Orang Turki di Jerman: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 33:
Lain lagi ceritanya bagi mereka yang orang tuanya tidak tinggal di Jerman minimal delapan tahun. Mereka tidak dapat mengikuti kebijakan ''option mode''. Dengan begitu, mereka harus rela melepas paspor Turki atau kewargenagaraan [[Turki]] menjadi [[Jerman]].<ref name=":6" /> Meskipun demikian, mereka tetap akan memperoleh kartu biru dari pemerintah Turki. Kartu tersebut dapat dipergunakan sebagaimana warga Turki lainnya; untuk memiliki aset, mendapat pensiuanan, bekerja, memiliki perlindungan, dan wajib membayar pajak. Bedanya, mereka para pemegang kartu biru Turki tidak memiliki hak suara dalam pemilihan presiden.<ref name=":7" /> Kartu biru tersebut dapat menjadi simbol dari kewarganegaraan orang-orang Turki yang menjadi Jerman tanpa harus memutus hubungan kekeluargaannya dengan kampung halamannya sendiri. Beberapa penelitian bahkan menyebutkan bahwa kartu tersebut menjadi propaganda [[Turki]] untuk mengakomodasi kepentingannya demi bergbaung menjadi bagian dari [[Uni Eropa]]. Maklum saja, jumlah imigran Turki yang ada di [[Eropa]], termasuk Jerman, ada lebih dari 3 juta jiwa. Turki juga dianggap memanfaatkan kartu biru itu untuk tidak kehilangan keuntungan ekonomi dari remittance yang dikirim oleh para migran [[Turki]] di Jerman.<ref name=":0" />
== Praktik
Praktik keagamaan orang-orang keturunan [[Turki]] di Jerman pada umumnya telah luntur. Sebagian besar dari mereka tidak lagi menganut agama [[Islam]] yang taat sebagaimana yang terjadi di [[Turki]]. Mereka mengaku bahwa mereka kini menjadi lebih sekuler, tidak dogmatik maupun fanatik terhadap ajaran [[Islam]]. Ketika bulan [[Ramadan]] dan [[Hari Raya Idul Fitri]] tiba, mereka juga merayakannya. Mereka berpuasa sebagaimana [[Muslim]] lainnya, kerabat mereka juga datang ke rumah mereka untuk bersilaturahmi. Meskipun begitu, mereka melakukannya hanya untuk bersenang-senang dan menjaga tradisi yang telah diterapkan selama turun-temurun di keluarganya. Bahkan, ayah ibu atau orang tua mereka juga terkadang tidak menjalankan ibadah puasa.<ref name=":4">https://www.thelocal.de/20170512/eight-things-to-know-about-islam-in-germany-muslims-religion</ref>
|