Anindya Bakrie: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
→Rangkuman: typo |
k Bot: Perubahan kosmetika |
||
Baris 50:
Anindya mengenyam Pendidikan dasar di [[Sekolah Dasar Triguna]], lulus pada tahun 1986 sebelum melanjutkan Pendidikan menengah di sekolah Katolik khusus pria, [[Pangudi Luhur]], yang keduanya berlokasi di [[Jakarta]].<ref>{{Cite web|url=https://www.viva.co.id/siapa/read/305-anindya-n-bakrie|title=Profil Anindya N Bakrie - VIVA|last=VIVA|first=PT VIVA MEDIA BARU-|date=2017-02-10|website=www.viva.co.id|language=id|access-date=2019-03-24}}</ref> Ia kemudian belajar di [[Phillips Academy]] di [[Andover, Massachusetts]], sebuah sekolah menengah atas di [[United States]].
Dilatarbelakangi oleh ketertarikan di bidang [[keuangan]] dan [[teknologi]], serta keinginan mengikuti jejak bisnis Ayah serta Kakeknya, Anindya pada awalnya hendak mengambil [[Ekonomi]] sebagai jurusan utama di bangku perkuliahan.<ref name="auto2">{{cite web|url=https://finance.detik.com/wawancara-khusus/d-2068756/anindya-bakrie-saya-spesialis-perusahaan-susah-|title=Anindya Bakrie: Saya Spesialis Perusahaan Susah|last1=Finance|first1=Detik|website=Detik Finance|publisher=Detik|accessdate=19 March 2019}}</ref> Namun kemudian, Anindya meraih gelar sarjana di bidang [[Teknik Industri]] dari [[Northwestern University]], [[Illinois]], pada tahun 1996.<ref>{{Cite web|url=https://www.weforum.org/people/anindya-novyan-bakrie/|title=Anindya Novyan Bakrie|website=World Economic Forum|access-date=2019-03-24}}</ref> Ia percaya bahwa [[Teknik industri]] adalah jurusan yang dapat mengakomodasi ketertarikannya di bidang ekonomi serta kebutuhannya untuk memahami pola bisnis Bakrie & Brothers yang berporos pada bisnis industri.
Ia kemudian mendapatkan gelar Master dari [[Global Management Immersion Experience]] (GMIX) program di [[Stanford Graduate School of Business]] pada tahun 2001<ref>{{Cite web|url=https://www.weforum.org/people/anindya-novyan-bakrie/|title=Anindya Novyan Bakrie|website=World Economic Forum|access-date=2019-03-24}}</ref>. Anindya adalah mahasiswa ke-3 dari seluruh mahasiswa Indonesia yang berhasil lulus dari program tersebut. Ia kemudian berusaha menjembatani mahasiswa untuk dapat mengenyam Pendidikan di [[Stanford Business School]] melalui [[Bakrie Center Foundation]].<ref>{{cite web|url=https://www.viva.co.id/berita/nasional/601636-bakrie-center-foundation-sediakan-120-beasiswa-pasca-sarjana|title=Bakrie Center Foundation Sediakan 120 Beasiswa Pasca Sarjana|last1=Setiawan|first1=Aries|website=Viva.com|publisher=Viva|accessdate=19 March 2019}}</ref>
Baris 67:
Anindya juga terlibat sebagai [[Patronage]] dari [[Bakrie University]] sejak tahun 2009, dan sebagai [[Ketua]] dari [[Bakrie for the Nation Foundation]] ([[Bakrie Untuk Negeri]]) sejak tahun 2007.<ref>{{cite web|url=http://untuknegeri.org/struktur-organisasi/|title=Struktur Organisasi|last1=Negeri|first1=Untuk|website=Untuk Negeri|accessdate=18 March 2019}}</ref>
== Karier ==
Anindya menjabat sebagai Presiden Komisaris dari Bakrie Group dan CEO dari '''Bakrie Global''', sebuah perusahaan investasi yang memiliki saham utama dari beberapa perusahaan media seperti [[Visi Media Asia|VIVA]], [[TvOne (Indonesia)|tvOne]] dan [[ANTV]].<ref>{{cite news|url=http://www.bakrieglobal.com/who-we-are/leadership|title=Leadership of Bakrie Global|accessdate=28 December 2018}}</ref>
Pada akhir tahun 2015, Anindya ditunjuk sebagai Wakil Ketua Organisasi dari Kamar Dagang dan Industri Republik Indonesia, bertanggung jawab atas Organisasi, Keanggotaan, dan Pemberdayaan. Anindya merupakan anggota aktif APEC Business Advisory Council dan kemudian ditunjuk sebagai Ketua dari ABAC Indonesia.<ref>{{cite news|url=https://www.keidanren.or.jp/abac/report/docs/en/20101014a.pdf|title=APEC Business Advisory Council|accessdate=11 March 2019}}</ref>
Baris 89:
Keterlibatan pertama Anindya di bident media adalah mengembalikan Cakrawala Andalas Televisi (ANTV), yang baru saja gagal melakukan pembayaran hutang senilai $ 128 juta. Pada tahun 2002, Anindya mengirim proposal restrukturisasi ke lebih dari 200 kreditor dan membujuk mereka untuk merestrukturisasi utang mereka menjadi ekuitas. Hutang dipotong menjadi nol, meskipun itu berarti memotong saham Bakrie dari 60% menjadi 21%. Anindya juga membuat penyesuaian konten, mengubah campuran dari pemrograman umum yang individual menjadi berfokus pada acara ramah keluarga seperti acara kuis, pertunjukan anak-anak dan pertandingan sepak bola.<ref>{{cite web|url=https://www.forbes.com/sites/forbesasia/2012/07/24/next-tycoons-anindya-bakrie-assembles-a-media-powerhouse-in-indonesia/#117e085d21e2|title=Next Tycoons: Anindya Bakrie Assembles a Media Powerhouse In Indonesia|last1=Shmavonian|first1=Karl|website=Forbes|publisher=Forbes Asia}}</ref> Pada 2005 Anindya membujuk mogul media Rupert Murdoch untuk membeli 20% dari ANTV seharga $ 20 juta. Dari peringkat ke-8 di tahun 2012, ANTV sekarang berada di peringkat # 1 di dunia hiburan.<ref>{{cite web|url=https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/06/26/tingkat-kepemirsaan-stasiun-televisi-siapa-unggul/|title=Tingkat Kepemirsaan Stasiun Televisi, Siapa Unggul? Artikel ini telah tayang di Katadata.co.id dengan judul ["Tingkat Kepemirsaan Stasiun Televisi, Siapa Unggul?"]|last1=Boks|first1=Data|website=KataData|publisher=KataData|accessdate=19 March 2019}}</ref>
Pada 2007, ia membeli stasiun TV kedua, Lativi Media Karya, dari pebisnis dan mantan menteri Ketenagakerjaan, Abdul Latief. Stasiun ini berganti nama menjadi TV One dan direkonstruksi untuk fokus pada berita untuk pemirsa kelas menengah. Bersama-sama, ANTV dan TV One menguasai sekitar 15,6% dari pengeluaran iklan TV di Indonesia. Pada 2011, Anindya bekerja sama dengan pengusaha Erick Thohir, untuk mengambil kedua stasiun TV tersebut, ditambah portal berita online Vivanews. Di Visi Media Asia — atau grup Viva — Anindya adalah ketua dan Erick Thohir adalah presiden direktur.<ref>{{cite web|url=https://www.forbes.com/sites/forbesasia/2012/07/24/next-tycoons-anindya-bakrie-assembles-a-media-powerhouse-in-indonesia/#117e085d21e2|title=Next Tycoons: Anindya Bakrie Assembles a Media Powerhouse In Indonesia|last1=Shmavonian|first1=Karl|website=Forbes|accessdate=19 March 2019}}</ref>
==== Teknologi ====
|