Umar Patek: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
CandraAdam (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
CandraAdam (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 14:
}}
 
'''Umar Patek''' alias ''Umar Arab'' alias ''Pak Patek'' alias ''Anis'' alias ''Umar'' alias ''Hisyam'' alias ''Umar Kecil'' alias ''Abu Syekh'' alias ''Allawy'' alias ''Ja'far'' alias ''Zacky'' (lahir [[Pemalang]] 20 Juli 1966), Lahir dengan nama '''Hisyam''', umar patek adalah keturunan [[Arab-Indonesia]], ayahnya bernama Ali Zain dan Ibunya bernama Fatimah. Di [[Pemalang]] Umar bertempat tinggal di daerah yang dikenal dengan sebutan [[Kampung Arab]] yaitu di jalan Semeru No 20 [[Kelurahan Mulyoharjo]] [[Kecamatan Pemalang]], [[Pemalang]]. Dia merupakan lulusan SMA Muhammadiyah 1 Pemalang, yang lulus di Tahun 1986, Umar juga dikenal cukup berprestasi saat SMA.
 
Patek terakhir kali terlihat di kampung halamannya pada pertengahan tahun 2000 silam sebelum terjadi [[bom Natal 24 Desember tahun 2000]]. Dua tahun setelah kasus bom itu, keluarga Patek pun menghilang. Mereka pindah secara diam-diam. Sejak 2002 pula, rumah yang ditinggal penghuninya itu lantas dialihfungsikan menjadi [[Pendidikan Anak Usia Dini]] (PAUD) serta [[Tempat Penitipan Anak]] (TPA) Al-Irsyad Al-Islamiyah.
 
 
Umar merupakan mantan [[Terroris]] dan juga mantan anggota [[Jemaah Islamiyah]] yang paling dicari oleh Pemerintah [[Amerika Serikat]], [[Australia]], [[Filipina]] dan [[Indonesia]] karena keterlibatannya dalam aksi [[terorisme]] saat itu. Amerika bahkan pernah menjanjikan hadiah sebesar 1 juta dolar AS kepada siapa saja yang bisa menangkapnya atau memberikan informasi untuk menangkapnya Patek.
 
Umar Patek diyakini sebagai asisten koordinator lapangan pada insiden peledakan bom di [[Bali]], [[Indonesia]] pada tahun [[2002]]. Umar Patek juga ditengarai berperan sebagai komandan lapangan pelatihan [[Jamaah Islamiyah]] di [[Mindanao]], [[Filipina]]. [[Noordin M Top]], yang berhasil dilumpuhkan [[Densus 88]] beberapa waktu lalu, pernah menjadi muridnya.
 
[[Amerika telah]] menyayembarakan bagi penangkapnya senilai 1 juta dolar, lebih murah dibanding [[Dulmatin]] (10 juta dolar), yang telah tewas di [[Ciputat]].
 
Dia digambarkan sebagai [[laki-laki]] [[Jawa]] keturunan [[Arab]]. Patek memiliki tinggi badan 166 [[cm]] dengan berat sekitar 60 [[kg]] dengan warna kulit coklat. Umar Patek juga memiliki nama sejumlah samaran antara lain Umar Kecil, Umar Arab,Umar Patek, Abu Syekh,Anis Allawy Ja'far dan Zacky.
 
Patek pernah dilaporkan terbunuh pada [[14 September]] [[2006]] di [[provinsi Sulu]], [[Filipina]]. Tapi laporan ini tidak bisa dikonfirmasi kebenarannya, dan Patek tetap berstatus buronan. Terakhir Patek diberitakan tertangkap aparat keamanan di [[Abbottabad]] [[Pakistan]] pada [[29 Maret]] [[2011]].
 
Setelah [[Dulmatin]] tertembak mati, Umar Patek diyakini sebagai amir (pemimpin) berikutnya. Sebagai seorang amir dia akan aktif seperti Dulmatin untuk berkoordinasi, menjalin komunikasi, menyiapkan persenjataan, dan [[kaderisasi]].
Baris 35:
Dulmatin alias Ammar Usman alias Joko Pitono kuat perannya sebagai koordinator lapangan, pengumpul dana, dan perakit bom. Sedangkan Umar, cerdas dalam menyusun strategi perang dan spionase (penyamaran).
 
Setelah penggerebekan dua lokasi di [[Pamulang]], [[Tangerang Selatan]], disinyalir pergerakan teroris akan menghilang untuk sementara waktu, dan akan kembali pada waktu yang sulit diprediksi. Saat ini mereka tiarap. Mereka memiliki dogma bila mereka maju perang terbuka pasti akan kalah. Haram bagi mereka untuk maju, karena itu sama saja bunuh diri. Beberapa pengamat berspekulasi kemungkinan Umar kabur dari [[Indonesia]].
 
Pada 11 Agustus 2011, Umar Patek telah diekstradisi dari [[Pakistan]] ke Indonesia di mana dia ditahan di [[Jakarta]] sebelum menunggu persidangan.
 
Pada 21 Juni 2012 pengadilan [[Indonesia] menghukum Patek 20 tahun penjara karena pembunuhan dan pembuatan bom. Dia ditemukan bersalah atas semua enam tuduhan, termasuk keterlibatan dalam serangan terhadap gereja-gereja pada malam Natal 2000. Jaksa tidak menuntut hukuman mati. Selama persidangan Patek meminta maaf kepada keluarga korban dan menyatakan bahwa ia tidak melakukan apa pun lebih dari bahan kimia campuran untuk bahan peledak. Patek juga menyatakan bahwa sasarannya selalu [[Israel]] dan bukan "Barat". Menyatakan "Saya mempertanyakan mengapa di [[Bali]]? [[Jihad]] harus dilakukan di [[Palestina]] bukan ... Siapa yang menjadi korban, mereka orang Barat, bukan [[Israel]]. Bahkan banyak orang [[Indonesia]] menjadi korban. Mereka tidak memiliki hubungan ke [[Palestina]]."
 
== Lihat pula ==