Perjalanan Nabi Muhammad SAW. ke [[Ta'if|Tai'f]] dilakukan untuk mengembangkan dakwah Islam yang terhambat di kota [[Mekkah]]. Perjalanan itu dilakukan setelah kedua pendukung utamanya meninggal.
== Sejarah sebelumnya ==
Baris 7:
Meninggalnya Siti Khadijah kemudian disusul dengan meninggalnya paman Nabi Muhammad SAW. yang bernama [[Abu Thalib]]. Sang paman yang selama ini sangat melindunginya dari segala siksaan orang-orang Quraisy pergi pada tahun 620 Masehi<ref name=":0" />. Di dalam sejarah Islam, masa ini disebut dengan [[Tahun Kesedihan|tahun-tahun kesedihan]].
Setelah keduanya meninggal maka orang-orang Quraisy mulai merasa bebas untuk mengganggu dakwah Nabi Muhammad SAW. sehingga akhirnya Nabi Muhammad SAW. mulai berfikir untuk mencari tempat berdakwah yang baru yaitu [[Ta'if|Tai'f]].
== Dakwah di Tai'f ==
Perjalanan ke [[Ta'if|Tai'f]] ditempuh bersama dengan salah satu sahabatnya yang bernama Zaid bin Haritsah. Dari perjalanan ini, Nabi Muhammad SAW. berharap bani Tsaqif akan menerima Islam sebagai agama mereka.
Setibanya di [[Ta'if|Tai'f]], mereka diterima oleh tiga bersaudara pemimpin dan bangsawan Thaif yaitu: Abdu Yalil bin Amr bin Umair, Mas’ud bin Amr bin Umair, dan Habib bin Amr bin Umair<ref name=":1">{{Cite web|url=https://tarbawiyah.com/2018/05/16/dakwah-ke-thaif/|title=Dakwah ke Thaif|last=Tarbawiyah|date=2018-05-16|website=Risalah Tarbawiyah|language=en|access-date=2019-03-21}}</ref>. Setelah Nabi Muhammad SAW. menyampaikan maksud dan tujuannya ke [[Ta'if|Tai'f]], ketiganya langsung menolak dengan tegas. Bahkan mereka mengerahkan budak-budak dan anak-anak kecil untuk mengusir dan melempari batu kepada Nabi Muhammad SAW. dan Zaid bin Haritsah. Akibat lemparan batu tersebut maka kaki Nabi Muhammad SAW. terluka parah sedangkan Zaid bin Haritsah yang mencoba melindungi Nabi Muhammad SAW. mengalami banyak luka di tubuhnya.
Setelah berlari beberapa saat, keduanya tiba di sebuah kebun kurma yang dimiliki oleh Utbah dan Syaibah bin Rabi’ah<ref name=":1" />. Di kebun tersebut, keduanya duduk di bawah sebatang pohon kurma hingga orang-orang yang melemparinya kembali ke [[Ta'if|Tai'f]]. Ketika sedang berteduh inilah, Nabi Muhammad SAW. berdoa:<blockquote>“Ya Allah kepadamu kuadukan lemahnya kekuatanku, dan sedikitnya kesanggupanku, kerendahan diriku berhadapan dengan manusia, wahai Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang! Engkau adalah Pelindung orang-orang yang lemah dan Engkau juga Pelindungku, kepada siapakah diriku hendak Engkau serahkan? Kepada orang jauh yang berwajah suram terhadapku? Ataukah kepada musuh yang akan menguasai urusanku? Asalkan Engkau tidak murka kepadaku, semuanya itu tak kuhiraukan, karena sungguh besar nikmat yang telah Engkau limpahkan kepadaku.</blockquote><blockquote>Aku berlindung pada sinar wajah-Mu, yang menerangi kegelapan dan mendatangkan kebaikan di dunia dan akhirat, dari murka-Mu yang hendak Engkau tumpahkan kepadaku. Hanya Engkaulah yang berhak menegur dan mempersalahkan diriku hingga Engkau Ridha (kepadaku), dan tiada daya dan kekuatan apa pun selain atas perkenan-Mu.” (HR. At-Thabrani / Lihat: Sirah Ibnu Hisyam 1/420).<ref name=":1" /></blockquote>Kedua pemilik kebun yang meilhat kondisi Nabi Muhammad SAW. dan Zaid bin Haritsah kemudian mengirimkan seorang budaknya yang bernama Adas untuk membawakan setangkai kurma kepada mereka.