Francisca Casparina Fanggidaej: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 1:
'''Francisca C. Fanggidaej''' (
== Masa kecil ==
Francisca dilahirkan di di [[Noël Mina]], [[Timor]], dengan Ibu bernama Magda Mael dari [[Timor Timur|Timor]] dan ayahnya bernama Gottlieb Fanggidaej berasal dari [[Pulau Rote]] yang bekerja di dinas pekerjaan umum Belanda dan bekerja di bagian bendungan dan irigasi. Ayahnya mendapatkan pendidikan sekolah pangreh-praja, [[Stovia]], yang tidak diselesaikannya karena dikeluarkan ketika turut aksi pernyataan ketidakpuasan para mahasiswa Indonesia terhadap pemerintahan [[Hindia Belanda]].{{Sfn|Setiawan|2006|p=13}} Masa kecilnya dihabiskan di Surabaya, Jawa Timur. Ia tinggal di dekat rumah [[G.A. Siwabessy]] yang sering menjadi tempat berkumpulnya para pemuda Maluku. Dari [[G.A. Siwabessy]] dan [[Sam Malessy]], ia banyak mendapatkan pemahaman dan penghayatan akan nilai-nilai kebangsaan. <ref>{{Cite web|last=Warman Adam|first=Asvi|date=02 Oktober 2016|title=Urgensi Pelurusan Sejarah dan Kisah Perempuan Revolusioner|url=https://www.cnnindonesia.com/nasional/20161001172753-21-162596/urgensi-pelurusan-sejarah-dan-kisah-perempuan-revolusioner|website=CNN Indonesia|access-date=29 Agustus 2020}}</ref>
Francisca belajar di [[Europeesche Lagere School]] (ELS) dan kemudian melanjutkan ke [[MULO]]. Di rumah, ia hanya diizinkan berbahasa [[bahasa Belanda|Belanda]]. Hal ini menyebabkan ia bertumbuh merasakan dirinya sebagai seorang bangsa Belanda.
== Ikut perjuangan pemuda ==
Pada [[6 November|6]] -[[10 November]] [[1945]] ia menjadi seorang delegasi [[Pemuda Republik Indonesia]] dalam [[Kongres Pemuda Indonesia I]] di [[Yogyakarta]]. Setelah Kongres berakhir, ia tidak bisa kembal ke Surabaya karena meletusnya pertempuran antara rakyat dan pemuda Surabaya melawan pasukan NICA. Ia memutuskan untuk bergabung dengan delegasi [[Pemuda Sosialis Indonesia]] (Pesindo) dan kemudian menjadi anggotanya. Ia aktif dalam perjuangan untuk kemerdekaan, dengan mengadakan kampanye penerangan kepada rakyat tentang arti kemerdekaan dan kolonialisme.
Francisca aktif dalam [[Badan Kongres Pemuda Republik Indonesia]] (BPKRI) yang salah satu kegiatannya adalah melakukan siaran [[Radio Gelora Pemuda]] di [[Madiun]] dengan menggunakan bahasa Belanda dan Inggris. Program ini terutama ditujukan kepada pasukan-pasukan Belanda dan Inggris dengan maksud memberikan gambaran kepada mereka bagaimana pendapat orang Indonesia sendiri tentang kemerdekaan dan kolonialisme.
Baris 26 ⟶ 28:
== Keluarga ==
Pada [[1948]] Francisca menikah dengan Sukarno, seorang anggota dewan dari Pesindo. Dari Sukarno, Francisca memperoleh seorang anak perempuan, Nilakandi Sri Luntowati. Dari pernikahannya yang kedua dengan sesama wartawan, Soepriyo, ia memperoleh enam orang anak yaitu Dien Rieny Saraswati,Alm.Godam Ratamtama,Nusa Eka Indriya,Savitri Sasanti Rini,Pratiwi Widiantini,dan Mayanti Trikarini. [[Reza Rahardian]] adalah cucunya dari Pratiwi Widianti.
== Referensi ==
=== Catatan kaki ===
{{reflist}}
=== Daftar pustaka ===
* {{Cite book|title=Memoar Perempuan Revolusioner|last=Setiawan|first=Hersri|publisher=Galangpress|year=2006|location=Yogyakarta|ref=harv}}
== Pranala luar ==
|