Etimologi nama tempat di Sri Lanka: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k cosmetic changes
Baris 16:
Bagian X dapat menjadi rumit seperti pada
 
* Kiribathgoda= desa beras susu<br />
 
Bagian X juga dapat merujuk pada konsep sosial seperti [[kasta]]. Contoh untuk ini adalah ''waduwa'' (tukang kayu), ''batta'' (pemukiman kasta bawah), ''ambataya'' (tukang cukur), ''aruwa'' ([[tembikar]]), ''goviya'' (petani), ''bamuna'' ([[Brahmana]]) dan ''Villiya'' (Rodiya).<ref name="gnana">Gnanaprakasar, ''A Critical History of Jaffna'', p. 33</ref>
Baris 126:
 
== Relevansi antropologis dan politik dari nama tempat di Sri Lanka ==
Nama tempat adalah sumber kontroversi dalam politik Sri Lanka. Menurut Nissan & Stirrat, Perang Sipil Sri Lanka adalah hasil dari bagaimana identitas etnis modern dibuat dan dibuat kembali sejak masa kolonial, dengan perjuangan politik antara minoritas Tamil Sri Lanka dan pemerintah [[Suku Sinhala|Sinhala]]-dominan disertai dengan perang retorik lebih dari situs [[arkeologi]] dan [[Toponimi|nama tempat]] [[Etimologi|etimologi,]], dan penggunaan politik dari masa lalu nasional.<blockquote>
Kedua belah pihak dalam konteks politik saat ini mendukung pernyataan mereka masing-masing melalui penggunaan sejarah secara selektif dan melalui penggunaan bukti arkeologis yang selektif dan kompetitif. Fraksi di masing-masing pihak telah bersedia untuk menghancurkan, atau menafsirkan kembali, bukti yang akan mendukung pihak lain. Peta yang berbeda diproduksi yang dimaksudkan untuk menunjukkan distribusi Sinhala dan Tamil di Lanka selama abad-abad yang lalu.<ref>Elizabeth Nissan and RL Stirrat "The generation of communal identities" in Spencer, ''Sri Lanka: History and the Roots of Conflict'', p. 21</ref>
</blockquote>Mereka lebih lanjut mencatat bahwa di [[Provinsi Utara, Sri Lanka|Provinsi Utara]] yang dominan Tamil ada nama-nama tempat dengan etimologi Sinhala, yang digunakan oleh pemerintah Sinhala yang dominan untuk menggugat wilayah itu, sedangkan orang-orang Tamil yang menggunakan nama-nama tempat Tamil di daerah Sinhala secara rasional menunjukkan keantikan mereka di pulau itu.<ref>Spencer, ''Sri Lanka: History and the Roots of Conflict'', p. 23</ref><ref>{{Cite web|url=http://ebooks.ebookmall.com/title/sri-lanka-spencer-ebooks.htm|title=Sri Lanka Summary.|website=Jonathan Spencer|access-date=2008-05-08}}</ref> Ada gerakan di Sri Lanka yang berusaha menggunakan nama-nama Sinhala asli di seluruh negeri.<ref>{{Cite web|url=http://www.sundaytimes.lk/061112/Plus/pls13.html|title=Travesty of our place names|last=Perera, D. G. A.|access-date=2008-03-06|quote=Sinhala language and its nomenclature was precise and meaningful. That was why even the English and Burgher lawyers are known to have preferred to have their land deeds drawn up in the Sinhala language.Therefore, giving attention to the preparation of an officially recognised list of all place names in the island, is of paramount importance. The Tamils can continue to pronounce the place names in their own way if they choose to do so, but the official spelling remains unchanged. Under British rule, the original Sinhala names of tea, rubber (and even coconut) estates were replaced by English ones, for the most part. But the Tamil estate workers who came from India coined their own names for each of these estates. The Ferguson’s Directory listed all these estate names in English and Tamil, while most of the original Sinhala names were allowed to be forgotten.}}</ref>