José Rizal: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Perancis +Prancis) |
k namun (di tengah kalimat) → tetapi |
||
Baris 12:
José Rizal merupakan anak yang ketujuh dari 12 bersaudara dari keluarga [[Francisco Rizal Mercado]] dan [[Teodora Alonzo]] dan dilahirkan di dalam sebuah keluarga kelas menengah [[Mestizo Filipina|Tionghoa-Mestizo]] yang kaya di [[Calamba]], Provinsi [[Laguna]], Filipina.
Para rahib [[Ordo Dominikan|Dominikan]] memberikan kepada keluarganya hak untuk menyewa sebuah [[hacienda]] dan sawah yang ada di situ,
Ketika mendaftar di Ateneo, Rizal mengganti nama keluarganya menjadi "Rizal" agar ia tidak terkena akibat buruk dari nama "Mercado". Abangnya, Paciano Mercado, terkait dengan sejumlah pastor Filipina, [[Gomburza|Mariano Gomez, José Burgos dan Jacinto Zamora]] yang dinyatakan subversif, sehingga mereka dihukum mati dengan "garrote" (teknik hukuman mati dengan cekikan).
Baris 25:
José Rizal mulai belajar dengan [[Justiniano Cruz]] di [[Biñan]], [[Laguna]]. Ia kemudian pergi ke [[Manila]] untuk belajar di [[Universitas Ateneo de Manila|Ateneo Municipal de Manila]] dan di sana ia meraih ijazah S1-nya pada 1877 dan lulus sebagai mahasiswa terbaik di kelasnya. Ia meneruskan pelajarannya di Ateneo Municipal untuk meraih ijazah dalah bidang pengukuran dan pemetaan tanah dan pada masa yang sama, belajar di [[Universitas Santo Tomas]] dalam bidang sastra dan filsafat. Ketika ia mengetahui bahwa ibunya akan menjadi buta, ia berencana untuk mengambil bidang kedokteran ([[Oftalmologi|mata]]) di Universitas Santo Tomas tetapi tidak menamatkan kuliahnya karena merasa orang Filipina didiskriminasi oleh [[Ordo Dominikan|paderi-paderi Dominikan]] yang mengurus universitas tersebut.
Tanpa sepengetahuan dan persetujuan keluarganya,
== Karya ==
Baris 54:
* Hak yang sama di hadapan undang-undang (untuk orang Filipina maupun Spanyol yang mengadu ke pengadilan)
Pemerintah kolonial di Filipina tidak menyukai pembaruan-pembaruan ini, meskipun misalnya usul-usul itu didukung secara terbuka oleh para intelektual Spanyol seperti Morayta, Unamuno, Pi y Margal dll. Sekembalinya ke [[Manila]] pada 1892, ia membentuk sebuah gerakan masyarakat yang dinamai [[La Liga Filipina]]. Liga ini menganjurkan pembaruan-pembaruan sosial yang moderat ini melaui cara-cara yang legal,
Sebagai seorang pembaru politik, ia setara dengan [[Mahatma Gandhi]], [[Rabindranath Tagore]], dan [[Sun Yat Sen]] sebagai perintis yang mengubah cara berpikir di benua Asia,
Begitu pula dikarenakan jiwa sosialnya yang tinggi tanpa memandang ras dan bangsa, maka pemerintahan Kota Medan, Indonesia, mengabadikan nama Jose Rizal menjadi salah satu nama jalan di Kota Medan.
Baris 63:
[[Berkas:Rizal execution.jpg|jmpl|250px|kiri|Hukuman mati Rizal]]
Rizal dianggap terlibat dalam kegiatan-kegiatan pemberontakan yang sedang berkembang dan pada Juli 1892 ia dibuang ke [[Dapitan]] di provinsi Zamboanga (Mindanao). Di sana ia mendirikan sebuah sekolah dan rumah sakit. Selain itu ia merancang sebuah sistem saluran air untuk rakyat. Ia bertemu dan berpacaran dengan anak tiri dari seorang pasien, seorang perempuan Irlandia bernama [[Josephine Bracken]],
Pada 1896, pemberontakan yang dirancang oleh [[Katipunan]], sebuah perhimpunan rahasia nasionalis, berkembang menjadi suatu revolusi besar-besaran, sebagai sebuah pemberontakan nasionalis sejati dan menyebabkan diproklamasikannya republik pertama yang benar-benar demokratis di Asia. Rizal ditahan di tengah perjalanan, dipenjarakan di Barcelona, dan diajukan ke pengadilan. Ia dinyatakan terlibat dalam revolusi melalui hubungannya dengan para anggota Katipunan dan diadili di pengadilan militer dengan tuduhan [[pemberontakan]], [[pengkhianatan]], dan [[permufakatan]]. Selama dalam perjalanan, ia tidak dirantai dan mempunyai banyak kesempatan untuk melarikan diri,
Sementara hukumannya semakin mendekat, Rizal menulis puisinya yang terakhir, yang, meskipun tidak berjudul, akhirnya dikenal sebagai "''[[Mi Último Adiós]]''" (''Selamat Tinggalku yang Terakhir''). Puisi ini lebih tepat diberi judul, "Adios, Patria Adorada" (harafiah: "Selamat Tinggal, Tanah Air Tercinta"), dari logika dan tradisi sastranya: kata-kata yang muncul pada baris pertama puisi itu sendiri.
|