Para pendukung Syekh Siti Jenar menegaskan bahwa ia tidak pernah menyebut dirinya sebagai [[Tuhan]]. Ajaran ini bukan dianggap sebagai bercampurnya Dzat Tuhan dengan makhluk-Nya, melainkan bahwasifat-sifat SangTuhan Penciptayang adalahmemancar tempatpada kembalimanusia semuaketika makhlukmanusia dansudah denganmelakukan kembaliproses kepada''fana''' Tuhannya,(hancurnya sifat-sifat buruk pada manusia) telah<ref>Kementerian bersatuAgama. dengan2015. TuhannyaBuku Akidah Akhlak Kelas XI.{{fact}} Jakarta:Kementerian Agama</ref>
Dengan demikian ruh manusia akan menyatu dengan ruhsifat-sifat Tuhan dikala penyembahanmanusia terhadapsudah Tuhanmelakukan proses ''fana''' terjadi (''Manunggaling Kawula Gusti''). Perbedaan penafsiran ayat Al-Qur’an ini yang menimbulkan polemik, yaitu bahwa di dalam tubuh manusia bersemayam ruh Tuhan.▼
Dalam ajaran Syeh Siti Jenar, ''Manunggaling Kawula Gusti'' bermakna bahwa di dalam diri manusia terdapat [[roh]] yang berasal dari roh Tuhan sesuai dengan ayat [[Al-Quran]] yang menerangkan tentang penciptaan manusia:<ref>[http://books.google.com.my/books?id=pM-iNQAACAAJ&dq=Syekh+Siti+Jenar&hl=en&ei=ypy8TbP6AYKGrAeR0IDzBQ&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=2&ved=0CC8Q6AEwAQ Syekh Siti Jenar: Asal mula paham manunggaling kawula gusti: Pergumulan tasawwuf Jawa, buku pelengkap Kisah Walisongo, MB. Rahimsyah AR]</ref>
{{quote|''Ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh(ciptaan)-Ku, maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya."'' <sup>''Q.S. Shaad: 71-72''</sup>}}
▲Dengan demikian ruh manusia akan menyatu dengan ruh Tuhan dikala penyembahan terhadap Tuhan terjadi (''Manunggaling Kawula Gusti''). Perbedaan penafsiran ayat Al-Qur’an ini yang menimbulkan polemik, yaitu bahwa di dalam tubuh manusia bersemayam ruh Tuhan