Mohammad Hatta: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Pierrewee (bicara | kontrib)
Menolak perubahan teks terakhir (oleh 36.68.4.36) dan mengembalikan revisi 14980281 oleh Rayhan6726
Baris 62:
Bandar udara internasional Tangerang Banten, [[Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta|Bandar Udara Soekarno-Hatta]], menggunakan namanya sebagai penghormatan terhadap jasa-jasanya. Selain diabadikan di [[Indonesia]], nama Mohammad Hatta juga diabadikan di [[Belanda]] yaitu sebagai nama jalan di kawasan perumahan Zuiderpolder, [[Haarlem]] dengan nama ''Mohammed Hattastraat''.<ref>Postcode.nl: [http://www.postcode.nl/2033CJ/4 Mohammed Hattastraat 4, 2033CJ, Haarlem], diakses 20 Juni 2017</ref> Pada tahun 1980, ia meninggal dan dimakamkan di Tanah Kusir, [[Jakarta]]. Bung Hatta ditetapkan sebagai salah satu [[Pahlawan Nasional Indonesia]] pada tanggal 23 Oktober 1986 melalui Keppres nomor 081/TK/1986.<ref>[http://www.depsos.go.id/modules.php?name=Pahlawan&opsi=mulai-2 Daftar Nama Pahlawan Nasional Republik Indonesia]'', Departemen Sosial RI Online, [[Januari]] [[2010]]. Diakses 26 Agustus 2012.</ref>
 
== Kehidupan awal ==
Dr.(HC) Drs. H. Mohammad Hatta (lahir dengan nama Mohammad Athar, populer sebagai Bung Hatta; lahir di Fort de Kock (sekarang Bukittinggi, Sumatra Barat), Hindia Belanda, 12 Agustus 1902 – meninggal di Jakarta, 14 Maret 1980 pada umur 77 tahun) adalah tokoh pejuang, negarawan, ekonom, dan juga Wakil Presiden Indonesia yang pertama. Ia bersama Soekarno memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda sekaligus memproklamirkannya pada 17 Agustus 1945. Ia juga pernah menjabat sebagai Perdana Menteri dalam Kabinet Hatta I, Hatta II, dan RIS. Ia mundur dari jabatan wakil presiden pada tahun 1956, karena berselisih dengan Presiden Soekarno. Hatta juga dikenal sebagai Bapak Koperasi Indonesia.[1][2]
=== Latar belakang ===
[[Berkas:Mohammad Hatta Birth Place and Museum, Bukittinggi, West Sumatra 2017-02-13 01.jpg|250px|jmpl|Rumah Kelahiran Bung Hatta yang sekarang terletak di Jalan Sukarno-Hatta, Kota Bukittinggi]]
Mohammad Hatta lahir dari pasangan Muhammad Djamil dan Siti Saleha yang berasal dari [[Orang Minang|Minangkabau]]. Ayahnya merupakan seorang keturunan ulama tarekat di [[Batuhampar, Akabiluru, Lima Puluh Kota|Batuhampar]], dekat [[Payakumbuh]], [[Sumatra Barat]].{{sfn|Noer|2012|p=3}} Sedangkan ibunya berasal dari keluarga pedagang di [[Bukittinggi]]. Ia lahir dengan nama Muhammad Athar pada tanggal [[12 Agustus]] [[1902]]. Namanya, Athar berasal dari [[Bahasa Arab]], yang berarti "harum".{{sfn|Imran|1991|p=2}} Ia merupakan anak kedua, setelah Rafiah yang lahir pada tahun 1900. Sejak kecil, ia telah dididik dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang taat melaksanakan ajaran agama Islam. Kakeknya dari pihak ayah, Abdurahman Batuhampar dikenal sebagai ulama pendiri Surau Batuhampar, sedikit dari surau yang bertahan pasca [[Perang Padri]].{{Sfn|Imran|1991|p=1}} Sementara itu, ibunya berasal dari keturunan pedagang. Beberapa orang mamaknya adalah pengusaha besar di [[Jakarta]].
 
Ayahnya meninggal pada saat ia masih berumur tujuh bulan.{{Sfn|Imran|1991|p=2}} Setelah kematian ayahnya, ibunya menikah dengan Agus Haji Ning, seorang pedagang dari [[Palembang]],{{sfn|Noer|2012|p=4}} Haji Ning sering berhubungan dagang dengan Ilyas Bagindo Marah, kakeknya dari pihak ibu. Dari perkawinan Siti Saleha dengan Haji Ning, mereka dikaruniai empat orang anak, yang semuanya adalah perempuan.{{sfn|Imran|1991|p=2}}
Dr.(HC) Drs. H.
Mohammad Hatta
VP Hatta.jpg
Wakil Presiden Indonesia ke-1
Masa jabatan
18 Agustus 1945 – 1 Desember 1956
Presiden
Soekarno
Perdana Menteri
Daftar
Sutan Sjahrir
Amir Sjarifoeddin
Mohammad Hatta
Mohammad Natsir
Soekiman W
Wilopo
Ali Sastroamidjojo
Burhanuddin Harahap
Pendahulu
Tidak ada, jabatan baru
Pengganti
Sultan Hamengkubuwono IX
Perdana Menteri Indonesia ke-3
Masa jabatan
29 Januari 1948 – 5 September 1950
Presiden
Soekarno
Pendahulu
Amir Sjarifuddin
Pengganti
Susanto Tirtoprodjo
Mohammad Natsir
Menteri Pertahanan Indonesia
ad-interim
Masa jabatan
29 Januari 1948 – 15 Juli 1948
Presiden
Soekarno
Pendahulu
Amir Sjarifuddin
Pengganti
Sri Sultan Hamengkubuwono IX
Ketua Umum Palang Merah Indonesia ke-1
Masa jabatan
1945–1946
Pendahulu
Tidak Ada
Pengganti
Mas Sutardjo Kertohadikusumo
Informasi pribadi
Lahir
Muhammad Athar
12 Agustus 1902
Bendera Belanda Fort de Kock, Hindia Belanda
(Kota Bukittinggi, Sumatra Barat)
Meninggal dunia
14 Maret 1980 (umur 77)
Bendera Indonesia Jakarta, Indonesia
Kebangsaan
Indonesia
Partai politik
Non partai
Pasangan
Rahmi Rachim
Anak
Meutia Hatta
Gemala Hatta
Halida Hatta
Tanda tangan
 
=== Pendidikan dan pergaulan ===
Bandar udara internasional Tangerang Banten, Bandar Udara Soekarno-Hatta, menggunakan namanya sebagai penghormatan terhadap jasa-jasanya. Selain diabadikan di Indonesia, nama Mohammad Hatta juga diabadikan di Belanda yaitu sebagai nama jalan di kawasan perumahan Zuiderpolder, Haarlem dengan nama Mohammed Hattastraat.[3] Pada tahun 1980, ia meninggal dan dimakamkan di Tanah Kusir, Jakarta. Bung Hatta ditetapkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia pada tanggal 23 Oktober 1986 melalui Keppres nomor 081/TK/1986.[4]
Mohammad Hatta pertama kali mengenyam pendidikan formal di sekolah swasta.{{sfn|Imran|1991|p=4}} Setelah enam bulan, ia pindah ke sekolah rakyat dan sekelas dengan Rafiah, kakaknya. Namun, pelajarannya berhenti pada pertengahan semester kelas tiga.{{sfn|Imran|1991|pp=4-5}} Ia lalu pindah ke [[Europeesche Lagere School|ELS]] di Padang (kini [[SMA Negeri 1 Padang]]) sampai tahun 1913,{{sfn|Imran|1991|pp=4-5}} kemudian melanjutkan ke [[Meer Uitgebreid Lager Onderwijs|MULO]] sampai tahun 1917. Selain pengetahuan umum, ia telah ditempa ilmu-ilmu agama sejak kecil. Ia pernah belajar agama kepada [[Muhammad Jamil Jambek]], [[Abdullah Ahmad]], dan beberapa ulama lainnya.{{sfn|Noer|2012|p=5}} Selain keluarga, perdagangan memengaruhi perhatian Hatta terhadap perekonomian. Di Padang, ia mengenal pedagang-pedagang yang masuk anggota Serikat Usaha dan juga aktif dalam [[Jong Sumatranen Bond]] sebagai bendahara.{{sfn|Noer|2012|pp=8, 9}} Kegiatannya ini tetap dilanjutkannya ketika ia bersekolah di Prins Hendrik School. Mohammad Hatta tetap menjadi bendahara di [[Jakarta]].{{sfn|Noer|2012|p=9}}
 
Kakeknya bermaksud akan ke [[Mekkah]], dan pada kesempatan tersebut, ia dapat membawa Mohammad Hatta melanjutkan pelajaran di bidang [[agama]], yakni ke [[Mesir]] (Al-Azhar).{{sfn|Noer|2012|p=9-10}} Ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas [[surau]] di Batu Hampar yang memang sudah menurun semenjak ditinggalkan Syaikh Abdurrahman. Tapi, hal ini diprotes dan mengusulkan pamannya, Idris untuk menggantikannya.{{sfn|Noer|2012|p=9-10}} Menurut catatan Amrin Imran, Pak Gaeknya kecewa dan Syekh Arsyad pada akhirnya menyerahkan kepada Tuhan.{{sfn|Imran|1991|p=7}}
 
=== Keluarga ===
Pada 18 November 1945, Hatta menikah dengan Rahmi Hatta dan tiga hari setelah menikah, mereka bertempat tinggal di Yogyakarta. Kemudian, dikarunai 3 anak perempuan yang bernama [[Meutia Hatta|Meutia Farida Hatta]], [[Gemala Hatta|Gemala Rabi'ah Hatta]], dan [[Halida Hatta|Halida Nuriah Hatta]].
 
== Perjuangan dan pergerakan ==