Kaum Quaker: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Perancis +Prancis)
Agungsn (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 20:
Untuk membayar utang kepada ayah Penn, Takhta Inggris menghibahkan kepada Penn tanah yang luas di Amerika Utara. Sebuah piagam kerajaan memberikan kepada Penn muda kekuasaan yang hampir tak terbatas atas koloni baru itu, yang disebut '''[[Pennsylvania]]''', artinya '''"Hutan Penn"''', untuk mengenang Laksamana Penn. Di sana, orang dengan berbagai kepercayaan bakal menikmati kebebasan beragama.
 
Mula-mula, Penn mengutus sepupunya, William Markham, ke Amerika untuk bertindak sebagai wakilnya guna memastikan keloyalan sejumlah penduduk Eropa di daerah koloni baru itu dan untuk membeli tanah dari Penduduk Asli Amerika. Pada tahun 1682, Penn bertolak menyusuri Sungai [[Delaware]] dan untuk pertama kalinya melihat koloninya. Ia membuat suatu kesepakatan yang adil dengan penduduk setempat di Shackamaxon (kini disebut Kensington, bagian dari [[Philadelphia]]). Kemudian, sekitar satu kilometer dari Shackamaxon, ia merencanakan dan menamai sebuah pemukiman baru, yang ia sebut '''Philadelphia''', artinya '''"Kasih Persaudaraan"*'''. Permukiman ini berkembang pesat.
 
Penn kembali ke Inggris dan mengiklankan koloni baru itu untuk menganjurkan orang-orang pindah ke sana. Ia melukiskan sebagai tanah yang bagus dan berhutan, dengan sungai yang menawan, serta binatang liar, juga bulu binatang. Ia berjanji bahwa pemerintahan baru ini akan menggalang toleransi agama dan orang akan hidup berdampingan dengan damai. Siapa pun diterima—saudagar, orang miskin, dan orang-orang idealis yang bersemangat membantu terwujudnya pemerintahan yang baik.
 
Harapan untuk terbebas dari ketegangan sosial dan politik di Eropa memikat kaum Quaker di Inggris dan Irlandia Utara. Demikian pula dengan kaum Menno dan kelompok sejenis dari daerah Rhine di Eropa. Sebagian besar pemukim pertama adalah kaum Quaker, dan Penn membuat pernyataan tentang mulainya masa depan yang menjanjikan bagi koloni itu. Pada tahun 1683, ia menulis, "Dua musyawarah umum telah diadakan, ... dan setidaknya tujuh puluh undang-undang telah disahkan tanpa satupun keberatan". Akan tetapi, semua optimisme itu ternyata tidak bertahan lama.