Maskulinitas: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika |
sunting bagian penelitian psikologis |
||
Baris 59:
Penelitian di Inggris menemukan, "Pria dan wanita muda yang membaca majalah kebugaran dan mode secara psikologis dirugikan oleh gambaran fisik wanita dan pria yang sempurna." Wanita muda dan pria berolahraga secara berlebihan dalam upaya untuk mencapai apa yang mereka anggap sebagai tubuh yang bugar dan berotot sehingga kelihatan menarik, dapat menyebabkan gangguan dismorfik tubuh atau dismorfia otot.<ref>{{Cite news|url=http://news.bbc.co.uk/2/hi/health/7318411.stm|title=Magazines 'harm male body image'|date=28 May 2008|work=[[BBC News]]|access-date=12 May 2010}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://uk.askmen.com/sports/bodybuilding/56_fitness_tip.html|title=Muscle dysmorphia|last=Lee|first=Ian|website=askmen.com|publisher=Ask Men}}</ref><ref>{{Cite web|url=http://www.livescience.com/health/060815_bodyimage_men.html|title=Men muscle in on body image problems|date=6 August 2015|website=livescience.com|publisher=LiveScience}}</ref> Meskipun stereotipnya tetap konstan, nilai yang melekat pada stereotip maskulin telah berubah. Telah dikemukakan bahwa maskulinitas adalah fenomena yang tidak stabil dan tidak pernah tercapai.{{Sfnp}}
[[American Psychiatric Association|Asosiasi Psikiatri Amerika (APA)]] melakukan penelitian meta-analisis yang melibatkan hampir 20.000 laki-laki yang didominasi orang kulit putih, beberapa Afrika-Amerika, dan Asia-Amerika. Beberapa studi menunjukkan korelasi antara kepatuhan terhadap norma-norma maskulinitas dengan kesehatan mental.<ref>Wong, Y. J., Ho, M. H. R., Wang, S. Y., & Miller, I. S. (2017). [http://www.apa.org/pubs/journals/releases/cou-cou0000176.pdf Meta-analyses of the relationship between conformity to masculine norms and mental health-related outcomes]. ''Journal of counseling psychology'', ''64''(1), 80.</ref> Peneliti menganalisis peserta dengan 11 [[Norma (sosiologi)|norma]] yang dipercaya oleh para psikolog dapat mencerminkan standar maskulinitas dalam masyarakat. Kemudian hasilnya mereka hubungkan dengan kesehatan mental positif, negatif, dan perilaku dalam mencari bantuan. Penelitian menemukan bahwa laki-laki yang setuju terhadap standar maskulinitas dalam masyarakat cenderung memiliki kesehatan mental yang buruk.<ref>{{Cite web|url=https://tirto.id/laki-laki-seksis-beresiko-terkena-penyakit-mental-b5B9|title=Laki-Laki Seksis Beresiko Terkena Penyakit Mental|last=Aziz|first=Abdul|website=tirto.id|language=id|access-date=2019-04-27}}</ref> Penelitian itu juga menunjukkan laki-laki yang setuju terhadap standar masyarakat cenderung untuk tidak mencari bantuan saat mengalami masalah psikologis.<ref>{{Cite web|url=https://www.huffpost.com/entry/sexism-masculinity-mental-health_n_58348925e4b01ba68ac31155|title=Sexist Men Are More Likely To Have Mental Health Problems, Study Finds|date=2016-11-23|website=HuffPost|language=en|access-date=2019-04-27}}</ref>
== Peran Gender ==
|