Kabupaten Tangerang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Referensi: Sumber
Baris 36:
 
== Sejarah ==
Dalam riwayat diceritakan, bahwa saat [[Kesultanan Banten]] terdesak oleh [[Agresi Militer Belanda]] pada pertengahan abad ke-16, diutuslah tiga maulana yang berpangkat Tumenggung untuk mem­buat perkampungan pertahanan di wilayah yang berbatasan dengan Batavia. Ketiga Tumenggung itu adalah, Tumenggung Aria Yudhanegara, Aria Wangsakara, dan Aria Jaya Santika. Mereka segera mem­bangun basis pertahanan dan pemerintahan di wilayah yang kini dikenal sebagai kawasan [[Tigaraksa, Tangerang|Tigaraksa]].<ref name=sejarah>{{factcite web |url=https://tangerangkab.go.id/sejarah-3/ |title=Sejarah Kabupaten Tangerang |last1= |first1= |last2= |first2= |date= |website=Pemerintah Kabupaten Tangerang |publisher=Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten Tangerang |access-date=4 Maret 2016 |quote=}}</ref>
 
Jika merunut kepada legenda rakyat dapat disimpulkan bahwa cikal-bakal Kabupaten Tangerang adalah Tigaraksa. Nama Tigaraksa itu sendiri berarti Tiang Tiga atau Tilu Tanglu, sebuah pemberian nama sebagai wujud penghormatan kepada tiga Tumenggung yang menjadi tiga pimpinan ketika itu. Seorang putra Sultan Ageng Tirtayasa dari Kesultanan Banten membangun tugu prasasti di bagian Barat [[Sungai Cisadane]], saat ini diyakini berada di [[Gerendeng, Karawaci, Tangerang|Kampung Gerendeng]]. Waktu itu, tugu yang dibangun Pangeran Soegri dinamakan sebagai [[Tangerang]], yang dalam bahasa Sunda berarti tanda. Prasasti yang tertera di tugu tersebut ditulis dalam huruf Arab ”gundul” berbahasa Jawa kuno yang berbunyi ”Bismillah pget Ingkang Gusti/Diningsun juput parenah kala Sabtu/Ping Gangsal Sapar Tahun Wau/Rengsena perang netek Nangaran/Bungas wetan Cipamugas kilen Cidurian/Sakabeh Angraksa Sitingsun Parahyang”. Yang berarti ”Dengan nama Allah Yang Maha Kuasa/Dari Kami mengambil kesempatan pada hari [[Sabtu]]/Tanggal 5 Sapar Tahun Wau/Sesudah perang kita memancangkan tugu/untuk mempertahankan batas Timur Cipamungas ([[Sungai Cisadane|Cisadane]]) dan Barat Cidurian/Semua menjaga tanah kaum Parahyang. Sebutan ”Tangeran” yang berarti ”tanda” itu lama-kelamaan berubah sebutan menjadi Tangerang sebagaimana yang dikenal sekarang ini.
Baris 59:
* Atoeran tambahan Oendang-Oendang ini dimulai diberlakukan tanggal 27 boelan 12 tahoen Syouwa 18 (2603). Djakarta, tanggal 27 boelan 12 tahoen Syouwa 18 (2603). Djakarta Syuutyookan."
 
Sejalan dengan keluarnya surat keputusan tersebut, Atik Soeardi yang menjabat sebagai pembantu Wakil Kepala Gunseibu Jawa Barat, Raden Pandu Suradiningrat, diangkat menjadi [[Daftar Bupati Tangerang|Bupati Tangerang]] (1943-1944). Semasa Bupati Kabupaten Tangerang dijabat, H. Tadjus Sobirin ([[1983]]-[[1988]] dan [[1988]]-[[1993]]) bersama DPRD Kabupaten Tangerang pada masa itu, menetapkan hari jadi Kabupaten Tangerang tanggal [[27 Desember]] 1943 (Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 1984 tanggal [[25 Oktober]] [[1984]]). Seiring dengan pemekaran wilayah dengan terbentuknya pemerintah [[Kota Tangerang]] tanggal [[28 Februari]] [[1993]] berdasarkan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1993, maka pusat pemerintahan Kabupaten Tangerang pindah ke [[Tigaraksa, Tangerang|Tigaraksa]]. Pemindahan [[ibu kota]] ke Tigaraksa dinilai strategis, karena menggugah kembali cita-cita dan semangat para pendiri untuk mewujudkan sebuah tatanan kehidupan masyarakat yang bebas dari belenggu penjajahan (kemiskinan, kebodohan dan ketertinggalan) menuju masyarakat yang mandiri, maju dan sejahtera.<ref name=sejarah/>
 
== Geografi ==