Cut Nyak Meutia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Membalikkan revisi 14702232 oleh 140.213.8.99 (bicara)
Tag: Pembatalan
Pulorawa (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Baris 6:
|birth_date = [[1870]]
|birth_place = {{negara|Kesultanan Aceh}} [[Keureutoe]], [[Perlak|Pirak]], [[Aceh Utara]], [[Kesultanan Aceh]]
|known_for = ● Pejuang [[Perang Aceh]],<br>● [[Pahlawan Nasional Indonesia]]
|death_date = [[24 Oktober]] {{death year and age|1910|1870}}
|death_place = {{flagicon|Belanda}} [[Alue Kurieng]], [[Aceh]], [[Hindia Belanda]]
|spouse = ● Teuku Muhammad<br>● Pang Nanggroë
|children = [[Teuku Raja Sabi]]
|religion = [[Islam]]
}}
'''Tjoet Nyak Meutia''' ([[Keureutoe]], [[Perlak|Pirak]], [[Aceh Utara]], [[1870]] – [[Alue Kurieng]], [[Aceh]], [[24 Oktober]] [[1910]]) adalah [[pahlawan nasional Indonesia]] dari daerah [[Aceh]]. Ia dimakamkan di Alue Kurieng, Aceh. Ia menjadi [[Daftar pahlawan nasional Indonesia|pahlawan nasional Indonesia]] berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 107/1964 pada tahun 1964.
 
Awalnya Tjoet Meutia melakukan perlawanan terhadap Belanda bersama suaminya Teuku Muhammad atau Teuku Tjik Tunong. Namun pada bulan Maret [[1905]], Tjik Tunong berhasil ditangkap Belanda dan dihukum mati di tepi pantai Lhokseumawe. Sebelum meninggal, Teuku Tjik Tunong berpesan kepada sahabatnya Pang NagroeNanggroe agar mau menikahi istrinya dan merawat anaknya Teuku Raja Sabi.
 
Tjoet Meutia kemudian menikah dengan Pang NagroeNanggroe sesuai wasiat suaminya dan bergabung dengan pasukan lainnya di bawah pimpinan Teuku Muda Gantoe. Pada suatu pertempuran dengan Korps [[Marechausée]] di Paya Cicem, Tjoet Meutia dan para wanita melarikan diri ke dalam hutan. Pang Nagroe sendiri terus melakukan perlawanan hingga akhirnya tewas pada tanggal [[26 September]] [[1910]].
 
Tjoet Meutia kemudian bangkit dan terus melakukan perlawanan bersama sisa-sisa pasukkannya. Ia menyerang dan merampas pos-pos kolonial sambil bergerak menuju Gayo melewati hutan belantara. Namun pada tanggal [[24 Oktober]] [[1910]], Tjoet Meutia bersama pasukkannya bentrok dengan Marechausée di Alue Kurieng. Dalam pertempuran itu Tjoet Njak Meutia gugur.
 
Pada tanggal [[19 Desember]] [[2016]], atas jasa jasanya, Pemerintah Republik Indonesia, mengabadikannya dalam pecahan uang kertas rupiah baru Republik Indonesia, pecahan Rp1.000.<ref name="finance.detik.com_RupiahDesainBar">{{Cite web |title=Rupiah Desain Baru Terbit Hari Ini |author= |work=detikfinance |date=19 Desember 2016 |accessdate={{date|2016-12-19}} |url=https://finance.detik.com/moneter/d-3374624/rupiah-desain-baru-terbit-hari-ini#key1 |language= |quote= |archivedate= |archiveurl= |dead-url=no}}</ref>
 
== Referensi ==