Walima: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 13:
Selain walima ada juga yang disebut dengan toyopo, yaitu anyaman daun kelapa muda yang diisi nasi kuning, kue, dan telur rebus, yang juga menjadi sajian wajib dalam tradisi ini. Warga secara sukarela membuat kue dan toyopo untuk diantar ke masjid. Bedanya dengan walima, toyopo hanya diberikan kepada warga yang ikut serta berzikir di masjid sementara kue walima dapat dibagi-bagikan kepada siapa saja.
Karena itu, walima juga menjadi salah satu daya tarik wisata religi di provinsi Gorontalo. Pemerintah provinsi juga mulai memfasilitasi kegiatan ini mulai dari awal hingga akhir penyelenggaraannya meskipun belum seluruh daerah. Penyelenggaraan juga tidak melulu hanya sekedar arak-arakan, di halaman masjid terkadang disajikan pertunjukan seni lain seperti tari-tarian khas daerah sebelum arak-arakan tiba di masjid yang dituju. pelaksanaan Festival Walima sudah masuk dalam kegiatan tahunan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo. Salah satu desa yang memiliki perayaan walima yang khas adalah desa Bubohu. Di desa tersebut, Walima merupakan hasil kerja sama antara masyarakat, yayasan pengelola terpilih, dan pemerintah daerah Kabupaten Gorontalo. Di Bubohu ada keunikan dalam kegiatan perayaan walima nya, yaitu seluruh rumah-rumah di desa Bubohu melaksanakan ''open house''. Pengunjung dari luar Gorontalo bisa datang ke rumah penduduk sekitar dan nantinya akan dijamu oleh penduduk usai pembacaan doa yang digelar di masjid At Taqwa di Desa Bubohu, Bongo.<ref>[https://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/travelling/16/01/03/o0dr9v384-ribuan-warga-padati-festival-walima-gorontalo Republika: Ribuan Warga Padati Festival Walima Gorontalo]. 3 Januari 2016. Diakses 13 Maret 2019.</ref>
== Referensi ==
|