Telaga Ngebel: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Gilang Bayu Rakasiwi (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 10:
Sang bocah kemudian menancapkan lidi di tanah<ref name="ngebel" />, versi yang lainnya menyebutkan bahwa yang ditancapkan adalah centong nasi.<ref name="ngebel1">[http://books.google.co.id/books?id=wPMv0sItutAC&pg=PA24&lpg=PA24&dq=Sejarah+Telaga+Ngebel&source=bl&ots=EbK_GYj9ur&sig=Vc-RPgM_G8RomWCMtGqrSSAcqEE&hl=id&ei=NmU7TurkLIuqrAfjyeT4Dw&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ved=0CBMQ6AEwADgo#v=onepage&q&f=false Cerita rakyat dari Jawa Timur, Volume 2 halaman 17-24], Dwianto Setyawan, Penerbit:PT. Grasindo, Jakarta</ref>. Namun tidak ada yang berhasil mencabutnya. Bocah ajaib itulah yang berhasil mencabutnya. Dari lubang bekas ditancapkannya lidi atau centong tersebut keluarlah air yang kemudian menjadi mata air yang menggenang hingga membentuk sebuah Telaga. Oleh penduduk desa sekitarnya, telaga tersebut diberi nama telaga Ngebel, artinya telaga yang mengeluarkan bau menyengat.<ref name="ngebel1" />
 
Legenda Telaga Ngebel ini konon terkait erat dan memiliki peran penting dalam sejarah Kabupaten Ponorogo. Konon salah seorang pendiri Kabupaten ini yakni [[Bathara Katong|Batoro Katong]]. Sebelum melakukan syiar Islam di Kabupaten Ponorogo, Batoro menyucikan diri terlebih dahulu di mata air, yang ada di dekat Telaga Ngebel yang kini dikenal sebagai Kucur Batoro.<ref name=mila"ngebel" anandhita/>
 
== Catatan kaki ==