Ali Ar-Ramitani: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika |
k Menghilangkan spasi sebelum tanda koma dan tanda titik dua |
||
Baris 89:
2. Khwāja Ibrāhīm. merupakan salah satu wakil/badal dari ayahya Khwāja Azīzān. Meninggal dunia pada tahun 793 H (1391 M).
Anak lelaki yang lebih muda Khwāja Ibrāhīm menulis sebuah kitab yang menceritakan tentang ayahnya dan guru-gurunya.
diantara para wakilnya (deputies/badal), yang tertulis dalam kitab Rashahāt
1. Khwāja Muhammad Khurd q.s, anak tertua
2. Khwāja Ibrāhīm q.s, anak laki kedua
Baris 107:
Mawlana Sayfuddin Fidda, seorang ulama besar dimasanya, bertanya kepadanya, “Kenapa kau bersuara saat berdzikir?” Sheikh Ali q.s menjawab:
“Wahai saudaraku, ulama Muslim berabad-abad, dari masa Tabi’in (generasi setelah para Sahabat) sampai sekarang, telah mengijinkan zikir bersuara di saat-saat terakhir hidup mereka. Saat itu, mereka yang berdekatan dengan yang akan wafat mendorongnya untuk mengulang pernyataan kepercayaan. Nabi bersabda, laqqina mawtakum shahadatan LAA ILAHA ILLALLAH (“biarkan yang akan meninggal mengucap
Ia diminta Shaikh Mawlana Badruddin al-Midani, yaitu seorang ulama besar dimasanya, “Allah telah memerintahkan kita didalam Qur’an untuk sering berzhikr lewat sabdaNya, “Seringlah Mengingat Allah” [34:41]. Apakah zkir tersebut lewat lidah atau hati?” Shaikh Ali Ramitani q.s menjawab:
Baris 116:
“Seandainya di bumi ada salah satu pengikut Abdul Khaliq al-Ghujdawani di masa Hallaj, maka Hallaj tidak akan disalib.” Hal ini berarti akan ada orang yang mampu membelanya dari tuduhan orang yang sombong.
Shaikh Fakhruddin an-Nuri, seorang ulama terkenal di massanya
Kenapa mereka bertanya, ‘Bukankah Aku Tuhanmu? Sedangkan di Hari Perhitungan mereka tidak akan menjawab?” DijawabNya, Sheikh Ali Ramitani q.s menunjukkan pemahaman yang dalam akan Al Qur’an dan Hadits Suci yang dimiliki oleh Para Guru Naqshbandi. Ia berkata:
|