pemerintahan Kolonial Inggris karena dianggap bisa memperlakukan buruh pribumi lebih baik daripada [[VOC|Pemerintah Kolonial Belanda]].<ref name="javav">Tirtosudarmo, Riwanto.''The Orang Melayu and Orang Jawa in the Lands Below the Winds''. Queen Elizabeth House, University of Oxford. 2005</ref>
Sejak zaman Pemerintahan Kolonial Inggris di Semenanjung Malaya, Ibu Kota Negara Bagian [[Selangor]], [[Shah Alam]] sudah didatangi oleh orang-orang Jawa. Selain [[Suku Jawa|orang Jawa]] yang tiba di Shah Alam, terdapat pula orang-orang [[Hindia Belanda]] yang datang dari [[Sumatera|Pulau Sumatera]] yang umumnya dari suku [[Orang Minangkabau|Minangkabau]] dan [[suku Aceh]]. Para pendatang dari [[Hindia Belanda]] ini lalu mendirikan pemukiman yang kini dikenal dengan Kampung Padang Jawa. Pada saat awal berdirinya Kampung Padang Jawa, wilayah tersebut dulunya merupakan lahan pertanian yang produktif menghasilkan berbagai macam buah-buahan. Pada waktu itu penduduk Kampung Padang Jawa umunya bekerja sebagai pengumpul getah karet. Sebelum [[Sungai Kelang]] tercemar oleh limbah pembangunan dari kota-kota di sekitarnya, mayoritas penduduk di Kampung Padang Jawa bekerja sebagai nelayan yang menjadikan ikan air tawar, udang galah dan udang belacan sebagai hasil tangkapan. Pendiri Kampung Padang Jawa adalah seorang pria bernama Wak Karian. Dikisahkan Wak Karian adalah seorang pendekar yang gagah berani dan seorang sosok yang disegani oleh masyarakat Kampung Padang Jawa. Wak Karian merupakan laki-laki Jawa yang berasal dari daerah [[Jawa Tengah]]. Wak Karian adalah orang yang pertama kali membuka lahan dan mendirikan Kampung Padang Jawa. Makam Wak Karian kini dapat ditemukan di kawasan pemakaman Kampung Padang Jawa yang terletak bersebelahan dengan Lebuh Raya Persekutuan, [[Selangor]]. Asal muasal nama Kampung Padang Jawa sendiri berasal dari [[bahasa Jawa]], yaitu berasal dari kata ''padhang'' yang memiliki arti terang atau membuat terang suatu wilayah. Hal ini merujuk kepada perjuangan dari Wak Karaian yang membuka lahan baru yang dianggap membuat terang (karena ada kehidupan) di wilayah baru tersebut. Seiring berjalannya waktu wilayah yang dibuka oleh Wak Karian ini dikenal luas dengan nama Kampung Padang Jawa.
Hasil dari sensus penduduk Malaysia pada tahun [[1950]] mengindikasikan bahwa terdapat 189.450 orang yang lahir di [[Jawa|Pulau Jawa]], 62.200 orang berasal dari [[Kalimantan Selatan]] ([[suku Banjar]]), 26.300 orang dari [[Sumatra|Pulau Sumatera]], 24.000 orang dari [[Pulau Bawean]] (di [[Malaysia]] dan [[Singapura]] disebut dengan ''Boyan),'' dan 7.000 orang dari [[Sulawesi|Pulau Sulawesi]] ([[Bugis|suku Bugis]]).<ref name="lb">{{cite web|url=http://ics.um.edu.my/images/ics/workingpaper/2006-11.pdf|title=Indonesian Labor Migrants in Malaysia: A Study from China|author=Lin Mei|work=Institute of China Studies|publisher=[[Universitas Malaya]]|date=Agustus 2006|accessdate=.28-10-2017|pages=3|format=PDF}}</ref>
|