Tony Wen: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Mengedit beberapa bagian dan menambahkan referensi penting
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 1:
{{tanpa_referensi|date=15 Juli 2013}}
'''Tony Wen''' (lahir di [[Sungailiat]], [[Bangka Belitung]], [[1911]] - meninggal di [[Jakarta]], [[30 Mei]] [[1962]]) adalah pejuang [[Indonesia]] keturunan [[Tionghoa]]. Tony Wen merupakan sosok nasional yang sangat digemari ramai. Perawakannya gagah, tampan, penampilannya rapih, tata bahasanya ramah dan teratur mencerminkan latar orang terpelajar ditambah dengan kumis ala [[Errol Flynn]], bintang film [[Hollywood]] yang tenar, dan senyum murah yang menggiurkan. Ia dikenal terutama saat membantu keuangan Indonesia di era awal kemerdekaan dengan menyelundupkan candu ke Singapura. Tony Wen atau Boen Kin To, lahir di Sungailiat, Bangka, pada 1911 dari keluarga yang berada. Ayahnya adalah seorang kepala parit ''Bangka Biliton Tin Maatschappij''.<ref name=":0">{{Cite web|url=http://indochinatown.com/obituari/menelusuri-kisah-tony-wen-pejuang-peranakan-tionghoa-asal-bangka/4251|title=Menelusuri Kisah Tony Wen, Pejuang Peranakan Tionghoa Asal Bangka|website=Indochinatown.com|language=en|access-date=2018-12-08}}</ref>
 
== Pendidikan dan Pekerjaan ==
Setelah menyelesaikan sekolah menengah di Sungailiat, dia kemudian meneruskan studinya di [[Singapura]], lalu U Ciang University, [[Shanghai]] hingga Liang Nam University, [[Kanton|Canton]]. Setelah kembali ke [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta (Batavia)]], ia menjadi guru olahraga di sekolah Pa Hoa (T.H.H.K.). Ia juga seorang pemainan sepak bola nasional yang sangat handal, gesit, dan cergas dalam pertandingan. Sebelum [[Perang Dunia II]] meletus, ia menjadi pemain sepak bola terkenal kesebelasan UMS (Union Makes Strength).<ref name=":0" /><ref name=":1">{{Cite web|url=http://bangka.tribunnews.com/2016/08/18/menyibak-kisah-tony-wen-pejuang-kemerdekaan-keturunan-tionghoa-asal-pulau-bangka|title=Menyibak Kisah Tony Wen, Pejuang Kemerdekaan Keturunan Tionghoa Asal Pulau Bangka|date=2016-08-18|website=Bangka Pos|language=id-ID|access-date=2018-12-08}}</ref> “Beliau adalah idola remaja sebelum Perang Dunia II karena bintang sepakbola. Ia anggota perkumpulan sepakbola keturunan Cina (UMS) di Petak Sin Kian, Jakarta […] beliau guru pada sekolah Tionghoa THHK di Jalan Patekoan,” tulis Yunus Yahya dalam buku ''Catatan seorang WNI: Kenangan, Renungan & Harapan'' (1989:8). <ref name=":2">{{Cite web|url=https://tirto.id/tony-wen-pesepakbola-yang-menyelundupkan-candu-demi-republik-c5HU|title=Tony Wen: Pesepakbola yang Menyelundupkan Candu demi Republik|website=tirto.id|language=id|access-date=2018-12-08}}</ref>
 
=== Masa Organisasi (Pra-Kemerdekaan dan Revolusi Fisik) ===
Disamping kegemarannya dengan dunia olahraga, ia banyak mengambil peran dalam berbagai organisasi yang terkait. Pada [[Sejarah Nusantara (1942–1945)|masa pendudukan Jepang]], ia bekerja sebagai juru bahasa di kantor urusan Hoa Kiao (Kakyo Hanbu) yang merupakan salah satu bagian pusat intelijen [[Jepang]] (Sambu Beppan). <ref name=":0" /><ref name=":1" /><ref name=":2" /> Menurut Yong Mun Cheong dalam ''The Indonesian Revolution and the Singapore Connection, 1945-1949'' (2003:130), di era itu ia bergiat dalam Perserikatan Rakjat dan Boeroeh Tionghoa di Surakarta sebagai manajer bagian olahraga. Setelah Jepang kalah, ia menjadi wakil presiden dalam serikat tersebut.<ref name=":2" /><ref name=":3">{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/54078950|title=The Indonesian revolution and the Singapore connection, 1945-1949|last=Cheong.|first=Yong, Mun|date=2003|publisher=Singapore University Press|isbn=9971692767|location=Singapore|oclc=54078950}}</ref>
 
Setelah Jepang menyerah, ia menghilang dari Jakarta dan menetap di [[Kota Surakarta|Solo]] memimpin Barisan Pemberontak Tionghoa. Kemudian, Ia menjadi pembantu R.P. Suroso dalam membentuk kantor urusan minoritas di [[Kementerian Dalam Negeri|Departemen Dalam Negeri]]. Pada akhir masa perjuangan fisik, Tony Wen menjadi pembantu Mukarto, kepala ''Opium en Zoutregie'', dan ia sering bolak-balik ke Singapura untuk menukar [[candu]] dengan senjata yang diselundupkan ke daerah Republik.
 
Tony Wen telah memperjelas dukungannya kepada Republik, setidaknya sejak April 1946. Ia banyak menyibukkan diri dalam menggalang masyarakat Tionghoa menunjang kegiatan revolusi dibawah bendera nasionalis bimbingan [[Soekarno|Bung Karno]]. Ketika Presiden Soekarno dan para pemimpin lainnya dibuang ke [[Pulau Bangka]], ia menyediakan seluruh keperluan para pemimpin tersebut. “Ia terang-terangan menjawab keragu-raguan masyarakat Tionghoa dengan menyatakan berkiblat ke Republik yang baru,” tulis mantan menteri [[Oei Tjoe Tat]] dalam ''Memoar Oei Tjoe Tat: Pembantu Presiden Soekarno'' (1992:52). “Ia menyatakan tekadnya untuk lebih memperhatikan kepentingan rakyat kecil, khususnya kaum buruh.”<ref name=":2" />
Baris 17:
Pada masa itu, Indonesia yang baru saja meraih kemerdekaan memiliki kondisi ekonomi yang buruk apalagi ditambah dengan adanya blokade oleh Belanda dari segala penjuru membuat Indonesia semakin kesulitan melakukan perdagangan dengan negara lain untuk mengisi kas negara. Di sinilah Tony Wen berperan besar dalam membantu mengisi kas negara.
 
Kurangnya kas negara untuk biaya operasional pemerintahan menyebabkan [[Daftar Menteri Keuangan Indonesia|Menteri Keuangan]] [[Alexander Andries Maramis|A.A. Maramis]] menyarankan menjual candu ke luar negeri. Dengan keahlian Tony Wen di Solo yang menyuplai logistik dan senjata untuk pejuang di sana,ia dipercaya untuk menjual candu-candu mentah dari pabrik candu di [[Salemba]]. Mukarto Notowidagdo ditunjuk sebagai koordinator tim sementara Tony Wen menjadi pelaksana. Ia kemudian menghubungi temannya di [[Singapura]] yang memiliki jaringan distribusi candu dan operasi itu pun dilaksanakan.
 
Soal penyelundupan ke Singapura itu dicatat oleh Sam Setyautama dalam ''Tokoh-tokoh Etnis Tionghoa di Indonesia'' (2008:24). Pada 1948, Tony bersama Soebeni Sosrosepoetro, Karkono Partokusumo ([[Kamadjaja]]), dan dibantu Lie Kwet Tjien menyelundupkan candu ke Singapura untuk dibelikan senjata bagi Republik Indonesia. Dengan naik perahu, Tony Wen membawa setengah ton candu dari [[Pantai Popoh]] di [[Kabupaten Kediri|Kediri]] dan melintasi pantai selatan Jawa ke [[Selat Lombok]] untuk menghindari patroli [[Belanda]] dalam perjalanannya ke Singapura. Operasi lanjutan ini kemudian dilaksanakan oleh [[John Lie|Laksamana John Lie]] dengan menggunakan pesawat amphibi Catalina. Dengan pesawat ini, Indonesia berhasil melakukan pengiriman sebanyak dua kali dan membawa 4 ton candu ke Singapura. Akan tetapi, operasi ini akhirnya diketahui oleh [[Belanda]] sehingga Tony Wen ditangkap oleh polisi [[Britania Raya|Inggris]] di Singapura.<ref name=":2" /><ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/53361234|title=Peranakan idealis : dari Lie Eng Hok sampai Teguh Karya|last=Yunus.|first=Yahya,|date=2002|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia|isbn=979902384X|edition=Cet. 1|location=Jakarta|oclc=53361234}}</ref><ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/312440590|title=Tokoh-tokoh etnis Tionghoa di Indonesia = [Yinni Hua zu ming ren ji]|last=1938-|first=Setyautama, Sam,|date=2008|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia bekerjasama dengan Chen Xingchu Foundation|isbn=9789799101259|edition=Cet. 1|location=Jakarta|oclc=312440590}}</ref>