Suwardi M. S.: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 13:
Untuk diketahui, SGB kepanjangan dari Sekolah Guru B. Sekolah model ini didirikan untuk menanggulangi kekurangan guru pada tingkat pendidikan rendah (dasar) di masa-masa awal Kemerdekaan Indonesia. Masa belajar SGB adalah selama empat tahun<ref>{{Cite book|title=Perkembangan Sekolah Guru B (Sgb) Di Sumedang Tahun 1950-1961|last=Badinah|first=Ayu Nenden Masden|publisher=Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta|year=2017|isbn=|location=Yogyakarta|page=|url=https://eprints.uny.ac.id/52990/2/TAS%20Halaman%20Depan%2013407144008.pdf}}</ref>. Lagi-lagi Suwardi menunjukkan prestasi yang baik. Dia mampu menyelesaikan SGB dengan cepat, hanya dalam tempo tiga tahun saja<ref name=":0" />.
 
Pada tahun 1960 Suwardi kemudian diterima dan bersekolah di sebuah SGA milik pemerintah di [[Kota Tanjungpinang|Tanjung Pinang]]<ref name=":1" />. Sebagai pelajar berstatus ikatan dinas, dia mendapatkan honor sebesar $ 105.- per bulan. Tidak ada kendala yang berarti, Suwardi pun dinyatakan lulus pada Bulan Juni 1960. Kala itu dia berusia 21 tahun. Setelah menikah, Suwardi langsung berangkat ke [[Kota Bandung|Bandung]] untuk melanjutkan pendidikannya di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Padjajaran Bandung (FKIP [[Universitas Padjadjaran|Unpad]]). Di FKIP Unpad Suwardi mendapatkan gelar Sarjana Muda (BA) pada tanggal 20 September 1963<ref name=":0" />.
 
Pada bulan Oktober 1964 Suwardi melanjutkan kuliahnya untuk mendapatkan gelar sarjana penuh di IKIP Bandung dan lulus pada tahun 1966<ref name=":2" />. Setelah mendapatkan sarjana penuh, pada tahun 1975 (selama setahun) Suwardi berkesempatan melanjutkan studinya ke [[Australia]] di [[Universitas Macquarie|Macquarie University]], [[Sydney]]. Bidang studi yang diambil adalah ''Educational Planning''. Lalu beberapa tahun berikutnya (1980-1985) Suwardi meraih gelar ''Master Trainer Moral Education'' [[Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa|Progam UNDP]] II dan Dirjen Dikti [[Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia|Depdikbud]]. Tiga tahun berselang, tepatnya pada tanggal 18 Juni, Suwardi dinobatkan sebagai Guru Besar. Yang menjadi spesial buatnya adalah Surat Keputusannya kala itu ditandatangani langsung oleh Presiden Indonesia ke-2, Soeharto.
 
== Sumbangan Pemikiran ==
Baris 22:
Hasil penelitian yang dilakukan bersama-sama dengan dua orang rekannya (Drs. Nur Muhammad dan Drs. Said Mahmud) lalu diajukan kepada [[Universitas Riau]] (UNRI). Oleh pihak universitas disepakati untuk dibahas dalam suatu panel diskusi pada tahun 1970. Hasil penelitian tersebut disusun drafnya sebagai Sejarah Riau (''Summary of Riau History''). Pada tahun 1971 Suwardi dkk memaparkan penelitian tersebut dalam Konferensi Asosiasi Sejarawan Asia (International Asian Historian Association, disingkat IAHA) di [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]]. Beberapa tahun kemudian, penelitian dicetak dalam empat buku yang diterbitkan pertama kali oleh Pemerintah Provinsi Riau pada tahun 1977<ref name=":0" />.
 
Suwardi memang getol menuangkan pemikirannya terkait kebudayaan Melayu Riau lewat tulisan-tulisan. Beberapa bukunya adalah "Budaya Melayu Dalam Perjalanannya Menuju Masa Depan (1991)", "Pengobatan Melayu (1992)", "Dari Melayu Ke Indonesia dan Peranan Kebudayaan Melayu dalam Memperkokoh Identitas dan Jati Diri Bangsa (2008)"<ref>{{Cite web|url=http://worldcat.org/identities/lccn-n85156434/|title=Suwardi M. S. (Suwardi Mohammad Samin)|last=|first=|date=|website=worldcat|access-date=5 April 2019}}</ref>. Bukunya yang terkini terbit pada tahun 2018 berjudul "Memperkasakan Budaya Melayu: Kearifan Lokal, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi dalam Kajian Sejarah Riau dan Indonesia". Buku ini terbit dikala beliau sudah berusia 79 tahun<ref>{{Cite web|url=https://www.goriau.com/berita/baca/prof-suwardi-luncurkan-memperkasakan-budaya-melayu-di-usia-79-tahun.html|title=Prof Suwardi Luncurkan "Memperkasakan Budaya Melayu"|last=|first=|date=29 Agustus 2018|website=GoRiau|access-date=5 April 2019}}</ref>. Tema buku tersebut sebelumnya sudah ia bawakan dalam orasinya pada tahun 2013 ketika dianugrahi penghargaan sebagai Seniman dan Budayawan oleh Yayasan Sagang Riau. Topik orasinya adalah “Memperkasakan Kebudayaan Melayu Sebagai Ilmu pengetahuan Baharu”<ref name=":0" />.
 
== Referensi ==