Gereja Santo Yusuf, Semarang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Perancis +Prancis)
Baris 25:
 
=== Katolik di Semarang ===
[[Gereja Katolik Roma]] pertama kali memasuki [[kota Semarang]], [[Hindia Belanda]] (kini [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]]) pada awal abad ke-19. Pada tahun 1808 Pastor Lambertus Prinsen (1777-1840) dikirim dari Belanda ke Hindia belandaBelanda sebagai pendeta untuk Semarang dan beberapa pemukiman sekitarnya, termasuk [[Kota Salatiga|Salatiga]] dan [[Kabupaten Klaten|Klaten]]. Dengan cepat ia mendirikan sebuah dewan untuk menangani tugas-tugas keagamaan, dan pembaptisan mulai tahun berikutnya. Empat belas orang, sebagian besar Belanda dibaptis pada tahun 1809. Namun, jemaat ini tidak memiliki sebuah gereja di mana mereka bisa berdoa. Sampai tahun 1815 jemaat menggunakan gereja terdekat, yakni [[GPIB Immanuel Semarang|Gereja Immanuel]] yang sebenarnya adalah gereja [[Protestan]]. Antara tahun 1815 dan 1822 ibadah diadakan di rumah-rumah anggota jemaat dan sejak 7 September 1822 [[misa]] diadakan di rumah baru Pastor Prinsen (dekat Gereja Immanuel).{{sfn|Parochial Council|2000|pp=12–13}}
 
Jemaat membutuhkan bangunan gereja dan sudah memiliki tanah yang bisa digunakan karena pada tahun 1828 umat Katolik telah membeli tanah bekas rumah sakit dan sekitarnya yang berada di Gedangan, dekat [[Pelabuhan Tanjung Emas|pelabuhan]] dan mendirikan sebuah panti asuhan di sana. Namun, [[Monsinyur|Monsiyur]] Joseph Lijnen (1815-1882), yang telah menjadi jemaat pendeta pada tahun 1858, meninggalkan Hindia Belanda ke [[Heythuysen]], [[Belanda]]. Ia yakin bahwa di sana beberapa biarawati [[Fransiskan]]<nowiki/>i akan bergabung dengannya ke Hindia Belanda dan mengembangkan jemaat melalui pendidikan dan kementerian. Setelah kembali ke Hindia Belanda, desain dibuat untuk sebuah bangunan gereja di panti asuhan dan biara yang didirikan untuk para biarawati.{{sfn|Parochial Council|2000|pp=14–16}}