Ulin: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
OrophinBot (bicara | kontrib)
Baris 37:
'''Ulin''' tumbuh baik di hutan tropis basah, pada tanah yang tidak tergenang air hingga ketinggian 500-625 m dpl, di daerah datar dekat sungai dan anak-anak sungai, daerah bergelombang hingga punggung bukit. Tanah tempat tumbuh ulin umumnya berpasir dengan pH dan unsur hara makro (N, P, K) yang rendah.<ref name=":1" />
 
'''Ulin''' adalah jenis pohon hutan yang menghasilkan kayu bernilai ekonomi tinggi, secara alami hanya terdapat di SumateraSumatra bagian Timur dan Selatan, Pulau Bangka dan Belitung, Kalimantan, Kepulauan Sulu dan Pulau Palawan di Filipina.<ref>Sidiyasa, K. 2011. Sebaran, potensi dan pengelolaan ulin di Indonesia. ''Prosiding Lokakarya Nasional Status Konservasi dan Formulasi Strategi Konservasi Jenis-Jenis Pohon Yang Terancam Punah (Ulin, Eboni dan Michelia)''. Kerjasama Puslitbang Konservasi dan Rehabilitasi dengan ITTO PD 539/09 Rev.1 (F), Bogor.</ref>
 
Di SumateraSumatra Selatan pohon ulin tumbuh pada tanah-tanah yang mempunyai tekstur lempung liat berpasir dengan kesuburan tanah yang rendah.<ref>Nugroho, A.W. 2006. Karakteristik tanah pada sebaran ulin di SumateraSumatra dalam mendukung konservasi. ''Makalah Penunjang pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian''. Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang.</ref>
 
== Manfaat ==
Baris 46:
Kayu '''ulin''' sangat kuat dan sangat awet, sehingga banyak digunakan untuk berbagai keperluan, seperti pondasi bangunan di dalam air dan lahan basah, atap rumah (sirap), kusen dan pintu. Kayu ulin terutama dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, seperti konstruksi [[rumah]], [[jembatan]], tiang listrik, dan per[[kapal]]an.<ref name="Aulia Ajizah">{{Citation|last=Ajizah|first=Aulia|title=Potensi Ekstrak Kayu Ulin (Eusideroxylon zwageri T et B) dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri ''Staphylococcus aureus'' Secara Invitro|date=Januari|url=|year=2007|last2=|first2=|author-link=|author2-link=|journal=BIOSCIENTIAE|volume=4|issue=|pages=37-42|doi=1693-9472|id=}}</ref>
 
Di Banjarmasin fosil kayu ulin dijadikan batu cincin dan perhiasan. Selain itu, masyarakat di daerah SumateraSumatra dan Kalimantan memiliki kebudayaan membuat rumah panggung dari kayu ulin di pinggir sungai atau rawa, karena hanya kayu ulin yang mampu bertahan di air.<ref name=":2">Wahjono, D dan Imanuddin, R. 2011. Sebaran, potensi dan pertumbuhan/riap ulin (''Eusideroxylon zwagery'' Teisjm & Binn.) di hutan alam bekas tebangan di Kalimantan. ''Prosiding Lokakarya Nasional Status Konservasi dan Formulasi Strategi Konservasi Jenis-Jenis Pohon Yang Terancam Punah (Ulin, Eboni dan Michelia)''. Kerjasama Puslitbang Konservasi dan Rehabilitasi dengan ITTO PD 539/09 Rev.1 (F), Bogor.</ref>
 
== Kerentanan ==
Baris 55:
 
== Konservasi ==
Pembibitan dan penanaman, baik insitu maupun ex-situ telah dilakukan di beberapa daerah di Kalimantan dan SumateraSumatra.<ref name=":3">Hakim, L., Prastyono dan Syakur, A. 2005. Eksplorasi ulin di Kalimantan untuk konservasi Exsitu. ''Jurnal Penelitian Hutan Tanaman''. Puslitbang Hutan Tanaman, Bogor Vol.2 No.1.</ref>
 
Selain itu, di luar Pulau SumateraSumatra dan Kalimantan jenis pohon ulin juga terdapat di Arboretum Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam Bogor dan di Hutan Penelitian Sumberweringin Bondowoso, Jawa Timur.<ref name=":3" />
 
== Referensi ==