Tenggelamnya Kapal Van der Wijck: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
OrophinBot (bicara | kontrib) |
Agathavidya (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 25:
'''''Tenggelamnja Kapal Van der Wijck''''' ([[Ejaan Yang Disempurnakan|EYD]]: ''Tenggelamnya Kapal Van der Wijck'') adalah sebuah novel yang ditulis oleh [[Haji Abdul Malik Karim Amrullah]] atau lebih dikenal dengan nama Hamka. Novel ini mengisahkan persoalan [[Adat Minangkabau|adat yang berlaku di Minangkabau]] dan perbedaan latar belakang sosial yang menghalangi hubungan cinta sepasang kekasih hingga berakhir dengan kematian.
Novel ini pertama kali ditulis oleh Hamka sebagai cerita bersambung dalam sebuah majalah yang dipimpinnya, ''Pedoman Masyarakat'' pada tahun 1938. Dalam novel ini, Hamka mengkritik beberapa tradisi yang dilakukan oleh masyarakat pada saat itu terutama mengenai kawin paksa. Kritikus sastra Indonesia, [[Bakri Siregar]] menyebut ''Van der Wijck'' sebagai karya terbaik Hamka, meskipun pada tahun 1962 novel ini dituding sebagai plagiasi dari karya [[Jean-Baptiste Alphonse Karr]] berjudul ''Sous les Tilleuls'' (1832).
Diterbitkan sebagai novel pada tahun 1939, ''Tenggelamnya Kapal Van der Wijck'' terus mengalami
== Latar belakang ==
Baris 40:
Setelah Zainuddin dan Hayati sama-sama mulai jatuh cinta, Zainuddin memutuskan pindah ke [[Padang Panjang]] karena mamak Hayati memintanya untuk keluar dari Batipuh. Sebelum berpisah, Hayati sempat berjanji kepada Zainuddin untuk selalu setia. Sewaktu Hayati berkunjung ke Padang Panjang karena hendak menjumpai Zainuddin, Hayati sempat menginap di rumah sahabatnya, Khadijah. Namun, sekembali dari Padang Panjang, Hayati dihadapkan oleh permintaan keluarganya yang telah sepakat untuk menerima pinangan Azis, kakak Khadijah; Aziz, yang murni keturunan Minang dan berasal dari keluarga terpandang, lebih disukai keluarga Hayati daripada Zainuddin. Meskipun masih mencintai Zainuddin, Hayati akhirnya terpaksa menerima dinikahkan dengan Aziz.
Mengetahui Hayati telah menikah dan mengkhianati janjinya, Zainuddin yang sempat berputus asa pergi ke [[Jawa]] bersama temannya, Muluk, tinggal pertama kali di [[Batavia]] sebelum akhirnya pindah ke [[Surabaya]]. Di perantauan, Zainuddin menjadi penulis yang terkenal. Pada saat yang sama, Aziz juga pindah ke Surabaya bersama Hayati karena alasan pekerjaan, tetapi rumah tangga mereka akhirnya menjadi berantakan. Setelah Aziz dipecat, mereka menumpang ke rumah Zainuddin, tetapi Aziz lalu bunuh diri dan dalam sepucuk surat ia berpesan agar Zainuddin menjaga Hayati. Namun, Zainuddin tidak memaafkan kesalahan Hayati. Hayati akhirnya disuruh pulang ke Batipuh dengan menaiki kapal ''Van der Wijck''. Di tengah-tengah perjalanan, kapal yang dinaiki Hayati tenggelam, dan setelah Zainuddin mendengar berita itu ia langsung menuju sebuah rumah sakit di [[Tuban]]. Sebelum kapal tenggelam, Muluk yang menyesali sikap Zainuddin memberi tahu Zainuddin bahwa Hayati sebetulnya masih mencintainya. Namun,
== Tema ==
|