Barus, Tapanuli Tengah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
setujuh->setuju dan sintaks |
Pinerineks (bicara | kontrib) |
||
Baris 24:
Berikut sebahagian pakar yang terlibat dalam eksplorasi maupun pelestarian kebudayaan Barus : Prof.Dr.Hasan Muarrif Ambari (Arkeologi Islam), Prof Dr Ludwick Kalus, Prof Dr C Guillot dan Dr Daniel Perret (arkeolog Perancis), Prof Dr Datok Nik Hassan Shuaimi (pakar sejarah Universitas Kebangsaan Malaysia), Prof Dr Azyumardi Azra (pakar sejarah Univ. Islam Negeri Syarif Hidayatullah), Prof Dr M Dachnel Kamars MA (pakar administrasi pendidikan Universitas Negeri Padang), Dr M Nur MS (pakar sejarah Universitas Andalas).
==
Salah seorang pahlawan sebelum kemerdekaan dari Kota Barus, yang gigih melawan Belanda (Penjajah) adalah Sidi Marah (Marah Sidi). Walaupun Dia bukan Asli dari Kota barus (Merantau) akan tetapi perjuangan heroiknya perlu diteladani. Sidi Marah tidak setuju dengan kebijakan Belanda yang semena-mena terhadap rakyat. Belanda menerapkan kebijakan hoofd belasting (pajak kepala atau individu), inkomsten belasting (pajak pemasukan suatu barang/cukai), hedendisten (pajak rodi), landrente (pajak tanah), wins belasting (pajak kemenangan/keuntungan), meubels belasting (pajak rumah tangga), slach belasting (pajak penyembelihan), tabak belasting (pajak tembakau), adat huizen belasting (pajak rumah adat).Akibat kebijakan itu rakyatpun tertindas, Penindasan pun melahirkan konsekuensi perlawanan.Belanda sangat takut dengan penggalangan dan pengorganisasian Sidi Mara untuk berperang dengan kaum penjajah.Salah satu pertempuran paling heroik yang tercatat pada tanggal 4 Desember 1829 bersama si Songe dengan menggempur benteng Port Tapanoely di poncan banyak memakan korban di pihak Belanda. Akibatnya Barus diserang habis-habisan, karena menduga Sidi Marah sehabis menyerang Poncan mundur ke arah Barus. Tercatat dalam sejarah bahwa Sidi Marah berjuang mempertahan Pantai Barat Tapanuli khususnya Barus hampir kurang tujuh tahun. Sedang untuk pahlawan setelah kemerdekaan, salah satunya adalah Kiai Haji Zainul Arifin atau lengkapnya Kiai Haji Zainul Arifin Pohan (lahir di Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, 2 September 1909 – meninggal di Jakarta, 2 Maret 1963 pada umur 53 tahun).Dijaman penjajah Belanda dia sudah aktif di organisasi (NU-GP Ansor), sesuatu kegiatan yang dianggap penjajah sebagai penggalangan rakyat untuk melawan mereka. Semasa penjajahan Jepang dia menjadi Panglima Hizbullah Masyumi,dengan tugas utama mengkoordinasi pelatihan-pelatihan semi militer di Cibarusa, dekat Bogor.Paska Kemerdekaan dia banyak dipercaya di legislatif dan eksekutif. Salah satu jabatan terpenting yang pernah diemban dia adalah Wakil Perdana Menteri Indonesia dalam Kabinet Ali Sastroamijoyo I yang memerintah dua tahun penuh (1953-1955). Masa jabatan 30 Juli 1953 – 12 Agustus 1955,akan tetapi dalam sejarah Organisasi NU dia tercatat sebagai orang pertama yang menduduki jabatan tersebut.
==
Sebelum kemerdekaan R.I, wilayah Barus meliputi daerah-daerah yang berada di Kecamatan Barus, Manduamas, Sirandorung, Andam Dewi, Sosorgadong, Kecamatan Sorkam, Sorkam Barat dan Kolang yang sekarang masuk ke dalam daerah Kabupaten Tapanuli Tengah. Seterusnya Kecamatan Pakkat, Parlilitan, Tara Bintang dan Onan Ganjang yang sekarang masuk wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan. Sebagian daerah Kabupaten Aceh Singkil dan Kota Subulussalam di Provinsi Aceh. Daerah Barus dulunya dikenal dengan nama Barus Raya.
Baris 54:
Setelah Sorkam lepas dari Barus, maka Kecamatan Barus sebelum dimekarkan mempunyai banyak nama desa dan kelurahan sebagai berikut : Sibintang, Barangbang, Sosorgadong (yang kemudian menjadi nama kecamatan tersendiri), Siantar CA, Muara Bolak, Siantar Dolok, uta Tombak, Unte Boang, Purba Tua, Huta Ginjang, Sijungkang, Pariksinomba, Sihorbo, Pananggahan, Kade Gadang, Sigambo-gambo, Kampung Solok, Pasar Terandam, Kinali, Kelurahan Pasar Batu Gerigis, Gabungan Hasang, Patupangan, Ujung Batu, Kelurahan Padang Masiang, Sawah Lamo, Ladang Tengah, Labu Tuo, Uratan, Kampung Mudik, Aek Dakka, Bondar Sihudon, Rina Bolak, Sosorgonting, Sirami-ramian, Pangaribuan, Sogar, Sigolang, Pasar Onan Manduamas (sekarang menjadi ibukota Kecamatan Manduamas), Simpang III/Lae Bingke, Manduamas Lama,Siordang, Saragih, Pardomuan, Tumba CA, Sigolang, Binjohara dan Sampang Maruhur.
==
Untuk menentukan keadaan letak geografis dengan pendekatan astronomi suatu daerah yang didasarkan pada letak lintang dan bujurnya maka wilayah Barus terletak berada di antara 10 26-20 11 Lintang Utara dan 910-980 53 Bujur Timur. Sebelum pemekaran Kecamatan Barus berbatasan langsung dengan Provinsi Aceh dan Kabupaten Tapanuli Utara. Setelah pemekaran maka Kecamatan Barus berbatasan dengan :
Baris 73:
Daerah yang padat penduduknya adalah Kelurahan Pasar Batu Gerigis dan Desa Pasar Terandam.
==
Menurut sejarah, Barus merupakan wilayah awal masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia. Masyarakat di Barus menganut tiga agama yang diakui di dunia, yakni agama Islam, Kristen Protestan dan Kristen Katholik. Bentuk keyakinan lainnya adalah kepercayaan Parmalim yang merupakan agama nenek moyang suku Batak. Sebagian besar penduduknya adalah suku '''Batak,''' suku lain seperti '''Minangkabau, Batak Toba, Mandailing, Aceh, Pakpak, Nias, Bugis''' dan '''Jawa''' juga dapat ditemui di daerah ini. Demikian dengan penduduk yang berasal dari keturunan '''Arab, India,''' dan '''Cina.''' Walau berbeda keyakinan dan etnis dan budaya, masyarakat tetap dapat hidup damai berdampingan dalam kebhinekaan.
Baris 81:
Julukan '''‘Kota Tua’''' seolah telah melekat pada daerah Barus, hal ini karena Barus memiliki sejarah panjang di Indonesia, sebagaimana diketahui bahwa dulunya Barus merupakan pelabuhan internasional yang disinggahi oleh berbagai pedagang yang berlabuh dari berbagai negeri di belahan dunia dengan berbagai etnis dan suku untuk mendapatkan kapur barus dan rempah-rempah.
==
Untuk menunjang kehidupan yang layak maka perekonomian sangat menentukan tingkat kemakmuran suatu daerah. Di Kecamatan Barus mata pencarian masyarakatnya sebagai tulang punggung penunjang kehidupan yang layak tersebut. Profesi masyarakatnya ada yang menjadi nelayan, pegawai, petani dan berdagang. Mata pencarian ini dapat dibagi menjadi berbagai sektor di antaranya sektor perikanan atau kelautan, sektor perindustrian, sektor Jasa dan perdagangan.
|