Sulaman Koto Gadang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rahmatdenas (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
Rahmatdenas (bicara | kontrib) |
||
Baris 36:
Motif-motif yang dibuat umumnya motif flora seperti bunga matahari, bunga mawar, bunga melati, dan sebagainya.{{sfn|Ernatip|2012|pp=107}} Selain motif-motif fauna, terdapat motif yang berasal dari fauna yang telah digubah atau distilirisasi, seperti burung dan sejenisnya, tetapi cenderung tidak digunakan saat sekarang.{{sfn|Ernatip|2012|pp=107}} Sebagaimana kerajinan Minangkabau pada umumnya, bentuk motif makhluk hidup tidak digambar secara utuh. Hal ini berkaitan dengan keyakinan masyarakat Minangkabau terhadap ketentuan agama Islam, yakni dianggap berdosa apabila menggambar makhluk hidup.{{sfn|Ranelis|Washinton|2016|pp=24}}
Setelah rancangan pola selesai, tahap berikutnya yakni meminahkan pola ke kain dengan [[kertas karbon]] berwarna mengikuti warna kain. Kertas karbon diletakkan di antara pola dan kain.{{sfn|Sri Mindayani|2017|pp=18}} Di sekeliling pola yang sudah diletakan di atas kain, dipasangi jarum pentul kain agar posisi pola terhadap kain maupun karbon tidak bergesar saat dilakukan penindisan. Penindisan dilakukan dengan menggunakan alat rader. Jika kain yang digunakan berbahan tipis dan berwama terang, pola dapat dijiplak langsung di atas kain dengan menempelkan pola ke kain menggunakan jarum pentul.{{sfn|Ernatip|2012|pp=109}}{{sfn|Ernatip|2012|pp=110}}{{sfn|Ernatip|2012|pp=111}}
Sebelum memasang kain pada ''pamedangan'', sekeliling kain bahan disambungkan dengan kain perca.{{sfn|Ernatip|2012|pp=111}} Kain perca dilipat dan pertemuan lipatan tersebut disambungkan ke kain bahan yang telah digambar pola sehingga membentuk sebuah rongga. Bagian rongga kain perca berfungsi untuk memasukkan kayu atau bilah bambu sehingga kain bahan dapat diregangkan.{{sfn|Sri Mindayani|2017|pp=18}} Tepi kain perca diikat ke kerangka ''pamedangan'' dengan tali atau kain pengikat. Ketika mengikat, kayu atau bilah bambu di tepi kain diregang sekuat-kuatnya agar kain bahan terentang rapi sehingga memudahkan ketika menyulam. Jarak satu tali ke tali yang lain sekitar 30 cm. Tali pengikat diikat mati agar tidak mudah lepas saat menyulam.{{sfn|Ernatip|2012|pp=95}}
|